Karena saya masih wanita yang beradab,
masih bisa mengganti kecewa dengan doa, sekalipun berbaur dengan luka sepertimu.
Bertahun tahun hidup dalam hubungan rumah tangga yang tidak sehat. Tiap saat harus berhadapan dengan orang orang yang memiliki jiwa tak waras, suami kejam, mertua munafik, kakak dan adik ipar yg semena mena. Bertahan belasan tahun bukan karena ingin terus hidup dalam tekanan tapi karena ada anak yang harus dipertimbangkan. Namun dititik tiga belas tahun usia pernikahan, aku menyerah. Memilih berhenti memperjuangkan manusia manusia tak berhati.
Jangan lupa kasih like, love dan komentarnya ya kak, karena itu sangat berarti buat kami Author ❤️
Salam sayang dari jauh, Author Za ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha
Saat Bu Imah akan melayangkan pukulan pada wajahku, tiba tiba rombongan pak RT dan beberapa warga menghentikan niat wanita yang masih berstatus mertuaku, wajahnya langsung memucat, nampak tubuhnya bergetar dengan pandangan mata yang tak tentu arah menandakan betapa ibu sangat cemas dan ketakutan.
entah bagaimana pak RT juga warga bisa datang tiba tiba, tapi aku yakin pasti ada ikut campur Bella disini, biarkan saja, biar Bu Imah jera, wanita itu harus diberi peringatan keras agar bisa berpikir sebelum bertindak yang merugikan orang lain.
Setelah melakukan sidang pada ibu juga mbak Yeni yang lumayan alot, akhirnya kami mutuskan untuk memilih jalan damai dengan syarat ibu membayar ganti rugi atas kekacauan yang dia buat dan ibu pun menyetujui meskipun nampak berat, aku bisa melihat dari raut mukanya yang tak suka, tapi dia tidak punya pilihan lain selain itu, karena kalau tidak mau membayar kerugian yang terjadi, ibu akan masuk penjara atas perbuatan tidak menyenangkan yang dengan sengaja merusak barang orang lain dan juga banyak saksi mata yang melihat keonaran yang beliau ciptakan.
Aku pun juga tidak semudah itu melepaskan, karena aku sangat tau sifat ibu mertuaku yang licik dan bahkan keras kepala, sebelum beliau pergi kami sudah meminta uang jaminan dan juga tanda tangannya untuk bukti kalau beliau bersedia mengganti uang kerugian, dengan begitu ibu maupun mbak Yeni tidak akan bisa mengelak lagi, biar tau rasa dan berpikir ulang jika akan melakukan sesuatu yang merugikan orang lain, semoga saja dengan kejadian ini, ibu maupun mbak Yeni bisa berubah untuk tidak berbuat sesuka hatinya.
" keterlaluan kamu Halwa, lihat saja akan aku buat kamu Menangis dan bersujud memohon ampun padaku nanti, kamu sudah membuatku rugi dan dipermalukan seperti ini, harusnya kamu sebagai menantu membelaku sebagai ibumu, bukan malah mendukung mereka untuk melaporkanku ke pihak berwajib, akan kusuruh Yudha untuk memberi pelajaran padamu, ingat itu Halwa." Bu Imah tak terima hingga mengancam Halwa atas apa yang terjadi padanya, padahal semua yang terjadi atas kelakuannya sendiri.
" silahkan saja, ibu mau melakukan apapun itu hak ibu, tapi perlu saya ingatkan lagi pada ibu juga mbak Yeni, jika antara aku dan mas Yudha sudah tidak ada hubungan lagi, proses perceraian akan segera berlangsung bahkan sebentar lagi surat janda akan aku dapatkan Bu, jadi ibu tidak usah repot repot mengancamku, atau justru nanti anak ibu yang tampan itu juga akan mendekam di penjara." terlihat wajah ibu juga mbak Yeni langsung memerah menahan amarah, mereka pikir aku akan takut dan patuh dengan apa yang mereka ucapkan, ooooh jangan salah, aku bukan Halwa yang dulu lagi, dan justru kalianlah yang akan menangis memohon padaku nantinya, kita lihat saja nanti.
"dasar kurang ajar, lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu Halwa, berhati hatilah." ancam mbak Yeni sebelum dia melangkahkan kaki menjauh dari tokoku.
"uuuupz takut." nampak Bella dengan gaya centilnya menjawab ancaman mbak Yeni, dan semakin membuat ibu dan anak itu meradang menahan kesal.
"kalau begitu, kami permisi, kalau ada apa apa dengan mbak Halwa beritahu saja warga sekitar, karena sepertinya Bu Imah juga Yeni masih tak terima dan menaruh dendam pada mbak Halwa, insya Alloh saya juga warga yang lain siap untuk membantu mbak Halwa." pak RT juga warga sudah begitu baik membantu dan bahkan menawarkan bantuan, mungkin itu juga mereka semua sudah sangat paham dengan sifat juga kelakuan keluarga mas Yudha yang selama ini dikenal kasar dan seenaknya berbuat sesuatu, sehingga banyak warga yang menilai buruk pada keluarga itu.
"saya sangat berterima kasih sekali, pak RT juga warga yang sudah membantu saya, sekali lagi saya ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya, semoga Alloh senantiasa melindungi kita semua, aamiiiiin yarobbal allamiin."
Setelah kepergian pak RT juga warga, aku membantu membereskan bekas kekacauan yang dibuat ibunya mas Yudha, jujur ada rasa kesal pada wanita paruh baya itu, sikapnya yang kejam dan mulutnya yang pedas selama ini sudah sangat melukai hati juga fisikku, sebentar lagi akan kubuat kalian tutup mulut dengan tau siapa aku yang sebenarnya, setelah surat cerai aku dapatkan, aku tidak akan lagi menyembunyikan siapa aku dihadapan mereka, bahkan aku akan segera membangun rumah disamping toko untuk tempat tinggalku bersama Hasna, akupun juga berniat untuk membeli satu unit mobil, aku yakin mereka akan kelimpungan dengan kesuksesan yang aku raih saat ini, dan aku sudah tak sabar untuk itu semua, bukankah terkadang orang sombong harus dibalas dengan kesombongan, biarlah itu kulakukan kusus untuk keluarga mas Yudha, agar mereka sadar, tak selamanya yang dibawah akan terus dibawah, karena roda kehidupan akan terus berputar, hasil tidak akan pernah mengkhianati sebuah usaha.
setelah kejadian itu, ibu juga mbak Yeni tak lagi mengganggu, hanya mas Yudha yang sering mengirim pesan dengan ancaman dan tekanan, laki laki itu masih saja meminta uang yang katanya masih menjadi haknya, dia berpikir jika uang dari hasil kerjaku adalah haknya sebagai suami, karena baginya selama aku masih menjadi istrinya, aku harus selalu patuh dan menuruti semua apa yang menjadi keinginannya, pemikiran yang sangat aneh dan menyesatkan, entah dari mana dia mempelajari ilmu tersebut.
"hey, jangan ngelamun, magrib magrib, entar kesambet." tiba tiba Bella mengagetkanku dari lamunan tentang nasibku menjadi istri mas Yudha.
" aah kamu Bel, bisanya ngagetin orang saja."
" habisnya dari tadi aku perhatikan kamu diem saja kayak orang lagi banyak pikiran, emang apa sih yang kamu pikirkan, jangan bilang kalau kamu lagi mikirin Yudha ya, duuh tobat wa tobat, laki laki nggak guna aja masih kamu pikirin." sungut Bella berapi api.
kuhembuskan nafas dalam sambil membenahi posisi duduk agar lebih nyaman, pandanganku tertuju pada tanaman bunga anggrek yang tertata rapi di rak besi bercat putih di dekat tembok teras rumah.
" kamu benar Bel, aku lagi kepikiran mas yudha."
"whaaaat? istighfar wa, istighfar, eling...untuk apa kamu masih memikirkan laki laki itu, yang jelas jelas sudah begitu banyak menyakiti hatimu." Bella merasa geram dengan apa yang aku ucapkan, mungkin dia berpikiran jika aku memikirkan mas Yudha karena masih ada rasa, padahal tidak sama sekali, aku hanya saja sedang mengingat semua perlakuan buruk mereka selama ini terhadapku.
Tak mudah memang, melupakan apa yang sudah membuat hati hancur, bahkan hidup penuh dengan tekanan, memaafkan mungkin bisa tapi tidak untuk melupakan, karena ingatan ingatan itu masih terpampang jelas di otak ini.
Butuh waktu bertahun tahun untukku menata hati ini, menguatkan diri dalam keyakinan terbaik, hingga sampai pada saat ini, meskipun belum sepenuhnya terlepas, setidaknya aku sedikit bernafas lega, tanpa adanya tekanan batin yang menyiksa.
Dan aku perlu bersabar sedikit lagi untuk bisa benar benar terlepas dari mas Yudha dan nya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Jangan lupa mampir juga di cerita aku ini ya, kasih like n komentarnya, juga menerima kritik dan saran, thank you sudah mau mampir di cerita aku.
Salam sayang dari Author Za ❤️
Happy ending ❤️