Menyesal?
Itulah yang dirasakan oleh Denis Arkana pria berumur 27 tahun yang menjabat sebagai CEO di perusahaan nomor 1 di Asia.
Tapi itu semua hanya tinggal nama saja karena baru saja dikhianati oleh sahabat dan kekasihnya sendiri. Apa lagi ia dituduh sebagai tersangka pembunuh ibu kandungnya sendiri dan dijatuhi hukuman mati.
Denis sangat menyesal saat akan menjalani hukuman mati mengingat kelakuannya selama ini karena sudah durhaka kepads ibunya. Jika saja ia diberi kesempatan kedua maka ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatam itu.
Apakah ia akan diberi kesempatan kedua untuk mengubah takdirnya?? Ikuti kisah penuh konfliknya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HeavenGirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAD | BAB 21
Karena tidak bisa tidur lagi, Denis memilih mengerjakan laporan perusahaannya dan juga memeriksa tentang berkas pelepasan perusahaan NukaTech dari pemilik sebelumnya yang sudah berganti nama dengan namanya.
Dengan teliti Denis membaca setiap kata yang tertera dalam surat perjanjian tersebut, tidak ingin sampai ada yang terlewat yang akan memberatkannya di kemudian hari.
Amira yang setiap pagi bangun tepat pukul 04:30 dini hari, mengernyitkan keningnya melihat lampu ruang kerja Denis yang masih menyala.
Ia ingin memeriksa ke dalam mungkin saja Denis lupa mematikan lampunya semalam, tapi ia urungkan karena saat ini ia sudah harus menyiapkan bahan makanan untuk menu warungnya sebentar.
Uhummm..........
Denis mengerakkan tangannya ke atas karena terlalu kaku semalaman mengerjakan semua pekerjaan kantornya dan memeriksa semua berkas laporan yang masuk ke email, setelah Sandro memeriksa berkas tersebut dari Rian.
Ia mengedarkan pandangannya dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 07:00 pagi diatas nakas.
Denis kemudian menyudahi semua pekerjaannya, karena ia ingin pergi ke rumah sakit untuk konsultasi dengan dokter mengenai mimpi dan kondisinya yang tidak bisa tidur setiap malam.
"Nak kamu kok dari ruang kerja bukannya dari kamar?" tanya Amira yang hendak membangunkan anaknya tapi ia berpapasan dengan Denis di depan ruang kerjanya.
"Aku baru habis memeriksa laporan kantor ma" jawab Denis dengan suara dingin.
"Jangan bilang kamu berada di sana dari jam 04:30 dini hari" terka Amira.
"Lebih tepatnya jam 02:00 dini hari ma" koreksi Denis mengagetkan Amira dengan mata membulat.
"Kamu bergadang Denis" pekik Amira dengan suara menggelegar, hingga terdengar oleh Keysa dan Ara adik Sandro yang kebetulan hari ini ia tidak bersekolah karena sekolah mereka hanya 5 hari saja.
"Tante Amira kenapa tuh ka teriak-teriak?" tanya Ara dengan penasaran.
"Ngak tahu" jawab Keysa sambil mengangkat kedua bahunya tak tahu.
"Apa kita harus lihat ka?" tanya Ara lagi.
"Jangan. Mungkin tadi tante Amira kaget makanya teriak" ucap Keysa menahan Ara yang hendak pergi.
"Oh baiklah ka"
Keduanya lalu segera membawa semua bahan menuju warung makan Amira di halaman depan, agar saat tante Amira datang mereka segera menyiapkan semua masakan yang akan dijual hari ini.
Tak berselang lama tante Amira datang dan segera memulai aktifitas mereka.
~ Rumah Sakit Harapan ~
Denis saat ini sedang berkonsultasi dengan dokter Rasya salah satu dokter umum di rumah sakit Harapan, salah satu rumah sakit terbesar di kota Jakarta.
"Jadi bagaimana dok? Apa ada yang salah dengan tubuh saya dok?" tanya Denis.
"Dari hasil lap dan rontgen tubuh anda baik-baik saja tuan Denis dan malah anda sangat sehat dan tidak ada penyakit apapun" jawab dokter Rasya yang baru saja membaca hasil lab dan rontgen milik Denis.
"Lalu kenapa setiap malam saya harus bermimpi yang sama di jam yang sama dok dan setelah terbangun dari mimpi saya tidak bisa tidur lagi dok" papar Denis dengan bingung.
Dokter Rasya menatap Denis dengan saksama memikirkan keluhan Denis barusan dan di benaknya saat ini hanya muncul satu penyebab, kenapa Denis tidak bisa tidur setiap malam dan selalu saja bermimpi tentang hal yang sama terus.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
"Tuan sebelumnya saya minta maaf harus bicara ini tapi ada sesuatu yang ingin saya konfirmasi dengan anda" ucap dokter Rasya dengan hati-hati.
"Katakan" ucap Denis dengan suara dingin.
"Maaf tuan Denis tapi apa anda pernah mengalami trauma atau suatu kejadian berat yang sangat sulit dilupakan?" tanya dokter Rasya to the point.
Deg..........
Jantung Denis berdetak dengan cepat mendengar ucapan dokter Rasya barusan dan seketika pikirannya melayang tertuju ke kehidupan sebelumnya.
Semua mimpi yang ia alami setiap malam itu bermula dari ingatan-ingatan di kehidupan sebelumnya.
Apa aku harus memberitahu hal itu kepada dokter? Tapi pasti dia anggap aku ini gila, batin Denis.
Dokter Rasya yang melihat Denis terdiam menatapnya dengan bingung. Pasalnya jika Denis diam ia tidak bisa mengambil kesimpulan untuk memberitahu kondisi Denis yang sebenarnya dan apa yang ia pikirkan sedari tadi.
"Jika tuan tidak ingin menceritakan tidak apa-apa"
"Heeemmm"
Merasa percuma ia datang ke rumah sakit untuk mengecek apa yang terjadi dengannya, ia pun bergegas pergi dari ruangan dokter Rasya. Melihat pasiennya yang akan pergi dengan cepat ia memanggilnya.
"Tuan Denis Arkana" panggil dokter Rasya saat Denis hendak membuka pintu.
Denis berbalik ke belakang sambil menatap dokter Rasya dengan tatapan dingin dan tajam, membuat dokter Rasya seketika menelan saliva dengan susah merasa aura dari Denis sangat mengintimidasinya.
Meski begitu dokter Rasya mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara hal yang sedari tadi ingin ia katakan.
"Jika anda berkenan anda bisa menghubungi nama dokter disini untuk konsultasi" ucap dokter Rasya sambil menyodorkan sebuah kartu nama kepada Denis.
"Dokter Ilham ahli psikiater" ucap Denis sambil mengangkat alisnya sebelah menatap dokter Rasya dengan tajam.
"Mohon jangan berburuk sangka dulu tuan Denis. Saya memberikan kartu nama itu agar anda bisa berkonsultasi mengenai gangguan tidur yang anda alami belakangan ini dengan mimpi yang sama" papar dokter Rasya menjelaskan tak ingin Denis tersinggung.
"Heeemmm"
Denis segera pergi hanya berdeham saja membalas ucapan dokter Rasya barusan.
Sedangkan dokter Rasya tak habis pikir dengan kelakuan Denis yang tidak menghormati atau menghargai semua ucapannya sedari tadi, apa lagi berterima kasih kepadanya.
Sepanjang jalan pulang Denis memikirkan ucapan dokter Rasya tadi dan bingung harus melakukan apa dan saat ia hendak berbelok, tiba-tiba saja matanya menangkap seseorang yang sangat ia kenali.
"Arsen" ucap Denis yang melihat Arsen masuk ke firma hukum Sanjaya bersama seorang pria paruh baya.
Otaknya tiba-tiba memikirkan nama belakang Arsen yang juga sama dengan nama firma hukum di depannya, apa lagi selama ini ia tidak mengetahui jati diri Arsen yang sebenarnya. Denis lalu mengeluarkan hpnya dan menelpon Sandro.
"Halo bos" ucap Sandro dari seberang dengan suara serak menandakan ia baru bangun tidur.
^^^"Kirim data Arsen sekarang"^^^
"Hah! Arsen bocah mata empat itu bos?" tanya Sandro dengan cepat.
^^^"Aku tunggu 5 menit datanya sudah masuk"^^^
Denis memutus panggilannya dengan sepihak dan kembali menjalankan motornya menuju rumah, karena hari ini ia berencana untuk di rumah saja tidak ingin keluar kemana-mana.
~ Kontrakan Sandro ~
Sandro mengumpat kesal karena kebiasaan Denis yang suka memerintah dan mematikan panggilannya sepihak tanpa menunggu balasan dari orang yang ia telpon.
Meskipun begitu ia tetap melakukan perintah Denis tak ingin mendapat pukulan maut dari bosnya itu.
"Buat apa bos minta data bocah empat mata itu" gumam Sandro dengan penasaran.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
Ia bergegas mengirim data Arsen ke email Denis tak ingin lewat dari 5 menit seperti ucapan Denis barusan dan setelah itu barulah ia mandi dan sarapan, meski jam untuk sarapan sudah lewat jauh sekali.
"Ibu" panggil Sandro saat selesai mandi dan hendak sarapan.
"Kenapa sih kamu teriak-teriak kayak di hutan ndok" ucap Mega ibunya Sandro.
"Aku pikir ibu lagi di luar rumah makanya aku teriak takutnya ibu tidak dengar lagi"
"Kenapa toh ndok?" tanya Mega.
"Aku lapar bu ada makanan tidak?" tanya Sandro sambil memegang perutnya yang kelaparan.
"Ada di bawah tudung tadi ibu udah siapin buat kamu dari pagi sebelum adek kamu berangkat kerja"
"Oh iya bu. Kalau gitu temani aku makan ya bu" ajak Sandro.
"Yo wes ayok ibu temani kebetulan ibu tidak ngapa-ngapain"
Sampai di meja makan Mega segera menaruh makanan di piring Sandro seperti biasanya. Saat ia hampir selesai makan tiba-tiba terdengar bunyi pintu yang di ketuk dengan kasar, membuat keduanya saling menatap bertanya siapa yang datang.
"Siapa sih yang ngetuk pintu kasar banget bu?" tanya Sandro dengan kesal.
"Ibu tidak tahu ndok. Biar ibu lihat dulu"
"Biar aku aja bu"
Sandro bergegas pergi ke depan untuk melihat siapa yang datang dan menggedor pintunya dengan kasar, tak ada sopan santunnya sama sekali saat bertamu ke rumah orang.
Bugh........bugh...........bugh..............
Arrgghhhhh............
Mega berteriak saat melihat anaknya di pukul dengan brutal oleh dua orang berbadan besar dengan tato penuh badan menandakan mereka itu preman.
Sandro yang tak menyangka akan dipukul seperti itu berusaha untuk menangkis pukulan keduanya yang membabi buta.
"Bangsat kalian! Beraninya kalian memukulku di rumah ku" teriak Sandro setelah berhasil mengelak dari pukulan keduanya.
"Jangan banyak omong kamu berengsek. Karena kamu bos kami harus masuk rumah sakit an***g" teriak salah satu orang didepannya yang bernama Andes.
"Tunggu dulu siapa bos kalian? Aku tidak mengerti maksud kalian? Apa lagi bos kalian?" tanya Sandro dengan bingung.
"Banyak omong kamu. Ayo hajar dia!" bentak seorang lagi yang berambut merah bernama Zeno.
Bugh............bugh.............bugh...........
Prang...........prang...........
"Tolong berhenti" teriak Mega ketakutan melihat anaknya yang melawan kedua orang itu hingga membuat rumah mereka hancur berantakan.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
To be continue.................
sekali dikeluarkan dr maxssimo family, maka selamanya bgtu