Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.
Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.
Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
“Sampai jumpa, Tuan Laurent” Odelia tersenyum pada Tuan Laurent dan menutup pintu.
Melihat Odelia keluar dari kamar Tuan Laurent, Adrian segera berdiri dan memegang mangkuk berisikan es dan handuk di tanganya.
“Cath”
“Memar mu akan terasa sakit jika di biarkan terlalu lama” Adrian dengan lembut berbicara pada Odelia, melihat memar di tanganya Odelia mengangguk.
“Kemarilah” Adrian senang melihat Odelia setuju, ia memimpin jalan menuju taman di belakang rumah Tuan Laurent.
Taman yang cukup indah, dengan sepasang kursi putih dan meja di antaranya menghadap rumput hijau tua dan beberapa pohon yang di sekelilingnya di tambah terdapat kolam kecil di sana.
Meletakan mangkuk di meja, menarik kuri untuk Odelia duduk. Odelia duduk di kursi dan meletakan keranjangnya di meja, Adrian berlutut di hadapan Odelia memegang tangannya.
Menarik lengan gaunya terlihat memar bekas cengkraman Calix, Adrian segera membungkus handuk dengan es dan menempelkannya.
“Ini kali keduanya aku melihat memar di tempat yang sama” Adrian memegang tangan Odelia mengingat saat pertama kali mengobati memar di toko saat itu, Odelia pun mengingatnya.
Menatap wajah tenang Odelia, Adrian menggenggam tangan putih Odelia dengan kedua tanganya memberanikan diri untuk mengatakan hal yang ia katakan.
“Cath”
“Maafkan ku telah membuat kecewa padaku” dengan harapan menatap Odelia.
“Aku tidak merasa kecewa terhadap mu” Odelia menatap Adrian dan tersenyum ringan padanya.
“Sungguh?” Adrian senang mendengar hal ini, Odelia mengangguk.
Adrian segera memeluk Odelia, memutarnya di udara kemudian memeluknya dengan erat. Odelia terkejut dengan tindakan Adrian yang tiba-tiba, memegang wajah Odelia Adrian segara menciumnya.
Sinar orange bercampur biru mewarnai langit senja, burung-burung terbang di langit dan gemericik aliran air di kolam membuat susana yang sangat tenang. Bayangan dua insan di taman menjadi pusat perhatian dunia.
Adrian mencium dengan lembut bibir manis Odelia, menikmati setiap detik bersamanya dengan gemericik air, ia tidak ingin kehilangan kelembutan yang akan terbawa aliran air jauh darinya.
Memeluk tubuh indah di hadapanya, melupakan betapa indahnya langit saat itu. Odelia sekali lagi melupakan dirinya dalam kelembutan bibir Adrian, kehangatan pelukanya serta rasa yang belum pernah ia rasakan terbawa dalam arus yang semakin dalam pada setiap sentuhan manis di bibirnya.
Melihat keranjang di meja putih Odelia tersadar dengan tugasnya, ia melepaskan diri dari pelukan Adrian.
“Aku harus kembali” mengambil keranjang di meja tanpa melihat Adrian, Odelia akan pergi.
Namun tangannya di tahan seseorang, Adrian dengan lembut memegang tangan Odelia dan menahanya. Berjalan ke hadapanya, Adrian menunduk mengusap bibir indah Odelia untuk menghilangkan sisa-sisa sentuhan kedua bibirnya kemudian mengecup lembut bibir Odelia kembali.
Terkejut dengan kecupan di bibirnya, Odelia mendorong tubuh Adrian dan pergi meninggalkanya. Melihat Odelia pergi, Adrian tersenyum dan kembali ke dalam rumah.
Dalam perjalanan pulang, Odelia melihat Penelope dan Elio di jalan. Menatap bayangan dirinya di cermin Odelia segera menyusul keduanya, melihat Odelia Penelope menanyakan kabar Tuan Laurent, Odelia menceritakan kondisi Tuan Laurent yang semakin membaik dan pendapatnya mengenai roti musim semi ini ia sangat menyukainya.
Mendengar itu Elio menjadi bersemangat untuk esok hari, ketiganya segera kembali ke toko untuk menyelesaikan persiapan mereka.
......................
Langit biru cerah dengan awan putih menghiasi kota, berbagai warna bendera berkibar di udara, kelopak berterbangan terbawa tiupan angin. Di alun-alun kota di penuhi gelak tawa riang warga kota di iringi alunan musik dengan panggung kayu kokoh dekat kolam, patung ksatria di hiasi oleh rangkaian bunga di tambah gemerisik air biru kolam hari ini merupakan perayaan festival musim semi.
Kios-kios berjajaran sekitar alun-alun kota dengan berbagai aneka makanan, permainan dan bunga di jajahkan. Warga kota berpakian cerah siang ini dengan kalung bunga di leher mereka.
Odelia mengenakan gaun kuning dengan rakaian bunga berwarna pink di lehernya membawa keranjang besar menuju kios mereka. Penelope dengan gaun orangenya serta Elio mengenakan kemeja hijau muda, keduanya mengguncangkan lonceng di tangan mereka untuk menarik perhatian.
“Tantangan roti musim semi dapatkan 5 koin emas!”
“5 kon emas!” Penelope dan Elio berteriak di depan kios mereka, sebuah papan berisikan tulisan mengenai tantangan roti musim semi di letakan di depan kios.
Beberapa orang menghampiri mereka untuk melihat tantangan ini, namun mengingat rasa roti yang tidak terduga mereka menguburkan niatnya dan membeli sandwich di toko roti Tuan Laurent untuk mengisi perut mereka.
“Selamat siang, semuanya” Tuan Laurent berjalan dengan tongkatnya di bantu seorang pria menuju kios.
“Tuan Laurent!” semua orang senang melihat kedatangan Tuan Laurent.
“Silahkan, Tuan” Odelia menarik kursi untuk Tuan Laurent duduk, ia pun duduk di belakang kios.
“Seseorang telah mencoba tantangan ini?” Tuan Laurent memperhatikan Penelope dan Elio terlihat dangat energik.
“Belum Tuan, mungkin terlalu awal untuk mencoba tantangan ini”
“Namun beberapa orang membeli sandwich dan roti” Odelia menjelaskan.
“Itu sudah baik, kalian benar-benar melakukanya” Tuan Laurent bangga terhadap mereka yang tetap membuat roti untuk festival ini setelah perampok itu, Odelia tersenyum.
Drum di pukul di atas panggung, tanda pembukaan festival akan di lakukan. Para pengawal istana muncul di depan rombongan keluarga bangsawan penguasa kota termasuk Calix terlihat dalam jajaran pengawal serta Annalise dan Ester berjalan di belakang penguasa kota.
Para prajurit dan pengawal istana menjaga dan mengawasi setiap jalan di kota selama festival. Davian memimpin pasukan yang mengawal keluarga bangsawan, Adrian bertugas di dermaga, Ael bertugas di jalan penghubung pasar dan alun-alun kota terakhir Jamie bertugas di jalan kawasan toko perhiasan.
Para keluarga bangsawan penguasa kota duduk di podium dekat panggung, seorang pria menaiki panggung.
“Penguasa kota akan membuka perayaan ini” pria itu menggunakn cerobong untuk berbicara, penguasa kota menaiki panggung memberikan sambutan hangat pada warga dan pendatang dalam perayaan festival musim semi ini kemudian meniup terompet di tangannya menandakan festival telah di mulai.
Para warga ikut meniupkan terompet di tangan mereka, alunan musik kembali terdengar memeriahkan perayaan.
Parade akan segera di lakukan, patung kayu dengan hiasan bunga-bunga bermunculan di sekitar kolam, terlihat beberapa wanita mengenakan gaun hijau cerah di tambah mahkota, kalung serta gelang terbuat dari bunga menghiasi gaun mereka menari-nari mengikuti alunan musik serta anak-anak yang mengenakan pakaian berbentuk bunga dengan warna yang indah mengikuti parade di barisan belakang menggerakan kipas berbulu putih di tangan.
Odelia ikut gembira melihat kemeriahan parada yang akan meninggalkan alun-alun untuk mengelilingi kota.
“Kalian pergi lah” Elio melihat mata berbinar para wanita di kios saat melihat parade.
“Sungguh?” Penelope dengan cahaya di mata melihat pada Tuan Laurent.
“Ya, pergilah menikmati parade ini” Tuan Laurent tersenyum lembut.
“Ayoo! Cath kita harus berada tepat di belakang anak-anak itu” Penelope segera menarik Odelia, keduanya berlari melewati warga menuju parade. Dua pelayan wanita lainya berpamitan ikut pergi mengikuti parade, tersisa Elio, Tuan Laurent dan satu pekerja pria toko menjaga kios mereka.
“Sungguh melegakan melihat mereka kembali ceria” Tuan Laurent merasa lega dan sedikit beban di hatinya menghilang saat melihat dua sahabat itu telah kembali ceria, Elio tersenyum mengerti perasaan Tuan Laurent.
Saat keduanya sedang berbicara santai, seorang prajurit dengan armor yang berbeda dari prajurit kota menghampiri Tuan Laurent.
Melihat prajurit itu, Tuan segera mengerti ia berpamitan pada Elio untuk pergi karena terdapat urusan yang mendesak. Di bantu pengemudi kereta untuk menaiki kereta, Tuan Laurent mengikuti kuda prajurit itu pergi.
Sementara itu, Odelia serta Penelope berhasil mengejar barisan parade tepat di belakang anak-anak dengan pakaian bunga. Keduanya mengikuti parade dengan senang, Penelope ikut meniup terompet di tanganya dan menggerakan tanganya sedangkan Odelia tetap terdiam mengikuti parade menikmati kemeriahan.
Beberapa warga muncul di balkon dan jendela rumah mereka, menaburkan bunga-bunga saat parade melewati jalanan, meniup terompet serta mengibarkan bendera di tangan mereka mengikuti kemeriahan parade.
Di sisi jalan Jamie yang tengah bertugas melihat Odelia serta Penelope di parade melambaikan tangan pada mereka, Odelia yang menyadari membalas Jamie dan tersenyum ringan padanya.
“Dia sangat cantik hari ini” Jamie terpesona saat melihat Odelia mengenakan gaun berwarna cerah.
“Apa yang kau bayangankan di tengah tugas mu ini?” teman pengawalnya merangkul leher Jamie menggodanya saat melihat rona merah di wajah Jamie.
“Hey! Bukan urusan mu” Jamie merasa kesal, temanya tertawa berhasil menggoda Jamie.
Setelah berkeliling kota mengikuti parade, Odelia serta Penelope kembali menuju kios mereka namun tidak melihat keberadaan Tuan Laurent.
“Kemana Tuan Laurent?” Penelope bertanya meminum jus di tanganya.
“Ia pergi, sepertinya terdapat sesuatu yang mendesak” Elio menjelaskan sembari memakan sandwich untuk makan siang mereka.
Mereka kembali menguncangkan lonceng, beberapa orang mencoba tantangan ini namun mereka gagal karena rasa aneh roti. Mendapatkan roti dan jus karena gagal bukan lah yang buruk.
Langit orange mulai terlihat di langit, Anthony menghampiri Odelia di kiosnya.
“Kak Riny” Anthony mengenakan kostum burung mengepak-ngepakan sayapnya.
“Anthony” Odelia melihat wajah menggemas Anthony yang menggunakan topi burung mencubit kedua wajahnya.
“Kak Riny, mengikuti parade? Apa kak Riny melihat ku?” Anthony dengan wajah memerah bertanya.
“Tidak, kami berada di barisan belakang” Odelia menggelengkan kepalanya.
“Sangat di sayangkan” Anthony merasa sedih terlihat lesu.
“Kamu terlihat tampan dengan sayang ini” Odelia memberikan jus padanya.
“He he he, terimakasih kak”
“Ibu dan ayah ada di kereta itu” Anthony menunjuk kereta di kejauhan, terlihat Tuan Louise berdiri di samping kereta dan Lady Vanessa di dalam kereta melambaikan tangan pada Odelia.
“Sebaiknya kamu segera kembali ke kereta Tonyy”
“Untuk persiapan di malam hari” Odelia mencubit hidung Anthony.
“Baiklah, sampai jumpa kak Riny” Anthony memegang hidungnya dan pergi berlari menuju keretanya.
"Sebaiknya kita merapihkan kios ini dan kembali setelah Bloomtide” Elio melihat pada langit, semua orang setuju dan mulai merapihkan kios.
...----------------...