Deg, Alea tertegun ketika melihat dokter baru diapotek tempatnya bekerja. Yang diperkenalkan anak bosnya. Wajahnya mengingatkan akan cinta pertamanya diwaktu SMA yang pergi tanpa kabar selama delapan tahun.
Wajah yang sama tapi nama yang berbeda. Apa Alea sudah salah mengenal orang. Dia sangat yakin kalau dokter didepannya adalah
orang yang dulu teman sakaligus orang yang dia cintai. Tidak ada beda sedikitpun dari wajahnya.
Namanya dokter Haikal Fernanda. Dokter spesialis penyakit dalam yang baru datang dari kota. Dia hanya menatap dingin ke semua karyawan ketika memperkenalkan diri. Tanpa melihat sedikitpun ke arah Alea.
Mengapa dia tidak mengenali Alea?
Apa lamanya waktu berpisah membuatnya melupakan Alea?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dia Mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part#21
Alea masuk keruang rawat ayahnya. Namun Alan tidak kelihatan. Alea bertanya kepada ayahnya.
''Mana Alan yah?''
Wajah Eri berubah suram dan menjawab
''Dia pergi mencari tantemu''
''Maksud ayah?'' tanya Alea
''Tadi Alan bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Jadi ayah katakan kalau Rina dan Dedi datang kerumah mencari sertifikat tanah. Dia bahkan sampai mengobrak abrik kamar ayah dan kamarmu. Sebenarnya sesak nafas ayah datang ketika menghentikan mereka. Tapi ketika ayah mau menghirup inhaler Dedi mengambil dan melemparnya kebawah tempat tidur. Dia bahkan mengancam akan membunuh ayah kalau tidak memberi tahu dimana sertifikat tanah itu'' jelas Eri.
Wajah Alea berubah marah mendengar penjelasan ayahnya. Tantenya berbuat nekat bahkan sampai membahayakan nyawa ayahnya hanya karna ambisinya untuk menjual tanah.
''Terus bagaimana mereka bisa pergi tanpa mendapatkan sertifikat tanah?'' tanya Alea.
''Mungkin karna tidak menemukannya dan juga takut kalau ayah sampai meninggal saat mereka ada disana.'' jawab Eri.
'' Jadi mereka pergi begitu saja tanpa memperdulikan ayah yang sedang sesak nafas karena ulah mereka?'' tanya Alea geram.
''Iya'' jawab Eri.
''Mereka memang tidak punya hati'' ucap Alea marah.
Tapi dia juga tidak bisa membiarkan adiknya mendatangi Rina. Emosi Alan sedang labil. Alea tidak mau adiknya berbuat nekat.
''Apa Alan tahu dimana tante Rina tinggal?'' tanya Alea.
''Coba kamu telepon dia. Kamu harus mencegahnya berbuat nekat. Ayah tidak mau Alan kenapa-napa'' jawab Eri.
Alea menelpon Alan tapi tidak diangkatnya. Alea tambah mencemaskan adiknya.
''Tidak diangkat. Apa ayah tahu dimana tante Rina sakarang tinggal?'' tanya Alea.
''Kemungkinan dirumah kakak perempuan Dedi'' jawab Eri.
''Kalau begitu Lea menyusul Alan dulu. Lea takut dia berbuat nekat. Bisa-bisa yang tidak kita inginkan terjadi'' ucap Alea.
''Kalau ayah ada perlu. Ayah bisa minta tolong sama perawat. Nanti Lea bilang sama perawat untuk jaga ayah sebentar'' sambungnya lagi.
''Tidak perlu cemaskan ayah. Kamu cepat cari Alan dulu. Ayah takut dia berbuat nekat'' jawab Eri.
Setelah pamit Alea langsung keluar ruang rawat. Sebelumnya dia minta tolong kepada perawat untuk melihatkan ayahnya sebentar.
Alea meninggalkan rumah sakit dengan cemas. Dia tidak takut Alan kenapa-napa karna Alan pernah belajar karate. Yang dia takutkan Alan berbuat nekat sampai memukul suami tantenya bahkan lebih parah dari itu.
Haikal yang mau keluar untuk makan siang melihat Alea pergi dengan terburu-buru. Dia mengikuti Alea dari belakang dengan mobilnya.
Alea memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Dia hanya memikirkan bagaimana bisa sampai dengan cepat ditempat tantenya.
Beberapa saat kemudian Alea sampai dirumah saudara suami tantenya dan benar saja Alan sedang mengamuk disana. Dia sedang memegang krah baju Dedi dihalaman rumah. Rina dan kakak Dedi sampai histeris melihatnya. Alea segera turun dari motornya dan berlari menghampiri mereka.
Haikal yang melihat dari dalam mobil juga merasa khawatir. Dia tidak menyangka adik Alea berani memukul orang.
''Alan hentikan'' teriak Alea. Alan terkejut melihat kedatangan Alea. Tapi wajah masih marah bahkan mata sampai merah.
''Aku hanya ingin memberi dia pelajaran kak. Kalau bukan karena mereka ayah tidak mungkin dirumah sakit sekarang. Mereka bahkan hampir membunuh ayah. Dimana hati nurani mereka'' jawab Alan. Satu tinjunya melayang dikepala Dedi membuatnya terhuyung kebelakang dan terjatuh. Seketika darah segar keluar dari hidung Dedi. Rina segera menghampiri suaminya sambil menangis. Dia ketakutan melihat Alan. Alan berjalan mau menghampiri mereka lagi. Tapi Alea memeluk Alan dari belakang.
''Sudah Al, kalau kamu sampai membunuhnya. Kamu yang akan masuk penjara. Kakak tidak mau semua itu terjadi'' kata Alea menangis.
Alan yang tidak tega melihat kakaknya menangis. Akhirnya emosinya mereda.
''Kakak jangan menangis. Kakak tahu aku paling tidak bisa melihat kakak menangis. Aku akan turuti keinginan kakak'' ucap Alan.
Alea melepaskan pelukannya. Dia berhenti menangis.
''Kamu sudah memberi mereka pelajaran. Sekarang kita kembali kerumah sakit. Kasihan ayah sendiri dirumah sakit'' ajak Alea. Alan mengangguk tanda setuju. Tapi sebelum pergi dia memperingati tantenya.
''Ini sebagai peringatan buat kalian. Kalau kalian masih menganggu keluargaku. Aku pastikan kalian mendapatkan lebih dari ini!'' ancam Alan.
''Kamu anak kurang ajar, hanya bisanya menganiaya orang tua'' teriak Rina penuh kebencian bercampur rasa takut.
''Haha, lucu anda berkata seperti itu. Terus yang anda lakukan kepada ayah saya itu apa? Haa'' teriak Alan. Rina terdiam dia takut menatap mata Alan. Dia tidak menyangka anak kecil yang dulu sering dia marahi dan tindas akan berubah sekejam ini.
''Tante cukup. Padahal aku sudah memperingati tante. Untuk tidak menganggu sertifikat tanah lagi. Kami bukan anak kecil yang dulu bisa seenaknya tante tindas. Ini peringatan terakhir. Setelah ini apapun yang Alan lakukan kepada kalian aku tidak akan mencegahnya'' Alea memberi peringatan.
''Lebih baik tante kembali kekota. Kalau kalian tidak punya uang untuk menikahkan anak kalian. Lebih baik dia tidak menikah. Daripada kalian menikahkannya dengan cara seperti ini'' sambung Alea.
Rina hanya terdiam. Dia hanya bisa menyimpan kebencian dihatinya terhadap Alea dan Alan.
''Ayo Al, kita pulang'' ajak Alea tersenyum.
Alan mengangguk. Dia menuruti kakaknya. Mereka kemudian pergi dari sana mengunakan motor masing-masing. Alea menyuruh Alan kerumah sakit duluan. Dia khawatir meninggalkan ayahnya sendiri. Sedangkan Alea pulang sebentar untuk mandi dan ganti pakaian. Karna dari pulang kerja kemaren dia tidak mandi.
Haikal kagum melihat Alea bisa menenangkan adiknya. Dia juga tidak menyangka hubungan kakak adik keduanya begitu erat. Mengingatkannya pada Hainal. Dia kemudian ikut pergi dari sana setelah Alea dan Alan pergi.
Sampai dirumahnya Alea melihat kondisi rumah yang berantakan. Kursi diruang tamu juga berantakan. Kamar ayahnya dan kamarnya juga berserakan.
Alea menutuskan untuk membereskan rumahnya sebelum kembali kerumah sakit. Sekalian dia masak untuk dibawa kerumah sakit.
Setelah semuanya selesai Alea berangkat kerumah sakit. Sampai dirumah sakit Alea langsung keruang rawat ayahnya. Dilorong rumah sakit dia bertemu dengan Nanda.
''Alea'' sapa Nanda.
''Ya dok'' jawab Alea.
''Bagaimana kondisi ayah mertua, eh salah ayahmu maksud saya'' tanya Nanda.
''Alhamdulillah sudah mulai membaik dok'' jawab Alea tersenyum. Dia sudah terbiasa dengan candaan Nanda. Alea tidak pernah menganggap serius.
''Syukurlah'' jawab Nanda.
''Kalau begitu saya kedalam dulu dok, permisi'' ucap Alea.
''Ok'' jawab Nanda.
Alea melanjutkan berjalan kearah ruang rawat ayahnya. Ketika sampai ayahnya sedang tidur. Alea menyuruh Alan makan dulu. Dia yakin Alan belum makan siang.
''Kakak tidak makan?'' tanya Alan.
''Kamu makan saja dulu. Kakak belum lapar'' jawab Alea.
''Kakak harus tetap makan walau tidak lapar. Aku tidak mau kakak sakit'' ucap Alan.
''Baiklah'' jawab Alea pasrah. Dia menuruti permintaan adiknya walaupun dia tidak berselera makan.
Alea mengambil sendok satu lagi untuknya. Mereka mulai makan disatu piring bersama. Orang yang melihat pasti senang melihat keakraban kedua kakak beradik ini.