Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#21
Perjalanan selama hampir 2 hari, kini terbayarkan. Celine sampai di sebuah tempat bernama Desa Lauterbrunnen.
Desa Lauterbrunnen, merupakan salah satu desa terindah di Negara Swiss. Nama desa ini sekaligus menjadi nama lembah yang lokasinya berada sekitar 70 kilometer dari kota Bern.
Lauterbrunnen disebut-sebut sebagai lembah terindah di Eropa karena menawarkan pemandangan yang luar biasa. Dalam bahasa setempat, Lauterbrunnen sendiri memiliki arti ‘sumber air yang banyak’. Hal ini dikarenakan lembah ini memiliki banyak sekali air terjun yang jumlahnya mencapai 72 air terjun yang turun dengan indahnya dari puncak tebing menuju lembah.
Desa Lauterbrunnen ini tidak terlalu besar, luasnya hanya mencapai 795 meter persegi, namun keindahan alamnya mampu menghipnotis siapapun yang datang. Kita akan disuguhi dengan bebatuan tinggi yang diselimuti dengan pohon-pohon dan rumput yang hijau. Keindahan desa ini seolah mirip dengan lukisan karena dikelilingi dengan dinding tebing terjal yang tingginya mencapai 300 meter. Tak hanya itu, desa ini juga dikelilingi oleh tiga gunung sekaligus, yaitu Gunung Monch, Jungfrau hingga Gunung Eiger.
Tak sulit bagi Celine untuk mencari tempat tinggal di sana karena desa itu adalah tujuan para wisatawan, sudah pasti memiliki tempat untuk menginap.
“Permisi,” sapa Celine saat memasuki sebuah rumah yang di luarnya terdapat tulisan ‘menyewakan kamar’.
“Halo, Selamat siang,” sapa seorang wanita paruh baya.
“Selamat siang, Nyonya,” sapa Celine dengan tersenyum.
“Apa ada sesuatu yang kamu butuhkan?” Kebetulan tempat itu juga adalah sebuah minimarket kecil, selain menyewakan kamar.
“Perkenalkan, namaku Celine. Aku membaca di depan bahwa ada kamar yang disewakan di tempat ini.”
“Ya, ada. Perkenalkan juga, namaku Giza Pauline. Panggil aku Aunty Giza saja.”
“Aku ingin menyewa kamar di sini, Aunty. Apa aku bisa menyewa selama 1 bulan dulu?” tanya Celine.
“1 bulan? Tentu saja boleh. Aku akan memberikan harga khusus padamu,” kata Aunty Giza.
“Terima kasih, Aunty,” Aunty Giza pun membawa Celine untuk naik ke lantai atas minimarket miliknya. Di sana berjejer pintu-pintu yang Celine yakini adalah kamar-kamar yang disewakan oleh Aunty Giza.
“Karena kamu akan menyewa dalam jangka waktu yang lebih lama dibanding tamu yang lain, maka aku akan memberikan kamar paling ujung untukmu. Di sana paling nyaman dan tenang.”
Wajah Celine kembali tersenyum mendengar ia akan mendapatkan kamar yang nyaman dan tenang, karena memang itulah yang ia butuhkan saat ini.
“Terima kasih, Aunty.”
“Jangan terus mengucapkan terima kasih padaku. Aku juga sangat berterima kasih padamu karena mau menyewa kamar di tempatku yang sederhana ini.”
Aunty Giza membuka pintu dan terlihat sebuah kamar yang tidak terlalu besar, namun dari jendela, Celine bisa melihat pemandangan Desa Lauterbrunnen yang terkenal indah.
“Apa benar Aunty akan menyewakan kamar ini untukku? Ini benar-benar indah, Aunty,” kata Celine.
“Ya. Aku sangat yakin kamu akan menyukainya.”
Celine membuka tas kecilnya dan mengeluarkan sejumlah uang, “apakah ini cukup, Aunty?”
“Cukup, bahkan lebih dari cukup. Kamu bisa menempati kamar ini selama 3 bulan.”
“Benarkah?” tanya Celine seakan tak percaya.
“Ya. Kalau begitu nikmati kamarmu. Aku akan ke bawah dulu,” kata Aunty Giza.
“Aunty, sekali lagi terima kasih.”
“Sama-sama.”
Celine meletakkan kopernya dan menatap Desa Lauterbrunnen dari jendela kaca yang berada di sudut ruangan. Setelahnya, ia mengambil ponsel yang diberikan oleh Alice dan mengirimkan pesan bahwa ia telah sampai dengan selamat ke tujuan.
**
Brakkk
Rhys menghempaskan setumpuk dokumen ke atas meja, tepat di hadapan Finn. Finn yang sedang memeriksa laporan pun tersentak kaget.
“Ada apa?” tanya Finn.
“Bantu aku memeriksanya. Aku … aku akan pergi sebentar,” kata Rhys dan pergi berlalu begitu saja meninggalkan Finn yang menatapnya bingung.
Rhys berjalan keluar dari Perusahaan Alban. Ia langsung menuju ke mobil dan menaikinya. Ia mengemudikan mobilnya keluar dari area Perusahaan Alban, ntah ke mana tujuannya.
Sejak kepergian Celine, Rhys merasakan sesuatu hilang dalam hidupnya. Perasaannya kosong, bahkan pikirannya tak dapat fokus. Oleh karena itu juga-lah ia memberikan semua pekerjaannya pada Finn, karena ia tak mampu memeriksanya.
Rhys berhenti di sebuah cafe. Awalnya ia ingin sekedar minum kopi untuk menyegarkan pikirannya. Namun, ia melihat sesuatu yang tak ia sangka selama ini. Ia mencengkeram kemudi mobilnya dengan erat, bahkan sangat erat.
Ingin sekali ia keluar dan menangkap basah keduanya, namun ia tak memiliki cukup bukti jika tiba-tiba muncul begitu saja. Akan banyak alasan yang akan mereka katakan dan membuat Rhys mungkin tak bisa berkata-kata.
Setelah mengambil gambar keduanya dengan ponsel miliknya, Rhys pun meninggalkan cafe tersebut. Ia pun bergegas pulang ke Kediaman Keluarga Alban.
“Kamu sudah pulang, Rhys?” tanya Aunty Anna yang sedang duduk sambil membaca sebuah majalah.
“Ya, di mana Eve?” tanya Rhys.
“Aunty tidak tahu. Tadi ia keluar begitu saja, tanpa pamit,” Aunty Anna sengaja mengatakan itu untuk memanas-manasi Rhys. Ia ingin Rhys dan Eve bertengkar.
“Biarkan saja. Ia pasti perlu bersenang-senang,” kata Rhys. Aunty Anna langsung menautkan kedua alisnya. Ia tak suka jika Rhys mendukung apa yang dilakukan oleh Eve, karena itu artinya ia tak bisa membuat keduanya bertengkar.
“Kamu ingin makan?” tanya Aunty Anna.
“Tidak. Aku ingin istirahat. Jangan ada yang menggangguku, Aunty,” pinta Rhys.
“Ya, Aunty mengerti.”
Rhys langsung masuk ke dalam kamar tidurnya. Ia langsung membuka pakaiannya dan memasukkannya ke dalam keranjang pakaian kotor. Ia pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Ketika ia keluar dari kamar mandi, ia melihat tempat tidurnya. Ia kembali mengingat Celine. Kenangan terakhir bersama wanita itu adalah di sana, di atas tempat tidurnya.
Mengapa kamu tak mau pergi dari pikiranku? Apa yang sebenarnya terjadi?
🌹🌹🌹