Bagaimana rasanya di tinggalkan untuk selamanya di hari pernikahan. Hari yang harusnya membuat bahagia, namun itu membuat luka.
Dan gadis cantik itu pun harus menerima cacian dan makian, juga di cap sebagai gadis pembawa sial.
Lalu tiba-tiba, ada seorang laki-laki yang bersedia menikahinya agar membuang kesialan itu. Laki-laki yang tidak dia kenal sama sekali, tiba-tiba menjadi suaminya.
Siapakah Laki-laki itu? Dan bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka? Apakah cinta akan tumbuh di hati mereka?
Simak yuk, hanya di Novel ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurmay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mental Yang Tidak Sehat
Semenjak mendapatkan dua surat dari seseorang yang tidak ia ketahui, dan menganggap itu adalah sebuah teror. Kiran selalu merasa tidak tenang, kemanapun ia melangkah dia terus saja mencurigai orang-orang yang menatapnya.
Selesai dengan kelasnya, Kiran segera bergegas untuk pulang ke apartemen, berjalan dengan cepat karena takut ada seseorang yang membuntutinya. Sungguh dia benar-benar tersiksa, bahkan dia merasa mentalnya terganggu.
Saat dia baru saja menuruni anak tangga yang menuju gerbang kampus, tiba-tiba ia menabrak seseorang yang berdiri di hadapannya.
Brugh'!
''Ma-maaf, aku tidak sengaja. Permisi...'' Ucap Kiran gemetaran tanpa melihat siapa yang di tabraknya.
Tapi begitu ia akan pergi, tangannya di cekal oleh orang itu sehingga membuat Kiran menjerit ketakutan.
''Lepas!! Tolong!!'' pekik Kiran yang tertahan karena sudah ada tangan besar yang menutup mulutnya sehingga membuat ia tidak bisa lagi berteriak.
Mata yang terpejam kuat sudah mengeluarkan air mata yang sudah membanjir pipi.
''Hei... sayang? kau kenapa? ini Mas, Kiran!''
Suara hangat itu? suara yang mampu membuat ia seketika tenang, suara orang yang sangat ia harapkan kedatangan beberapa hari ini. Perlahan ia membuka matanya dan benar wajah yang teduh kini melihat nya dengan mimik khawatir.
''Ada apa?''
Sekali lagi suara itu terdengar, Kiran tetap membisu berharap kalau orang yang ada di depannya benar-benar Agra.
Dan tangannya sekali lagi menggoyang tubuh Kiran sehingga Kiran pun tersadar dan langsung memeluk nya.
''Mas?'' Kiran memeluk erat tubuh besar seseorang itu yang ternyata benar dia adalah Agra. Pria yang beberapa hari lalu berpamitan pergi untuk dua hari lamanya.
Agra mengernyit heran dengan sikap Kiran, terlebih lagi Kiran memeluknya dengan menangis dan gemetar. Ada apa ini? Agra bertanya-tanya dalam hatinya.
''Kiran mengusap lembut pundak Kiran, berusaha membuat istri kecilnya itu bisa lebih tenang. Masih dengan berpelukan, Agra menuntunnya agar masuk ke dalam mobil.
Bahkan di dalam mobil pun Kiran tidak sama sekali melepaskan pelukannya, yang Agra sudah yakini kalau selama dia pergi ada suatu hal yang terjadi pada Kiran. Rasa penasaran itu sangat besar tapi Agra tahan untuk bertanya karena waktu yang tidak tepat menurutnya.
'Ssstttt.. Agra terus memberikan kenyamanan pada Kiran agar dia bisa lebih tenang dan bisa menjawab pertanyaan nya nanti setibanya di apartemen.
Perjalanan menuju apartemen, Kiran melirik dari balik tubuh Agra. Kepalanya ia angkat dan menatap langsung iris Agra yang kelabu. ''Hmmm?''
''Aku tidak ingin pulang ke apartemen,'' lirih Kiran, dan Agra hanya tersenyum dan mengangguk kecil.
''Anas, ke rumah utama saja!''
''Baik Tuan.''
Tanpa ba-bi-bu, Anas pun memutar kemudinya dan berpindah lajur untuk berputar arah karena memang apartemen dan rumah utama sangat berlawanan arah.
Sesampainya di rumah utama, Agra baru menyadari ketika ia akan turun dari mobil, ternyata Kiran sudah tertidur pulas di pelukannya semenjak perjalanan tadi.
Dengan hati-hati Agra membawanya dalam gendongannya, dan menggedikan kepala pada Anas agar bisa segera pulang, entah kenapa ia merasa Kiran sedang membutuhkan ketenangan dan maka dari itu diapun meminta rumah di kosongkan begitu juga Anas yang di mintanya untuk meninggalkan mereka berdua saja.
Pada saat di perjalanan tadi, Agra sudah menghubungi Mala agar meminta seluruh pelayan untuk cuti sementara.
Sesampainya Agra di kamarnya, tanpa ragu, iapun menaruh tubuh kecil Kiran di kasur pribadinya dan menyelimutinya. Ketika ia akan pergi membuatkan makanan untuk Kiran, tangannya tertarik dan ternyata Kiran saat ini tengah menahannya.
''Mas, ingin kemana?''
''Kamu sudah bangun? ini minumlah,'' ucap Agra memberikan segelas air putih yang sudah tersedia di atas nakas dan membantu Kiran untuk minum.
Agra menggeser posisi nya mendekat pada Kiran yang sudah duduk dengan bersandar di headboard.
''Maafkan Mas ya,'' ucap Agra dengan suara yang menghangatkan hati setiap wanita termasuk Kiran.
''Ada pekerjaan yang harus Mas selesaikan, maafkan Mas karena ingkar,'' ucapnya lagi dengan sesal karena memang dia pulang tidak sesuai apa yang di katakan.
''Iya Mas, aku mengerti.''
Entah ada angin apa, sikap Kiran tiba-tiba manja, ia menggeser duduknya dan memeluk tubuh Agra dengan sikap manjanya. Sebenarnya Agra terkejut karena baru pertama kalinya melihat fakta baru tentang Kiran, tapi Agra berusaha menahan senyumnya dan membalas pelukan Kiran.
''Ada apa, hmm?'' tanya Agra setelah beberapa saat kebisuan melanda.
Kiran menggeleng cepat dan semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang Agra. 'Mungkin saja dia tidak akan mengatakan apapun padaku , biarkan dulu saja seperti ini.' gumam Agra dalam hatinya sembari tangannya sibuk mengetikan sesuatu pada ponselnya dan menekan kata Send pada aplikasi ponselnya.