FOLLOW IG AUTHOR 👉@author Three ono
Sebuah kecelakaan menewaskan seluruh keluarga Arin. Dia hidup sebatang kara dengan harta berlimpah peninggalan orangtuanya. Tapi meski begitu dia hidup dalam kesepian. Beruntungnya ada keluarga sekretaris ayahnya yang selalu ada untuknya.
"Nikahi Aku, Kak!"
"Ambillah semua milikku, lalu nikahi aku! Aku ingin jadi istrimu bukan adikmu."
Bagaimana cara Arin mendapatkan hati Nathan, laki-laki yang tidak menyukai Arin karena menganggap gadis itu merepotkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Ono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Semua urusan sudah beres dengan damai. Wanita itu yang tadi mencak-mencak sudah tidak berkutik lagi. Suaminya yang tadi ia banggakan akan membelanya justru berpihak pada Nathan dan Arin. Wanita itu juga tidak bisa lagi meminta ganti rugi. Tas mahalnya yang rusak ia peluk dengan erat. Padahal ada anaknya juga yang sejak tadi minta gendong.
"Sekali lagi saya minta maaf atas kecerobohan istri saya dan perkataan istri saya yang sudah menyinggung tuan dan nona." Pria itu berkali-kali meminta maaf atas kesalahan istrinya tapi si istri malah sibuk meratapi tas nya yang rusak.
"Tidak apa-apa Tuan Hendra, tapi sebaiknya tolong lain kali ingatkan istri anda agar lebih berhati-hati," ujar Nathan sambil tersenyum menyeringai. Kemudian dia sedikit mendekat ke laki-laki itu dan membisikkan sesuatu. "Aku ingat istri anda sepertinya berbeda dengan yang waktu itu," bisik Nathan, dia hanya bertanya tapi seperti sebuah ancaman bagi laki-laki bernama Hendra itu.
Hendra mati Kutu, kalau dia tidak segera membuat istri mudanya meminta maaf bisa-bisa Nathan akan membocorkan rahasianya. Dan dia juga bisa kehilangan proyek kerjasamanya dengan perusahaan Nathan. Tiba-tiba pelipisnya berkeringat dingin. Dia beralih pada istrinya yang sudah menyebabkan kekacauan ini.
"Lisa, cepat kau minta maaf pada mereka kalau kau tidak mau hidup miskin lagi. Kau sudah salah berhadapan dengan pria seperti tuan Nathan, apa kau tau. Aku hampir kehilangan proyek kerjasama bernilai miliaran gara-gara kau." Pria itu sangat marah pada istrinya yang sudah bertindak bodoh. "Apa kau mau, anak kita hidup menderita karena miskin," tegasnya lagi.
Wanita itu meremat tas rusaknya geram, ingin marah tapi tidak bisa. Dia juga tidak mau hidup miskin. Baru saja dia bisa menikmati hidup enak dengan cara menikah dengan Hendra yang sudah beristri masa mau miskin lagi. Tidak, usahanya akan sia-sia. Dia tidak mau hidup menderita lagi. Ingin apa-apa tidak bisa.
"Cepat minta maaf, tunggu apa lagi!" bentak sang suami karena istrinya terlalu lelet.
Si istri kaget, baru pernah suaminya membentaknya. Tapi demi hidup enak dia tidak bisa melawan.
"Maafkan atas kelakuan saya tuan, saya tidak tau kalau anda adalah CEO dari perusahaan Vin grup. Maaf atas kelancangan saya." Wanita itu membungkuk berkali-kali tapi hanya minta maaf pada Nathan, pada Arin dia masih memandang remeh padahal diantara mereka Arin lah yang paling kaya raya.
Nathan melipat kedua tangannya di depan dada. "Sepertinya anda salah orang nyonya, bukan padaku anda meminta maaf tapi pada seorang gadis yang sudah anda tabrak," ujar Nathan.
wanita itu makin kesal, tidak mau meminta maaf tapi mendapatkan tatapan tajam dari suaminya.
"Tidak perlu Kak, aku juga tidak apa-apa. Aku juga salah karena sudah tidak berhati-hati," kata Arin. Bagaimanapun dia lebih muda umurnya, tidak enak jika yang lebih tua meminta maaf dan membungkukkan badan.
Wanita itu senang mendengar hal itu, dia jadi tidak perlu membungkuk lagi. Cukup pada orang yang kaya saja dia merendahkan diri. Tapi apa daya saat Nathan rupanya tidak cukup puas.
Nathan bangun menggandeng Arin, lalu lewat di depan si suami dari wanita itu.
"Saya harap kita bisa bertemu lagi lain kali dengan istri anda yang lain. Saya rasa yang kemarin aku lihat lebih tau sopan santun. Dan bukankah perusahaan itu juga atas nama istri anda, saya rasa akan sangat menarik kalau saya bertemu dengannya lagi." Nathan tidak terima Arin di perlakukan seperti itu. Laki-laki itu harus di beri pelajaran karena tidak mengajari istrinya dengan benar dan juga sudah selingkuh. Nathan paling tidak suka bekerjasama dengan orang yang tidak kompeten dengan keluarganya.
Si Hendra langsung ketakutan jejak perselingkuhannya akan ketahuan oleh istri pertamanya. Bisa habis dia kalau istrinya tau, apa yang selama ini dia nikmati bisa langsung di tarik. Lalu diceraikan dan jatuh miskin.
"Ini semua gara-gara kau, aku bisa habis karena tingkahmu yang bodoh itu. Cepat kau kejar mereka dan minta maaf pada nona itu. Atau kau mau aku ceraikan sekarang juga. Bukan hal sulit bagiku mendapatkan wanita sepertimu yang suka uang."
Mata wanita itu langsung berkaca-kaca, dimana kata cinta yang selama ini tersemat diantara mereka. Kok bisa dengan mudahnya sang suami mengatakan akan menceraikan karena hal itu. Apa dia dan anaknya sama sekali tidak ada artinya. "Kau keterlaluan Hendra, aku ini ibu dari anakmu. Kau juga mencintaiku, bagaimana kau bisa berkata seperti itu." Protes keras.
Plaaakk!
"Diam!! Kau tidak berhak bicara. Apa kau pikir kau akan tetap bersamaku kalau aku miskin? Kau itu cuma mainanku jadi jangan besar kepala dan berpikiran kalau aku akan selalu membelamu. Kalau tidak ada anak aku juga sudah meninggalkanmu dari lama." Baginya anak yang lahir di luar pernikahan sahnya tidak ada artinya, hanya saja selama ini dia sedikit terhibur kalau sedang ada di kota itu.
Benar apa kata laki-laki itu kalau dia sangat suka uang tapi dia juga sudah jatuh cinta pada suaminya. Dia tidak mau dicerai, bagaimana dengan anaknya nanti.
Nathan dan Arin sudah sampai di parkiran. Nathan membukakan pintu untuk Arin, tumben. Lalu ia duduk di bangku kemudi. Langsung menyalakan mobil, baru kau keluar dari parkiran seseorang menghadang mobil mereka. Orang itu nekat dengan berdiri di tengah jalan, kalau saja Nathan tidak berhenti tepat waktu pasti sudah ada adegan tabrak-menabrak.
"Kak, dia wanita yang tadi. Aku turun lihat keadaannya dulu ya," ujar Arin, sudah memegang handle pintu.
"Tetap di sini. Dia tidak kenapa-kenapa."
"Ehh tapi, dia sepertinya mau bicara Kak."
"Tidak perlu, sudah terlambat. Dia harus tau akibatnya karena sudah hampir membuatmu terluka dan tidak mau meminta maaf," kata Nathan. Dia mau mundur dan mencari jalan lain.
"Tuan, saya mohon maafkan kesalahan saya. Nona, maafkan saya. Sangat sungguh tidak sengaja menabrak nona. Saya yang salah karena tidak hati-hati sampai mencelakakan nona. Saya mohon maafkan saya, nona, Tuan. Tolong kasihanilah saya dan putri saya yang masih kecil." Wanita itu menangis putus asa.
Arin tidak bisa melihat hal itu, dia punya hati yang lembut. Apalagi saat memikirkan anak kecil yang tadi di dalam, meski ia tidak tau apa hubungannya dengan anak itu. Kenapa wanita itu begitu ketakutan.
"Kak, aku tidak diajarkan untuk menaruh dendam pada siapapun. Tapi ibu selalu mengajarkan ku untuk memaafkan kesalahan orang lain," kata Arin. Dia tau kalau saat ini Nathan sedang marah.
Nathan menarik nafas, lalu beristighfar dalam hati. Dia sudah terlalu emosi. untung saja Arin mengingatkannya. "Maaf, aku hanya tidak suka melihat dia memperlakukan mu seperti itu. Aku tidak bisa membayangkan kalau tadi aku tidak datang tepat waktu. Kau pasti terluka tapi wanita itu malah menyalahkanmu."
"Aku tau kak, terimakasih karena kakak sudah sangat peduli padaku. Tapi kita harus memaafkannya, dia juga sudah meminta maaf dan menyesal. Sudah cukup melihatnya seperti itu juga pasti sangat menderita. Dibentak dan di marahi suami sendiri di depan umum pasti sangat sakit hati."
Nathan baru sadar kalau ada sisi lain dari Arin yang mengagumkan. Gadis itu sangat berhati lembut tidak bisa melihat orang lain susah dan sangat pemaaf. Meski kadang kekanakan tapi sifat baiknya sangat jarang dimiliki orang lain.