NovelToon NovelToon
Ashes Of The Fallen Throne

Ashes Of The Fallen Throne

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Barat
Popularitas:819
Nilai: 5
Nama Author: Mooney moon

Perjalanan seorang pemuda bernama Cassius dalam mencari kekuatan untuk mengungkap misteri keruntuhan kerajaan yang dulu merupakan tempat tinggalnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mooney moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perkenalan

Namun, Cassius tahu kalau mereka belum sepenuhnya aman. Ia mendorong tubuhnya ke atas, menatap pria tua di sampingnya yang masih tampak linglung. Matanya kini benar-benar hidup, tak lagi kosong seperti sebelumnya. Cassius membersihkan dirinya dari tanah yang menempel di tubuhnya sejenak sebelum akhirnya membuka mulut.

“…Oi, kau baik-baik saja?” Pria itu masih menatap langit seolah belum sadar sepenuhnya. Cassius mengerutkan alisnya.

“Hei, kau mendengar aku?!” katanya sedikit lebih keras sambil menepuk bahu pria tua itu.

Akhirnya, pria tua itu berkedip beberapa kali, seakan baru terbangun dari tidur panjang. Lalu, ia mengerang pelan.

“…Astaga, kepalaku rasanya berat sekali…”

Cassius mendengus, sedikit kesal tapi juga lega.

“Kepalamu berat? Seharusnya kau lebih khawatir karena hampir jadi santapan makhluk mengerikan tadi!”

Pria tua itu akhirnya duduk perlahan, memegangi kepalanya sambil meringis.

“…Apa yang terjadi?” tanyanya pelan, suaranya terdengar serak.

Cassius menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

“Kau serius bertanya itu padaku?! Kau yang ada di dalam sana lebih dulu! Harusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan di tempat seperti itu?!”

Pria tua itu tampak berpikir sejenak, namun ekspresinya segera berubah menjadi shock. Ia menoleh ke sekitar, lalu menatap gua yang baru saja mereka tinggalkan.

“…Sial, itu bukan mimpi?” gumamnya, wajahnya perlahan mulai pucat.

Cassius menyipitkan mata. “Apa maksudmu?”

Pria tua itu tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap gua itu dengan ekspresi aneh—bukan takut, tapi juga bukan lega. Ada sesuatu yang masih mengganggu pikirannya. Namun Cassius tidak punya waktu untuk menunggu pria ini berpikir terlalu lama. Suara gemuruh samar kembali terdengar dari dalam gua.

Cassius langsung bangkit dan menarik pria tua itu berdiri. “Kita harus pergi.”

Pria tua itu menoleh ke Cassius, masih tampak kebingungan. “Hah?”

“Pergi! Sekarang!” kata Cassius dengan nada mendesak.

Pria tua itu melihat ke gua sekali lagi, lalu mengangguk cepat. Mereka berdua segera berlari menjauh dari gua, menyelinap di antara pepohonan dan semak-semak untuk menghindari perhatian Basilisk yang mungkin masih bisa merasakan keberadaan mereka. Cassius tidak tahu ke mana mereka harus pergi, tapi yang pasti, mereka harus lari sejauh mungkin dari gua itu.

Cassius dan Mulgur terus berjalan menjauh dari gua, meskipun hanya Mulgur yang terlihat kelelahan. Napasnya masih tersengal akibat pelarian tadi, sementara Cassius tetap tenang, berkat Loomb-nya yang membuat dia tidak merasakan kelelahan sedikit pun.

Setelah beberapa saat, mereka mulai menemukan area yang lebih terbuka, dengan tanah yang semakin hangat di bawah kaki mereka. Di depan mereka, tersembunyi di antara bebatuan besar dan pohon-pohon yang mulai mengering, tampak sebuah oasis kecil. Air jernih memantulkan cahaya redup dari langit, sementara uap tipis naik dari permukaannya, menandakan bahwa sumber air ini mungkin dipanaskan oleh panas bumi di bawah tanah. Vegetasi di sekitar oasis berbeda dari wilayah di belakang mereka—tanaman yang lebih kecil dan lebih tahan panas tumbuh di sekitar, dengan beberapa rumput pendek berwarna merah menyebar di antara bebatuan hangat.

Pria tua itu menghentikan langkahnya, mengamati tempat itu dengan ekspresi lega. "Hah... sepertinya tempat ini cukup aman untuk sementara waktu," katanya sambil menyeka keringat di dahinya.

Cassius menatap oasis itu sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, kita berhenti di sini." Meskipun dia tidak merasakan kelelahan, dia memahami bahwa orang tua ini butuh waktu untuk beristirahat dan menenangkan diri setelah kejadian di gua barusan.

Tanpa ragu, si pria tua berjalan ke tepi air dan menjatuhkan dirinya duduk di atas batu yang hangat. Ia meraup air di sisi yang lebih dingin dengan kedua tangannya dan meneguknya perlahan, seolah mencoba menenangkan tubuh dan pikirannya sekaligus.

Cassius tetap berdiri, matanya masih mengawasi sekeliling. "Jangan terlalu santai dulu. Kita tidak tahu apakah makhluk itu akan keluar dari gua dan mengejar kita atau tidak."

Dia menghela napas, menatap Cassius dengan tatapan letih. "Setidaknya biarkan aku menikmati air ini sebentar. Aku butuh waktu untuk memulihkan pikiran dan tenagaku."

Melihat Cassius yang masih tampak waspada, pria tua itu menghela napas dan melanjutkan, "Dengar, anak muda. Makhluk seperti itu tidak akan repot-repot mengejar mangsa kecil seperti kita terlalu jauh. Itu bukan caranya berburu. Kau bisa tenang untuk sekarang."

Cassius menatap si pria tua dengan mata tajam, mencerna kata-katanya. "Kau terdengar seperti sudah sangat mengerti perilaku makhluk itu. Apa kau pernah menghadapinya sebelumnya?"

Dia menyeringai samar, lalu meneguk air lagi sebelum menjawab, "Katakan saja aku sudah melihat banyak hal di hutan ini. Dan aku tahu apa yang harus kuhindari."

“kenapa kau tidak coba duduk dulu disini sebentar sambil menenangkan pikiranmu sejenak” ucap pria tua itu sambil menepuk batu di dekatnya.

Cassius menyipitkan matanya, masih belum sepenuhnya percaya. "Kalau begitu, makhluk apa sebenarnya itu?" tanyanya, sambil duduk di salah satu batu yang tidak terlalu jauh dari si pria tua.

Dia mengangkat bahu, menatap air yang beriak pelan di hadapannya. "Seekor predator purba. Monster yang telah ada jauh sebelum banyak peradaban di Kerajaan ini berdiri. Dan kita beruntung masih hidup setelah bertatap muka dengannya."

Cassius menghela napas dalam, mencoba menghubungkan semua yang telah ia lihat di gua tadi. "Matanya... tubuhnya yang besar... Dan rasanya seolah ia bisa membuatmu berhenti berge—"

"Tidak hanya rasanya," potong si pria tua sambil mengibaskan tangannya di udara. "Apa kau tidak memperhatikan dinding gua itu? Semua yang memasuki wilayahnya akan berakhir sama."

Cassius mengingat kembali pemandangan dalam gua—sosok-sosok membatu yang menyatu dengan dinding, ekspresi ketakutan mereka yang masih jelas tergambar meski telah menjadi batu. Ia mengepalkan tangannya.

"Jadi, bagaimana kau bisa berada di tempat itu? Aku melihatmu seperti tidak menyadari apa pun saat di sana."

Pria tua itu tertawa kecil, meskipun nadanya terdengar getir. "Itu... sedikit rumit," katanya. "Aku tidak sepenuhnya sadar saat itu. Tapi percayalah, aku tidak berniat menyerahkan diriku begitu saja."

Cassius menatapnya tajam, mencoba membaca ekspresinya. "Dan juga, siapa kau sebenarnya?"

Dia hanya terkekeh, kali ini dengan nada lebih ringan. "Seharusnya aku yang bertanya itu padamu, anak muda. Kau bukan orang biasa, bukan? Aku bisa merasakan sesuatu yang... berbeda darimu."

Cassius tidak segera menjawab, hanya menatapnya dalam diam. Sejenak, hanya suara gemericik air dan hembusan angin lembut di antara bebatuan yang terdengar.

Pria tua itu tersenyum tipis. "Yah, sepertinya kita masih punya waktu sebelum kita harus pergi dari sini. Jadi, bagaimana kalau kita saling berbagi cerita?"

Cassius menatapnya dengan penuh pertimbangan. Percakapan ini terasa seperti ujian, seolah pria tua itu sedang mengukur apakah ia layak mendapatkan jawaban yang lebih dalam. Akhirnya, Cassius menghela napas pelan dan berkata, “Baiklah, kurasa tidak ada salahnya untuk saling mengenal, namaku Cassius.”

1
Mưa buồn
Semangat thor, jangan males update ya.
Kovács Natália
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
yongobongo11:11
Gak sabar nih thor, gimana kelanjutan cerita nya? Update yuk sekarang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!