Rana yang sangat mencintai Revan pada akhirnya sadar bahwa cinta Revan bukanlah untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elfitri Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adik Revan bikin onar
Sesampai nya di Rumah Sakit Umum Dokter yang akan membedah Rena telah datang. Iya melihat keadaan Rena. Mungkin karena cemas tekanan sarah Rena menjadi naik. Dokter itu menyarankan Rena agar rilex karena kalau tekanan darah Rena naik, maka operasi tidak bisa si lakukan. Iya juga meminta Rena buat puasa menjelang operasi di lakukan. Kakak perempuan Rena silih berganti menghubungi untuk menenang kan Rena. Mereka takut terjadi apa - apa pada adik mereka. Tak lama kemudian waktu yang di tentukan lun telah tiba. Rena di bawa ke ruang operasi. Di depan pintu ruang operasi Rena melihat orang tua nya dan keluarga Revan telah berkumpul di sana. Saat masuk ruang operasi Rena menjadi begitu takut. Iya takut operasi nya gagal. Tak henti - henti nya iya melafalkan do'a kepada Tuhan.
Setengah jam berlangsung lahir lah seorang anak laki - laki. Anak tersebut sangat tampan dan juga putih. Hidung nya sangat mancung. Sang dokter mengambil anak tersebut dan mendekat kan sang anak kepada ibu nya agar si ibu bisa melihat serta mencium anak nya. Rasa cemas, sakit serta takut yang di rasakan tadi sesaat hilang karena melihat anak nya lahir dengan selamat tanpa kurang satu apa pun. Rena begitu bahagia dan bangga melihat anak nya. Akhir nya anak yang selama ini di nanti - nanti telah lahir ke dunia. Rena tak henti - henti nya mengucap kan syukur kepada Allah.
Setelah bertemu ibu nya, si bayi di bawa ke ruang bayi oleh perawat. Sementara Rena masih dalam penanganan dokter. Revan di panggil perawat untuk meng adzan kan anak nya. Setelah melihat anak nya Revan kembali ke depan ruang operasi. Satu jam berlalu akhir nya Rena di pindah kan ke ruangan sal. Rena sudah siuman dari pingsan nya. Iya sudah sadar kan diri. Namun iya tidak menemukan anak yang telah di lahirkan nya tadi. Iya menanyakan kemana anak nya. Saat sedang bertanya - tanya, datang lah seorang perawat menggendong anak nya Rena. Rena senang nya bukan main. Iya tak henti - henti menciumi anak nya.
***
Keesokan hari nya, Kakak Rena datang dari kota, sementara orang tua Rena masih belum datang. Karena semalam setelah Rena pindah ruangan Rena meminta orang tua nya untuk pulang. Karena Rena takut orang tua nya akan sakit kalau tidur di rumah sakit.
Saat kakak Rena datang Revan pamit untuk ke rumah orang tua nya dengan alasan mencuci pakaian Rena yang kotor oleh darah. Kakak nya Rena mengizinkan Revan pergi. Pagi - pagi sekali Revan telah tiba di rumah orang tua nya. Hingga siang hari Revan masih belum menampakkan batang hidung nya. Hari sudah menunjukkan pukul dua siang. Namun Revan masih belum datang. Rena minta tolong kepada kakak nya untuk menghubungi nomor Revan. Karena mengingat hari sudah mau sore, sang kakak pun ingin pulang, jadi lah iya menghubungi nomor Revan. Namun yang mengangkat telepon bukan Revan tetapi ibu nya Revan.
"Hallo Revan, kamu lagi ada di mana? Kok nyuci nya gak siap - siap? Dari pagi kamu pergi gak balik - balik ?
"Hallo ini bukan Revan tapi ibu nya. Revan lagi tidur, kalau ada pesan nanti di sampaikan setelah Revan bangun."
"Oh ini tante ya, gini tante boleh minta tolong bangunin Revan gak? masalahnya kami mau pulang, sedangkan Rena takut sendirian di sini. Bisa gak Revan nya lebih cepat ke sini? "
"Oh iya nanti di bilangin sama Revan ya".
"Oh iya tante, terima kasih ya".
***
Di lain tempat, ibu nya Revan membangun kan anak nya. Iya menukar kata - kata dari kakak nya Rena. Ibunya Revan pura - pura sedih. Iya sangat sakit hati dengan ucapan kakak nya Rena. Melihat ibunya yang sedih dan juga marah - marah, Revan bertanya apa yang telah terjadi Ibunya Revan menceritakan percakapan nya dengan kakak Rena. Namun apa yang di katakan ibunya Revan tidak semua nya benar. Banyak yang di buat - buat. Itu mengakibat kan Revan emosi. Iya marah kepada Rena dan kakaknya karena sudah tidak sopan kepada ibu nya. Revan percaya saja dengan. semua omongan ibu nya tanpa mencari tau kebenaran nya.
Sesampai nya di rumah sakit Revan datang dengan muka masam. Rena yang melihat perubahan muka Revan bertanya - tanya dalam hati apa yang telah terjadi pada suami nya. Namun Revan tidak menjelaskan apa yang iya rasakan pada Rena.
Setelah Revan datang kakak nya Rena pun pamit pulang. Mereka memperingatkan Revan agar tidak meninggalkan Rena sendirian di rumah sakit. Namun dasar Revan gak pernah betah lama - lama di sana. Sebentar - sebentar iya keluar dengan alasan merokok dan bosan. Rena pun membiarkan Revan berbuat demikian. Rena tidak ingin ribut lagi dengan Revan.
Seminggu pulang dari rumah sakit keluarga Revan menjenguk Rena dan anak nya. Kedatangan mereka telah di tunggu oleh Revan. Saat melihat bayi Rena kakaknya Revan tak segan - segan nya mengeluarkan kata kasar di depan Rena. Karena sedang tidak ingin ribut Rena hanya diam mendengarnya. Iya tidak membalas perkataan kakaknya Revan. Ketika akan pulang ibunya Revan malah mengajak Revan untuk ikut mereka dengan alasan dia minta anterin pada Revan. Padahal tadi nya kesini mereka pakai kendaraan sendiri. Revan pun dengan senang hati menuruti permintaan ibunya tanpa memikirkan perasaan istri nya.
Baru dua puluh hari umur anaknya Revan kembali buat ulah. Waktu itu hari hujan lebat. Badai petir berkilatan. Rena dan orang tua nya takut kalau anak dan cucu mereka sakit perut karena cuaca yang begitu buruk. Adik Revan datang ke rumah untuk meminta Revan mengantarkan nya menemui orang yang bisa menolongnya masuk di sekolah yang iya ingin kan. Rena sudah meminta Revan agar tidak pergi karena iya takut terjadi apa - apa sama anak mereka. Kalau ada Revan di rumah kan bisa sempat terjadi sesuatu mereka bisa langsung membawa ke rumah sakit. Karena di rumah itu memang cuma Revan yang bisa bawa motor. Namun Revan gak mendengar keluh kesah istri nya. Yang ada di pikiran Revan cuma keluarga nya. Padahal hari - hati berikut nya Revan masih bisa menolong keluarga nya. Ya memang begitu lah si Revan. Iya selalu menomor satu kan keluarganya dari pada anak istrinya.
"Bang bisa gak kamu jangan pergi nya sekarang? Aku takut bang. Aku takut nanti terjadi sesuatu sama anak kita." Rena bicara sambil terisak pada Revan.
"Ren udah deh kamu jangan coba - coba buat halangi aku pergi. Kamu tau kan kalau sekolah adik aku tuh lebih penting. Kamu pengen ya adik aku berhenti sekolah?"
"Aku bukan niat mau halangi kamu bang. Tapi ini cuaca nya gak bagus. Aku takut terjadi sesuatu sama anak kita. Kamu dah dengar kan tadi ibu dan bapak ku bilang apa? Kamu kok ngotot masih ingin pergi sih? Lagian kakaknya kan bukan kamu aja. Tapi kenapa kamu doan yang selalu di repotin? Kenapa yang lain gak pernah di repotin? Rena semakin menangis di buat nya.
"Udah deh Ren, kamu jangan banding - bandingin gitu deh. Aku harus bagaimana ini. Yang satu nya istri yang satu nya lagi keluarga. Apa aku harus memilih salah satu?"
"Aku gak meminta kamu buat milih bang tapi kamu tau keadaan nya sekarang kan? Masak kamu tega ninggalin darah daging kamu demi adik kamu sih? Coba kamu bayangin di saat kamu pergi ternyata terjadi sesuatu pada anak kandung mu. Apa kamu gak nyesal?"
"Udah ah Ren kamu jangan halang - halangi aku lagi. Aku akan mengurus sekolah adik ku dulu. Itu lebih penting. Kamu jangan halangi aku lagi. Aku mohon jangan dibuat aku pusing. Aku sudah pusing dengan semua yang ada." Revan berlalu dan pergi tanpa menghirau kan Rena yang masih menangis dan anak kandung nya.
Rena sangat sedih dan kecewa ternyata suami nya lebih mentingin keluarganya dati pada anak istri. Di dalam hati Rena bersumpah kalau terjadi sesuatu pada Revan, maka Rena akan menuntut keluarga Revan. Rena mengingat perkataan Revan tadi. Kok tadi Revan bilang harus pilih mana? Memang nya Revan di ancam oleh keluarga nya?
Dari kata - kata tersebut Rena bisa menilai kalau sebenar nya Revan sangat mencintai dan menyayangi iya dan anak nya. Namun seperti Revan sedang di tekan oleh keluarganya. Rena sendiri tidak tau siapa yang telah mengancam Revan, sehingga Revan jadi dilema.
Revan pulang telah larut malam. Karena kecewa Rena tidak lagi menghiraukan Revan. Iya mengacuh kan Revan. Karena tau bersalah, Revan pun berusaha membujuk Rena. Iya berusaha mengambil hati Rena. Malam pun berlalu begitu saja. Rena sudah tidak peduli lagi dengan Revan.
***
Sebulan telah berlalu. Adik nya Revan kembali bikin ulah. Rena tidak tau persis apa masalah nya. Yang pasti itu masalah berurusan dengan polisi. Revan mengajak adik nya ngumpat di rumah Rena. Revan selalu begitu. Setiap ada anggota keluarga nya yang buat masalah selalu di umpatin di rumah Rena, tanpa pernah minta izin pada orang tua Rena maupun Rena sendiri. Revan tidak pernah menghargai orang yang ada di dalam rumah itu. Iya sesuka hati membawa keluarga nya ke rumah Rena.
Awal nya Rena nyaman - nyaman aja dengan tinggal nya adik Revan dengan mereka. Rena mengizinkan kamar kakaknya di tempati adik Revan. Namun perlakuan keluarga Revan yang membuat Rena muak. Setiap kali kakaknya datang membawa nasi bungkus, selalu di makan di dalam kamar tanpa ada basa basi sedikit pun. Rena sebenarnya tidak iri dengan iyu namun iya merasa kesal aja, dengan perlakuan keluarga suaminya. Apa salah nya di makan aja di depan Rena dan orang tua nya. Toh mereka juga gak akan minta. Tapi emang dasar keluarga Revan kurang tata Krama, makanya berbuat demikian. Ibu nya Rena mulai muak dengan semua itu. Iya mulai mengomel pada Rena. Orang tua Rena sibuk mencari nafkah sementara Revan dan adik nya ongkang - ongkang kai di rumah Rena. Kadang Rena merasa malu atas perlakuan suaminya, namun apa boleh buat kalau Rena protes maka mereka akan bertengkar hebat. Yang ujung - ujungnya Revan pergi meninggalkan Rena. Seperti yang terjadi sebelum - sebelum nya. Revan tidak pernah berpikir panjang untuk meninggalkan Rena. Kalau di lihat - lihat seperti nya Revan kurang menyayangi anak dan istri nya. Rena terpaksa mengelus dada dengan semua tingkah laku Revan. Di dalam hati Rena berdo'a agar suami nya berubah dan bisa menyayangi mereka. Rena hanya bisa menangis - dan menangis. Iya tidak sanggup melawan Revan karena ita takut Revan akan meninggal kan nya. Bagaimana nasib anaknya kalau Revan pergi meninggalkan mereka. Rena bukan takut gak bisa membiayai anaknya. Tetapi Rena takut anak nya tidak mendapat kan kasih sayang seorang ayah. Makanya Rena hanya bisa pasrah dan menangis.
Selama adik Revan di rumah Rena, Revan jarang bicara dengan Rena. Iya hanya bercanda dan selalu dengan adik nya. Rena kehilangan sosok suami. Rena berharap semoga adik nya Revan cepat pergi dari rumah nya, agar rumah tangga mereka kembali utuh.
Tuhan mendengar kan doa Rena, setelah sebulan adik Revan tinggal bersama Rena, kemudian mereka mendengar kabar kalau kasus nya di naik kan. Polisi pun mulai mencari adiknya tersebut. Revan dan keluarganya merasa cemas. Dan mencari tempat yang aman untuk jadinya itu. Revan menyuruh adik nya pergi sejauh mungkin dari kampung halaman nya. Rena yang mendengar berita itu antara senang dan sedih. Senang nya, tidak ada lagi orang yang akan merenggut kebahagiaan nya. Sedih nya, kok keluarga suami nya selalu berurusan dengan polisi. Mereka senang berbuat onar dan berurusan dengan polisi. Rena gak habis pikir kenapa keluarga suami nya hobi membuat masalah. Padahal sudah sekian banyak uang yang habis gara - gara masalah yang mereka perbuat. Namun mereka tidak pernah mau berubah. Silih berganti masalah berdatangan.