Sherin mempunyai perasaan lebih pada Abimanyu, pria yang di kenalnya sejak masuk kuliah.
Sherin tak pantang menyerah meski Abi sama sekali tidak pernah menganggap Sherin sebagai wanita yang spesial di dalam hidupnya.
Hingga suatu ketika, perjuangan Sherin itu harus terhenti ketika Abi ternyata mencintai sahabat Sherin sendiri, yaitu Ana.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah beberapa tahun berlalu, Abi datang lagi dalam kehidupannya sebagai salah satu kreditor di perusahaan Sherin sedangkan Sherin sendiri sudah mempunyai pria lain di hatinya??
Apa masih ada rasa yang tertinggal di hati Sherin untuk Abi??
"Apa sudah tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hati mu untuk ku??" Abimanyu...
"Tidak!! Yang ada hanya rasa penyesalan karena pernah mencintaimu" Sherina Mahesa....
Lalu, bagaimana jika Abi baru menyadari perasaanya pada Sherin ketika Sherin bukan lagi wanita yang selalu menatapnya dengan penuh cinta??
Apa Abi akan mendapatkan cinta Sherin lagi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria terbaik
Brak....
Anjas membuka pintu ruangan Abi dengan keras. Membuat pemilik ruangan itu mendelik tajam pada pria lajang dengan predikat jomblo karatan itu.
"Pagi-pagi jangan bikin ulah!!"
"Sorry Bi, gue kelepasan. Gue terlalu senang karena Global Group akhirnya menerima proposal kita. Mereka bahkan meminta kita untuk membuat kontrak kerja sama secepatnya"
"A-apa?? Yang benar??" Abi seakan tak percaya. Semalam dia tidak bisa tidur memikirkan bagaimana jika Sherin menolak proposalnya karena dendam. Tapi pagi ini di kejutkan dengan kabar itu. Bahkan baru kemarin mereka menerima pengajuan kerjasama itu.
"Beneran, barusan si cowok jadi-jadian itu telepon gue"
Abi berkali-kali mengucap syukur dalam hatinya. Seakan beban di pundaknya terangkat sebagian.
"Kalau gitu, lo langsung buat kontrak kerja samanya Njas. Gue udah nggak sabar dengan keberhasilan perusahaan kita ini" Abi terlihat sangat antusias, apalagi impiannya sejak dulu sudah ada di depan mata.
"Nggak sabar sama keberhasilan kita apa nggak sabar ketemu sama dia??" Anjas memicing penuh selidik pada Abi.
"Apaan sih lo Njas. Gue udah punya Ana. Nggak usah ungkit-ungkit masalah yang dulu. Lagian lo dengar sendiri kan dia bilang apa??
"Ya siapa tau lo jadi berumah haluan. Kan lo pacaran sama Ana udah lama, tapi buktinya nggak lo nikahin. Nunggu apa lagi sih lo?? Nggak yakin sama dia??"
Abi terdiam. Bertanya-tanya pada hatinya tentang apa yang Anjas katakan itu. Hatinya mendadak bimbang.
"Gue mau nikahin dia kalau proyek ini berhasil"
Anjas tersenyum kecut. Padahal dia bisa melihat ada keraguan dia mata Abi.
"Bukannya gue sok bijak, tapi gue cuma mau kasih saran ke lo. Seumur hidup itu lama bro, jadi jangan ambil keputusan kalau lo sendiri masih ragu"
"Berisik lo, jomblo aja sok kasih petuah. Udah sono kerja. Jangan makan gaji buta!!"
Selalu seperti itu tanggapan Abi saat Anjas berusaha menyadarkannya. Hal itu yang membuat Anjas dan Belva menyerah.
"Yee, di kasih tau malah sewot" Gumam Anjas meninggalkan ruangan Abi.
Semenjak Anjas keluar dari ruangannya pun, Abi malah tidak bisa melanjutkan pekerjaannya. Pikirannya justru terasa semerawut bagaikan benang kusut. Dia hanya mampu menyandarkan kepalanya ke belakang, matanya menerawang jauh, entah apa yang dia pikirkan.
*
*
*
Sementara itu, di gedung kantor yang jauh lebih besar dan mewah. Sherin tetap pada kesibukannya seperti biasa.
Semenjak dia mendirikan perusahaan itu, kesehariannya hanya akan di temani kertas-kertas yang menggunung.
Semua itu bukan tanpa alasan, hal itu dia lalukan untuk menyembuhkan luka di hatinya. Dan nyatanya, semua itu telah berhasil.
Dia yang mempunyai tekat untuk melupakan orang-orang tak tau diri yang mengecewakannya, membuatnya menjadi wanita kuat dan mandiri.
Orang tuanya saja sampai heran karena Sherin tidak pernah meminta bantuan pada mereka yang notabennya pemilik salah satu perusahaan besar di Indonesia.
Sherin lebih memilih mencari modal sendiri dengan usahanya, atau mencari pinjaman dari berbagai pihak.
Namun semua itu terbayarkan dengan kesuksesannya saat ini. Jika di awal dia memiliki tanggungan hutang yang menggunung, tapi kini dia justru yang sering menggelontorkan dana untuk perusahaan-perusahaan kecil seperti milik Abi kemarin.
Sherin juga telah berhasil membuat kedua orang taunya bangga dengan pencapaiannya itu. Namun sebagai orang tua, tentunya mereka khawatir mengingat Sherin adalah seorang wanita. Mereka takut jika tidak Sherin terus fokus pada pekerjaannya maka dia akan melupakan kodratnya sebagai wanita untuk menikah, membina rumah tangga dan mempunyai anak.
"Papa sama Mama kok nggak bilang mau ke sini??"
Sherin terkejut karena kedatangan kedua orang tuanya tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
"Memangnya kenapa?? Masa mau ketemu anak sendiri harus buat janji dulu" Mama Sherin, Nyonya Pamela menatap putrinya kesal.
"Ya nggak gitu maksud Sherin Ma"
"Kamu itu kalau udah kerja kaya gini sampai nggak ada waktu sama Papa dan Mama. Mau lihat kamu aja sampai harus ke sini padahal kita serumah" Omel Mamanya.
"Kamu itu udah dewasa, sudah seharusnya kamu memikirkan tentang pernikahan. Gimana kelanjutan hubungan kamu sama Zain?? Kapan kalian akan menikah?? Mama dan Papa pingin gendong cucu Rin, kita udah tua loh"
Sudah Sherin tebak kalau kedatangan kedua orang tuanya ke kantor pasti ada sesuatu yang akan mereka sampaikan. Tidak mungkin kalau mereka datang hanya karena merindukan Sherin saja, padahal mereka juga berada dalam satu rumah.
"Nanti Sherin bicarakan lagi sama Zain Ma. Dia juga sibuk, jadi kita belum sempat bicara tentang itu. Lagian, kalau Mama pingin cucu ya tinggal bilang aja sama Kak Ramon. Kan dia yang udah nikah" Jawab Sherin dengan enteng.
Sudah dua tahun ini Sherin memang menjalin hubungan dengan Zain. Meski awal pertemuan mereka karena campur tangan orang tuanya, tapi siapa sangka Sherin justru menerima pernyataan cinta dari Zain.
Pria yang usianya tiga tahun di atasnya itu, terlihat begitu mencintainya dengan segenap perhatian serta caranya memperlakukan Sherin, membuat hatinya memadai luluh.
Zain yang juga seorang CEO di perusahaan keluarganya, mempunyai kesibukan yang sama dengan Sherin. Tapi semua itu tak menghalangi pria blasteran itu untuk mencurahkan perhatiannya pada Sherin.
"Sudahlah Ma, percuma saja bicara sama Sherin. Dia nggak akan mengabulkan permintaan kita" Papanya memasang wajah kesalnya.
"Bukan gitu Pa. Sherin ngerti kalau kalian khawatir, tapi... Hufffftt,ya udah deh, nanti Sherin bilang sama Zain baiknya gimana"
Sherin akhirnya mengalah, memberikan alasan seperti apapun tetap tidak akan di terima kedua orang tuanya. Lagipula, dia sama Zain juga sudah berkomitmen untuk membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Tapi karena kesibukan masing-masing, jadi semua itu terpaksa di tunda.
"Nah gitu dong, minimal kalian harus tunangan dulu biar ada kejelasan tentang hubungan kalian. Ingat Sherin, Zain itu sudah pilihan yang paling tepat. Dia pria sempurna yang cocok sama kamu, tampan, pintar dan yang pasti sederajat dengan keluarga kita"
"Jadi kalau Zain nggak sederajat sama kita, Mama nggak mau Zain jadi suami Sherin??" Satu hal yang Sherin tak suka dari orang tuanya adalah, mereka selalu memandang segala sesuatu menurut bibit, bebet, dan bobotnya.
"Kita masih bisa carikan pria yang terbaik buat kamu" Sambar Papanya.
Selalu seperti itu, Kakaknya pun terpaksa menikah dengan istrinya karena di jodohkan oleh kedua orang taunya. Mungkin itu juga yang menjadi alasan Kakaknya belum mempunyai keturunan saat pernikahan mereka sudah tiga tahun lamanya. Sherin pernah dengar kalau Kakaknya itu tidak bisa mencintai istrinya.
Tapi kali ini Sherin lebih beruntung, karena dirinya dan Zain sama-sama merasa cocok dan saling mencintai. Mendadak pipi Sherin bersemu merah saat mengingat kekasihnya itu.
bukan mcm kmu bermuka dua🤭🤭