Bagimana jika dimasa lalu kalian dikhianatin sahabat kalian sendiri? Akankah kalian memaafkan orang tersebut? Atau kalian akan membalaskan dendam kalian?
Lalu bagaimana dengan hidup Calista yang di khianati oleh Elvina sahabatnya sendiri. Lalu kemudian ada seseorang laki-laki yang mengejar Calista, namun disatu sisi lain laki-laki itu disukai oleh Elvina.
Bagimana menurut kalian? Akankah Calista memanfaatkan moment ini untuk balas dendam di masa lalu? Atau bahkan Calista akan mendukung hubungan mereka?
Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama baj**ngan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.
Kepo? Yuk simak cerita kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. gangguin Calista
Barra langsung beranjak dari kasurnya. Ia mencari ponsel Calista yang entah ia lupa taruh kemana.
Barra masuk ke dalam kamar mandinya siapa tau ponsel Calista ada di jaketnya. Dan ternyata benar ponsel Calista ada disana.
Barra segera menyalakan ponsel itu lalu kemudian memasukkan password tersebut. Dan Tara... Ponsel itu terbuka.
Barra senang tak karuan. Ia tidak sadar akan hal ini. Jantungnya sampai berdegup kencang sangking senangnya.
Barra kembali berbaring di atas kasurnya ia menjelajahi ponsel Calista. Pertama ia membuka galery disana.
Barra lagi-lagi tersenyum karena menemukan foto yang sangat cantik. Foto itu saat Calista menggunakan gaun dan lagi-lagi foto itu di temani oleh orange jus di tangan Calista. Sepertinya foto itu di ambil saat ada acara, mungkin kalau nggak salah pesta.
Wajah yang bermake up serta bagian dada yang sedikit terbuka itu membuat pesona Calista semakin perfect.
Sexy and cutie... Gumam Barra menatap gambar tersebut.
Tak lama kemudian Barra mendecak, ia berfikir keras tentang ini. "Masak beneran gue suka dia? Ah, nggak lah cewek-cewek di club lebih gue sukai."
"Inget Bar, tujuan elo nyari siapa si pengkhianat itu? Dan gangguin terus hidup Calista karena udah berani gangguin elo." Tegasnya pada dirinya sendiri. Satu misi untuk mendapatkan password sudah terpenuhi sekarang tinggal melihat isi hp itu.
Barra pun beranjak ke kamar mandi. Ia bersiap-siap untuk ke sekolah. Setelah merasa sudah siap, Barra pun turun ke bawah.
Disana ia melihat papa Darwin dan mama Elina yang sedang sarapan bersama.
"Tumben banget. Ini masih jam 6 pagi Loh. Biasanya kamu bangun jam setengah tujuh." Celetuk mamanya yang melihat Barra sudah menyandang tasnya.
Sedangkan papa Darwin menatap Barra dari atas sampai bawah. Meskipun Barra sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Namun tetap saja seragamnya itu tidak pernah berubah.
"Seragam kamu nggak bisa lebih rapi dikit? Itu nggak ada rapi rapi nya sama sekali loh." Ucap papa Darwin.
Barra pun mengambil roti disana. "Yaelah pa kalau di masukin kayak anak cupu!" Sahut Barra ia mendekati mama Elina lalu kemudian mengecup pipi mamanya.
Mama Elina pun tertawa geli dengan sikap Barra. Namun mama Elina senang. Meskipun nakal, Barra tetap menyayangi mama Elina dengan baik.
Lalu kemudian Barra mendekati papa Darwin. Namun tidak mencium pria paruh baya itu. Terlalu malu untuk melakukannya karena sama-sama laki-laki dan Barra bukan anak kecil lagi.
Tetapi untuk menunjukkan bahwa Barra sangat menyayangi sang papa itu. Barra berjongkok di depan papa Darwin membuat mama Elina terkekeh juga melihatnya.
Drama sekali anaknya, pasti hatinya lagi bahagia.
"Mau ngapain kamu? Mau minta apa?"
"Orang cuma mau pamit. Saya berangkat sekolah dulu pak Darwin selaku yang mempunyai sekolah." Ucap Barra mengecup punggung tangan sang papa itu. Lalu kemudian ia berdiri lagi.
"Halah! Hari ini aja sok baik dasar anak berandalan!" Ucap sang papa. Sejujurnya papa Darwin juga senang mendapatkan perlakuan itu dari sang anak.
"Bodoamat!" Kata Barra langsung keluar dari rumahnya. Bahkan Barra bersenandung sembari memainkan kunci motornya itu. Moodnya lagi bagus pagi ini. Dan pasti kalian sudah tau apa yang membuat mood Barra bagus. Hanya bisa membuka hp Calista!
Sesampainya di sekolah
Barra memarkirkan motornya. Ia melepaskan helm nya kemudian menyurai rambutnya ke belakang. Ia nangkring di atas motor itu sejenak. Kemudian ia menghisap vape nya itu.
"Gilakkk si bos kita ada apa nih? Mukanya secerah matahari!" Celetuk Gilang yang juga masih nangkring di atas motor.
"Bagi-bagi kebahagian dong! Gue lagi galau karena nggak punya pacar!" Sahut Niko yang juga ikut menimpali.
Barra hanya tersenyum kecil. "Nggak mau. cari kebahagiaan sendiri!" Sahut Barra kemudian matanya tak sengaja menangkap seorang gadis yang tengah berjalan ke arah taman.
"Masih pagi, sarapan dulu nggak sih?" Tanya Nelson, perutnya itu tiba-tiba lapar.
"Ayolah. Gue juga laper. Lagian semalem kita ketiduran sampai pagi nggak sempat makan malam." Daren menyahuti.
"Kalian aja. Gue ada urusan!" Ucap Barra turun dari atas motornya dan berjalan mengikuti Calista.
Namun teman-temannya itu tidak ada yang tau. Mereka semua saling lempar pandang.
"Mau kemana sih Barra?" Tanya Niko.
"Udah biarin aja, ayo ke kantin keburu bel masuk!" Ucap Daren dan di ikuti oleh lainnya menuju ke kantin.
Sedangkan Calista kini baru saja duduk di kursi taman yang tak jauh dari kantin. Calista tersenyum menikmati angin sepoi-sepoi pagi hari yang tiba-tiba muncul.
Terasa segar ...
Calista mengeluarkan bekalnya yang sudah tadi ia siapkan. Ini masih pagi dan sengaja Calista berangkat pagi agar bisa makan di sekolahan.
Lalu tak lama dari itu tiba-tiba seseorang muncul dan duduk di samping Calista begitu saja.
"Hai cewek!" Sapa Barra. Dia mengikuti Calista dari tadi.
"Huh! Kampret ngagetin aja!" Kata Calista menatap sinis pada Barra. "Mau ngapain Lo?"
"Nggak ngapa-ngapain. Cuma nyamperin cecan!" Ucap Barra santai kemudian mengepulkan asap vape nya. Hal itu membuat Calista tidak nyaman dengan asap vape tersebut.
"Heh! Ini sekolahan! Dilarang nge vape! Kalau mau nge vape pergi Sono!" Kata Calista mengusir Barra.
"Oh, Lo nggak suka sama asap. Sorry..." Barra menyimpan kembali Vape nya itu.
"Lo kenapa sih gangguin gue Mulu anjir!" Ucap Calista marah.
"Ya emang itu niat gue. Gue bakal gangguin orang yang udah gangguin hidup gue duluan."
Calista menatap galak pada Barra. Ia menciumi rambutnya yang panjang itu. Jangan sampai rambutnya itu jadi bau vape.
"Dasar cowok gila. Untung rambut gue nggak bau vape." Cibir Calista. Lalu kemudian membuka kotak bekalnya itu.
Barra tersenyum melihat Calista. Ya ampun centil banget, lucu jugak!
"Apaan tuh? Gue juga mau?" Celetuk Barra melihat nasi goreng tersebut.
"Kalau Lo mau lo bisa beli di kantin." Sahut Calista. Ia tidak peduli dengan Barra yang berada di sampingnya itu. Ia terus menelan nasi gorengnya itu.
"Lo pelit banget sih jadi cewek. Pokoknya gue mau!" Ucap Barra merebut kotak bekal itu membuat Calista menatapnya heran.
Tanpa malu Barra menyendok nasi goreng dengan sendok bekas Calista itu. Dan, wow nasi goreng terenak yang pernah Barra makan.
Tidak pedas tapi juga tidak hambar. Barra kembali menyendok nasi goreng itu, apa tidak salah rasanya?
"Lo beli dimana nasi goreng ini?" Tanya Barra
"Heh! Elo nggak jijik apa itu kan sendoknya bekas gue!" Ucap Calista dengan nada yang galak.
Lah anjir! Barra baru sadar. Ia melotot ke sendok yang dia pegang itu. Mengerti itu Barta langsung membuang nasi goreng yang ada di mulut nya itu.
Ia berlari sambil membawa kotak bekal itu menuju ke kantin.
"Mbok Jumi. Minta sendok!" Kata Barra
"Oh, iya ini mas. Tumben banget bawa bekal!"
"Ini enak mbok!" Kata Barra Kemudian berjalan lagi kembali menemui Calista.
Sedangkan anak-anak kantin di buat heboh. Mata mereka mengikuti arah Barra yang duduk di kursi panjang bersama Calista.
Mereka lagi sarapan bareng...
Beneran Calista semalam gue denger di jemput Barra...
Lah iya! Sekarang aja mereka duduk berdua gitu...
Anjir Elvina benar-benar disingkirkan nih....