Bukan terlahir dari keluarga miskin, tidak juga terlilit hutang atau berada dalam situasi yang terdesak. Hanya saja alasan yang masuk akal bagi Alexandra menjadi simpanan bosnya karena dia telah jatuh hati pada karisma seorang Damian.
Pertentangan selalu ada dalam pikirannya. Akan tetapi logikanya selalu kalah dengan hatinya yang membuatnya terus bertahan dalam hubungan terlarang itu. Bagaimana tidak, bosnya sudah memiliki istri dan seorang anak.
Di sisi lain ada Leo, pria baik hati yang selalu mencintainya tanpa batas.
Bisakah Alexandra bahagia? Bersama siapa dia akan hidup bahagia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alexandra (Simpanan Bos) 19
Hanya bualan belaka saat Sandra ingin melupakan Damian. Tidak ingin bicara atau melakukan kontak fisik dengan pria itu lagi. Karena pada kenyataannya sekarang Sandra sedang berada dalam kungkungan Damian. Mendesah berulang kali di bawah sana dengan tubuh yang sudah basah berkeringat. Sebab cukup lama juga mereka memadu kasih tapi keduanya belum ingin mengakhirinya.
"Ahhh..."
Keduanya pun kini mencapai puncak kenikmatannya bersama-sama. Tidak segera bangkit dari tubuh Sandra, dia ingin menuntaskannya hingga selesai. Menikmati sisa percintaan mereka sampai tuntas. Sandra bangkit lalu duduk bersandar pada kepala tempat tidur. Damian pun melakukan yang sama.
"Kita sepakat untuk berpisah, bos?."
Damian menoleh dan menatap wajah Sandra, pun sebaliknya.
"Iya, itu yang terbaik untuk kita."
"Oke."
"Hmmm."
Mereka memutus pandangan, sama-sama menunduk tapi bukan untuk menangis. Tapi menghela napas panjang. Sungguh sangat sesak tapi itu harus terjadi.
"Jangan memanggil saya bos lagi, saya sudah menerima pengunduran dirimu."
"Baik."
"Terima kasih sudah mengisi hari-hari saya dengan kebahagiaan."
"Hmmm, aku juga berterima kasih kau sudah membalas perasaan diriku."
"Tapi maaf saya tidak bisa memenuhi janji saya untuk menikahi dirimu."
Sandra menggeleng lemah. "Tidak, mungkin kita tidak berjodoh sebagai suami istri. Jodoh kita hanya sebatas simpanan dirimu, bos."
"Saya benar-benar minta maaf."
"Tidak apa-apa, saya baik-baik saja."
Kemudian keduanya diam, mereka tidak mau berpisah tapi waktu dan keadaannya mengharuskan mereka berpisah. Damian bangkit dan pergi ke kamar mandi. Kesempatan itu digunakan Sandra untuk pergi lebih dulu meninggalkan Damian karena dia tidak sanggup kalau harus melihat Damian pergi darinya. Sembari terisak dia kembali rumah Mamanya.
Damian sudah berpakaian rapi saat keluar dari kamar mandi. Di kamar itu dia sudah tidak menemukan Sandra, hanya sebuah cincin yang yang tergeletak di atas nakas. Damian tidak mau menengok ke belakang, dia dan Sandra sudah berpisah. Dia harus kembali ke tempat asalnya, menjalani semuanya seperti biasa.
Di rumahnya Sandra masih terisak menangis tapi Mamanya tidak terlalu mempedulikannya. Karena Mama Reni tahu pasti putrinya menangisi Damian. Hal yang sangat wajar saat perpisahan terjadi. Bukan sesuatu yang harus dibesar-besarkan.
*
Damian sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Pekerjaannya menumpuk setelah beberapa hari ditinggalkan. Dipilihnya beberapa berkas penting yang harus ditandatanganinya. Konsentrasi Damian seketika hilang kala Papa mertuanya masuk ke ruang kerjanya dengan wajah kesal.
"Siapa yang mengizinkan Sandra keluar dari perusahaan ini?."
"Aku, Pa."
Pak Noval memicingkan matanya. "Kau? Tanpa bertanya terlebih dahulu padaku?."
"Iya, karena Sandra sudah mengundurkan diri dan di sini dia tidak memiliki sangkutan apapun. Jadi tidak ada alasan bagiku untuk tetap menahannya di perusahaan ini."
"Kali ini aku tidak setuju dengan dirimu, sekarang juga minta Sandra untuk kembali bekerja di kantor ini. Aku tidak mau mendengar penolakan apapun."
Damian segera menghubungi kediaman Sandra setelah Papa mertuanya pergi dari sana. Dia tahu bahwa Sandra tidak mungkin mau bicara padanya.
"Halo."
"Saya Damian, Bu."
"Iya, ada apa?."
"Minta tolong sampaikan pada Sandra untuk kembali masuk bekerja di perusahaan ini atas perintah Pak Noval."
"Baik nanti saya sampaikan."
"Terima kasih, Bu."
"Sama-sama."
Baru juga gagang telepon ditaruh di tempatnya, kini handphone Sandra yang berdering. Panggilan telepon itu dari Pak Noval. Sandra mengabaikannya karena belum tahu harus mengambil keputusan apa.
"Keputusan ada di tangan dirimu."
"Bagaimana bisa aku melupakan Damian kalau masih harus terlibat interaksi dengannya?."
"Kau sudah ada Leo 'kan?."
"Ma, Mama tahu juga artinya Leo bagiku."
"Iya, tidak lebih dari teman. Tapi menurut Mama, kalau Leo pria yang baik kenapa kau tidak serius?."
"Aku tidak mau menyakitinya, Ma."
"Oke, terserah kau saja."
Malam menyambut hangat Sandra yang merasa kedinginan setelah berada di tepi pantai cukup lama. Menimbang apa yang akan dilakukannya sekarang. Pergi menjauh atau kembali lagi ke perusahaan di mana dia akan terus bertemu Damian. ke Sebuah keputusan sudah diambil dan dia siap menjalaninya.
Sandra sedang di dapur setelah mengenakan sweater panjang berwarna putih. Membuat segelas besar hot chocolate kesukaannya. Tiba-tiba saja pintu resort ada yang mengetuk.
Tok Tok
Sandra berjalan mendekati pintu dengan gelas di tangannya. Dengan tangan satunya lagi dia membuka pintu. Dia sangat terkejut dengan pria yang sekarang ada di depan pintu resortnya.
"Kau?."
Tanpa meminta persetujuan Sandra pria itu langsung menerobos masuk. "Saya tidak bisa bekerja sebelum memastikan kau besok kembali bekerja."
"Karena Pak Noval yang meminta?."
"Iya, karena Papa."
Kemudian Damian dan Sandra duduk saling berhadapan, Sandra masih setia dengan gelas di tangannya. Sesekali dia meminum hot chocolatenya.
"Lebih baik kau kembali ke kantor."
"Kalau saya tidak mau bagaimana?."
Damian menatap intens wajah Sandra, dia tidak ingin sesuatu yang buruk menimpanya. "Jangan sampai Papa mertua nekad untuk menganggu bisnis resort Mamamu."
Sandra memicingkan matanya. "Apa semenakutkan itu tentang Pak Noval?."
Damian menjawabnya singkat. "Hmmm."
"Jadi kau harus ikut bersama saya penebangan dini hari nanti. Tidak perlu membawa apapun karena di apartemen ada barang-barangmu."
Sandra mengangguk karena keputusan yang telah diambilnya pun dia akan kembali bekerja. Mencoba menekan perasaannya sendiri terhadap Damian.
Keesokan paginya.
Tepat pukul sembilan Damian dan Sandra sudah berada di kantor. Tentu saja Pak Noval sangat senang, karena mulai hari ini juga dia akan bekerja dari kantor yang Damian pimpin. Tentu saja itu sangat mengejutkan bagi Damian, karena secara tidak langsung posisinya di perusahaan itu akan tergeser dengan sendirinya oleh pemilik perusahaan.
"Selamat datang kembali di kantor, Sandra."
"Terima kasih, Pak Noval."
"Sama-sama, Sandra. Dan mulia hari ini juga kau akan menjadi sekretaris pribadi saya."
Sandra diam tertegun, menatap Damian lalu kembali menatap Pak Noval dengan sebuah jawaban yang membuat Pak Noval sangat senang.
"Baik, Pak Noval."
"Dan pekerjaan Damian, akan dibantu oleh Juwita sementara waktu."
Damian yang sekarang diam tertegun, kejutan yang membuatnya tidak bisa berkata-kata. Juwita pun keluar dari ruangan Damian.
"Aku harap kau senang dengan keberadaanku yang akan membantu pekerjaanmu, Damian."
"Iya, tentu saja aku akan senang."
"Dan ruangan kerja kita ada di depan ruang kerja Damian dan Juwita, Sandra. Saya sudah menyiapkannya untuk kita."
Pak Noval menarik tangan Sandra, berjalan menuju ruangan yang dimaksudnya.
"Kau suka?."
"Iya."
"Baiklah, sekarang kita bisa memulai pekerjaannya."
Sandra mengangguk dan langsung menuju meja kerjanya. Duduk di sana di depan berkas yang menumpuk. Mulai membukanya dan mengerjakannya tanpa terlalu peduli dengan keberadaan Pak Noval.
"Oh iya, Sandra."
Pandangan Sandra beralih pada Pak Noval. Dan Pak Noval melanjutkan ucapannya.
"Nanti malam temani saya ada pekerjaan di luar."
"Tapi di schedule tidak ada, Pak."
"Memang tidak ada karena itu pekerjaan rutin saya."
entah kalau dia tau damian - sandra 😊🤫