NovelToon NovelToon
Terjebak Permainan Tuan Galak

Terjebak Permainan Tuan Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:258.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kopii Hitam

Saran author, sebelum membaca novel ini sebaiknya baca dulu "Gadis Bayaran Tuan Duren" ya kak. Biar ceritanya nyambung.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan putra dari Arhan Airlangga dan Aina Cecilia yaitu King Aksa Airlangga dan keempat adiknya.

Sejak tamat SMP, Aksa melanjutkan studinya di Korea karena satu kesalahan yang sudah dia lakukan. Di sana dia tinggal bersama Opa dan Oma nya. Sambil menyelesaikan kuliahnya, Aksa sempat membantu Airlangga mengurusi perusahaan mereka yang ada di sana.

Tak disangka sebelum dia kembali, sesuatu terjadi pada adiknya hingga menyebabkan sebuah perselisihan yang akhirnya membuat mereka berdua terjebak diantara perasaan yang seharusnya tidak ada.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Jangan lupa dukungannya ya kak!
Semoga cerita ini berkenan di hati kakak semua.
Lope lope taroroh untuk kalian semua 😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPTG BAB 21.

Inara sudah tiba di kamarnya dan menyambar ponsel yang tergeletak di atas kasur. Dengan cepat, jemarinya bergerak mencari kontak Akbar dan langsung menghubunginya.

Aksa yang tengah duduk di balkon kamar terperanjat saat androidnya berdering. Tanpa melihat, dia sudah tau bahwa panggilan itu dari Inara karena ponsel itu memang sengaja dia beli khusus untuk menghubungi gadis itu.

Aksa sengaja mengabaikannya, dia ingin melihat seberapa gigih Inara menghubunginya dan seberapa kuat hatinya bertahan.

Tapi sekarang kendalanya bukan itu. Aksa baru saja menerima telepon dari Hendru yang mengatakan sesuatu yang membuat hatinya terluka. Sesuatu yang akan membuat mereka menjauh untuk selamanya. Aksa bahkan tak berani menyelang ucapan ayahnya itu.

Tidak lama, terdengar notifikasi pesan masuk bertubi-tubi tiada henti. Aksa mengambil android itu dan membukanya. Ada dua puluh empat panggilan tak terjawab dan ada puluhan pesan masuk terpampang di layar ponsel itu.

Dengan perasaan gundah gulana, Aksa meneguk wine yang ada di tangannya dan membuka satu persatu pesan itu berurutan.

["Dasar bajingan, brengsek kau Akbar."]

["Dasar pembohong besar, kau pengkhianatan."]

["Kenapa meninggalkan aku sendirian?"]

["Apa kau sengaja mempermainkan aku?"]

["Tolong angkat teleponku, aku mohon!"]

["Kau menyakitiku, Akbar."]

["Mana janjimu yang ingin menjagaku?"]

["Kembalilah Akbar, aku mohon!"]

["Katakan padaku bahwa kau mencintaiku!"]

["Apa kata-katamu selama ini hanya bualan semata?"]

["Kau mencintaiku, kan?"]

["Angkat Akbar, sekali ini saja!"]

["Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku mencintaimu."]

["Aku sangat mencintaimu, Akbar."]

["Baiklah kalau itu maumu,"]

["Jangan pernah kembali lagi!"]

["Jangan pernah temui aku lagi!"]

["Aku membencimu, sangat membencimu."]

["Hubungan kita berakhir sampai di sini!"]

Sampai di sana, Inara berhenti menghubungi Aksa dan tak lagi mengirimkan pesan untuknya. Inara melempar ponsel yang ada di tangannya itu hingga hancur berkeping-keping. Dia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dan meraung sejadi-jadinya.

"Tidak ada lagi cinta untukmu, aku benci kau Akbar, aku membencimu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Aku akan mengingat ini seumur hidupku, aku tidak akan pernah memaafkan mu!"

Di novotel sana, Aksa mencoba menghubungi Inara tapi nomornya sudah tidak aktif. Hati Aksa mulai gelisah memikirkan keadaan Inara yang entah bagaimana saat ini. Dia meyakini bahwa Inara sangat terluka, tapi dia sendiri lebih terluka karena harus memendam perasaannya.

Awalnya Aksa sudah berniat untuk jujur jika Inara mau mengakui perasaannya. Tapi hal itu tidak akan mungkin dia lakukan. Inara sudah dijodohkan dan akan menikah saat kembali ke Jakarta nanti.

Lalu untuk apa Aksa mengungkapkan kebenaran ini jika akhirnya mereka berdua akan semakin terluka dibuatnya. Inara tidak akan sanggup menatap wajahnya lagi, begitupun sebaliknya. Terpaksa semuanya Aksa pendam sendiri demi kebahagiaan orang tua mereka.

Mereka semua sudah menentukan pilihan untuk masa depan Inara. Apa yang bisa Aksa lakukan? Aksa bisa saja menentang seribu musuh yang berdiri di hadapannya, tapi dia tidak bisa menentang keinginan orang tuanya. Jika memang itu yang terbaik, maka satu satunya jalan hanyalah merelakan.

...****************...

Pagi hari, Aksa bersiap-siap dan membawa kopernya turun ke bawah. Dengan mobil yang baru dirental nya, dia melaju menuju kontrakan Inara yang disewanya tiga bulan yang lalu.

Sesampainya di depan kontrakan itu, Aksa turun dan mengetuk pintu terlebih dahulu.

Inara membukakan pintu dan bergeming saat menatap manik mata berwarna coklat itu. Sekilas dada Inara berdenyut ngilu menyaksikan wajah Aksa yang sangat mirip dengan pria yang dia cintai. Tapi setelah memperhatikannya dengan seksama, Inara menghela nafas berat dan bertanya. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Mencari mu," jawab Aksa dingin.

"Untuk apa mencari ku? Mau menghinaku lagi?" ketus Inara dengan air muka masam penuh kebencian.

"Tidak, aku mencari mu karena permintaan ayah dan bunda. Mereka memintaku menjagamu selama di sini, itu saja." jelas Aksa dengan santainya.

"Kenapa menuruti permintaan mereka? Kau lupa bahwa aku seperti ini karena ulahmu?" sindir Inara.

"Tidak, aku tidak lupa. Aku mengingatnya, ini hanya bentuk tanggung jawabku sebagai seorang kakak." Aksa melangkahkan kakinya namun Inara dengan cepat menahannya.

"Kau tidak boleh masuk, ini kontrakanku. Lebih baik cari saja tempat lain!" tahan Inara.

"Jangan menguji kesabaranku! Biarkan aku masuk atau-"

"Atau apa?" potong Inara meninggikan suaranya.

"Aku tau semua yang sudah kau lakukan semenjak magang di kota ini, aku sudah mendapatkan semua informasi tentangmu. Tetangga di sini juga sudah menceritakan bahwa kau telah tinggal bersama pria asing di rumah ini selama berbulan-bulan. Jika kau ingin kelakuanmu itu aku sembunyikan, maka biarkan aku masuk. Jika tidak, tanggung sendiri akibatnya!" ancam Aksa, lalu menyenggol bahu Inara dan masuk ke dalam rumah.

Inara yang masih berdiri di ambang pintu tak sanggup berkutik dan mematung dengan air muka menggelap. Bagaimana bisa kakak kejamnya itu tau bahwa dia ada di kota ini? Bahkan dia juga tau bahwa Inara sudah tinggal dengan pria asing selama ini.

Untuk menjaga rahasia ini agar tidak bocor pada keluarganya, Inara terpaksa membiarkan Aksa masuk dan berbuat sesuka hatinya.

"Kenapa masih bengong? Tutup pintunya, lalu buatkan kopi untukku!" titah Aksa dengan suara bariton nya yang menggelegar.

Inara mengangguk lemah dan segera menutup pintu, lalu berjalan menuju dapur dan menyeduh kopi sesuai permintaan Aksa. Setelah menaruhnya di atas meja, Inara masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap.

Aksa menghirup udara sebanyak-banyaknya, dia tau Inara tengah terluka. Matanya terlihat sembab, dia seperti kurang tidur dan menangis sepanjang malam. Tapi Aksa tidak punya kekuatan untuk menenangkan adiknya itu. Kini dia bukanlah Akbar yang penyayang melainkan Aksa yang kejam dan berdarah dingin.

Setengah jam kemudian, Inara keluar dari kamar dengan jas putih yang melekat di tubuhnya. "Aku pergi dulu, di atas meja makan ada makanan kalau kau ingin makan."

Setelah mengatakan itu, Inara langsung berjalan meninggalkan rumah. Baru saja kakinya menginjak teras, air matanya mendadak tumpah tanpa dia sadari. Lagi-lagi dia harus dihadapkan dengan masalah yang dia sendiri tidak tau jalan keluarnya.

Akbar baru saja pergi dan menggoreskan luka yang sangat dalam di hatinya, kini dia harus dihadapkan lagi dengan kakaknya yang kejam itu. Kapan penderitaan ini akan berakhir?

Tanpa Inara sadari, ternyata Aksa tengah menguntitnya dari balik jendela. Hati Aksa hancur melihat air mata yang menetes di pipi adiknya itu. Ingin sekali Aksa memeluknya dan mengatakan kalau dia adalah Akbar, tapi dia tidak memiliki kekuatan untuk melakukan itu.

"Maafkan aku Ra, maafkan aku, aku juga sangat mencintaimu. Aku ingin kamu tetap bersamaku, tapi orang tua kita sudah memilihkan pria terbaik untukmu. Apa yang bisa aku perbuat? Aku tidak berani menentang mereka, aku tidak mau jadi anak durhaka." lirih Aksa dengan mata berkaca. Tangannya menyentuh permukaan kaca yang seakan tengah menyentuh pipi Inara.

Setelah Inara menyapu jejak air mata di pipinya dan meninggalkan rumah, Aksa kembali duduk di sofa dan berbaring sembari melipat tangannya di kepala.

Bersambung...

1
Anita Choirun Nisa
keren thor
Adila Ahmad
bgus
Aurora
Luar biasa
Ruk Mini
happy.. happy... seneng..bgt
Kopii Hitam: setia maksudnya 😄
Kopii Hitam: halo kk, maacinaaa udah setiap baca novel receh aku. Maaf kalau ado kurang2 ya kk, maklum masih pemula 🙏
total 2 replies
Ruk Mini
bisac.bunting madal ye thorrr..😆😆😆kau adil thorr
Ruk Mini
happy..smua...
Ruk Mini
Alhamdulillah..slamat ya mamud
Ruk Mini
heran ye pd gede ambek ... hadeuhhhh
Ruk Mini
dih..ko gtu sehh
Ruk Mini
kesian kau sar. sabar y nenk
Ruk Mini
roman .roman ye inara hamidun ye thorrr
Ruk Mini
sabar.. sabar...
Ruk Mini
dih...pake drama..sih dh tau ade bom..bank..bank...cari penyakit aje
Ruk Mini
tamat kau ciwi 😖😖😖
Ruk Mini
tuntas ye bank...smoga awet.ampe loucing debay y
Ruk Mini
ga ada kapok-kapok y ye
Ruk Mini
ky bocah..lo pa ..pa .
Ruk Mini
krjam kau bank ak..ngerjain org tua
Ruk Mini
bank baron ..kau ga enak y sm Boss mu .. sabar.. sabar..
Ruk Mini
ulu...ulu .babank ar. bisa ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!