Tuan D seorang Pangeran dari bangsa Drakula, ia harus menikah dengan seorang gadis dari bangsa manusia yang lahir di Bulan Purnama.
Hingga pada suatu malam, Tuan D bertemu dengan Liana. Seorang gadis cantik yang kebetulan juga lahir di bulan purnama. Saat itu Liana tengah berlari dari kejaran dua orang penjahat yang hendak membunuhnya.
Tanpa berpikir panjang, Liana meminta pertolongan dari Tuan D, karena tidak ada orang lain yang ditemuinya pada malam itu.
Akankah Tuan D mau membantunya? Adakah Syarat yang Tuan D berikan pada Liana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyelamatkan Liana
Brak
Terdengar suara pintu yang di dobrak paksa.
"Tuan D...," pekik Liana
"Hahaa selamat datang di rumahku wahai ka...," Boscha yang berbalik memutus ucapannya begitu tau yang datang bukan orang yang diharapkannya.
"Tri, kau?! kenapa kau bisa di sini...," tanya Liana keheranan.
"Hoh ingin menjadi pahlawan rupanya," ucap Bos.
Tiga bodyguard sahabatnya maju ke depan menyerang Bos Drakula itu. Sedangkan Tri mencoba melepaskan rantai yang terikat sangat erat.
"Hah...hah...hah...Liana maafkan aku, aku menyesal, hiks...hiks... ini salahku," Tri meminta maaf seraya mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal.
Tidak mudah untuk masuk ke kastil itu. Tri memakai ide dari Steve meski agak mainstream. Mereka memburu babi hutan terlebih dahulu kemudian ketiga bodyguard itu melumuri tubuh mereka dengan darah babi untuk menyamarkan bau darah manusia mereka.
Sesuai saran Steve, Tri dan ketiga bodyguard itu tidak boleh membatin atau berpikir apapun. Tri di masukkan ke dalam peti dan mengelabui penjaga kastil dengan alasan ada persembahan manusia untuk Tuan Bos.
Si penjaga percaya kemudian mereka diperbolehkan masuk ke dalam kastil. Tak butuh waktu lama untuk mencari keberadaan Liana, di mana ada teriakan pasti di sana pula ada Liana. Bodyguard itu lalu mendobrak paksa pintu kamar.
"Apakah ini ulahmu? kau memasukkan aku ke dalam peti dan berakhir disini?" terka Liana yang berharap itu bukanlah ulah Tri.
Tri menangis seraya mencoba melepaskan rantai itu kemudian ia mencari sesuatu seperti batu atau kayu tapi tak menemukannya.
"Aku hanya bermaksud untuk mengantarmu kemari dan langsung membawamu kembali diam-diam. Tapi dia mengetahui rencanaku dan semakin memperketat penjagaan," jelas Tri
"Kalau begitu tinggalkan aku Tri, aku tidak butuh pertolonganmu,"
"Tidak aku ingin menebus kesalahanku... bagaimana ini, aku tidak bisa melepaskan ikatan rantai ini," pekik Tri
"Biarkan saja, Tri kamu pergi saja, dia itu drakula jahat. Kamu bisa celaka. Aku aku tidak ingin kamu terluka," ucap Liana yang masih memikirkan keselamatan sahabatnya.
Trivia terenyuh mendengar ucapan Liana, ia lalu memeluk Liana yang masih memikirkan Tri, tidak seperti dirinya yang menyerahkan Liana untuk memutuskan perjanjiannya dengan drakula itu, meski awalnya saat penyerahan itu terjadi Tri akan menyerang drakula itu dan membawanya pergi Liana. Tapi semua rencananya gagal. Drakula itu sudah tau rencana penghianatan Tri dan mengancamnya.
Kini Tri kembali lagi dengan rencana kedua untuk menyelamatkan Liana. Dia tidak akan meninggalkan Liana lagi.
"Tidak, aku tidak akan meninggalkan mu lagi. Biarkanlah ini menjadi bukti persahabatan kita. Aku akan menyelamatkanmu dan kita pergi dari sini. Jika tidak bisa, maka aku akan tetap disini meskipun harus mati sekalipun." ucap Tri bersungguh-sungguh.
Saat perjalanan ke Transylvania, nasihat Lee terus terngiang di kepalanya. Ia memikirkan ucapan Lee yang ada benarnya.
Dua bodyguard yang menyerang drakula itu tewas seketika, sedangkan Steve pingsan dan terluka parah.
"Haha sungguh adegan yang mengharukan, ingin menyelamatkan temannya tapi dia tersendiri terjebak haha," ucap Boscha menertawakan dua wanita didepannya.
Boscha menarik Trivia dengan kekuatannya dan menghantamkan tubuh wanita itu ke tembok, hingga kepala belakangnya mengeluarkan darah segar. Lalu dijatuhkannya begitu saja.
"Aakhh," pekik Trivia merintih kesakitan kepalanya terasa pening dan ngilu.
"Tri...," teriak Liana.
"Heh drakula jahat, jangan kau sakiti dia!" hardik Liana yang menggerakkan tangannya mencoba untuk melepaskan rantai di tangan dan kakinya.
"Lalu aku harus menyakiti siapa, ini sangat menyenangkan Liana, sudah lama aku tak bermain seperti ini," ujarnya
"Bisa kamu bisa bermain orang-orangan dengan boneka Barbie atau boneka robot atau mainan lainnya, tetapi jangan dengan manusia atau sahabat ku termasuk aku juga," balas Liana dengan kepolosannya entah itu polos atau bodoh.
Tri yang merintih kesakitan di kepala dan badannya menjadi tertawa kecil mendengar ucapan Liana. Seakan rasa sakitnya berkurang.
"Haha gadis kecil kau sangat menarik. Aku tak bisa menunggu bulan purnama berikutnya. Terlalu lama, bagaimana kalau kita bermain sekarang?" tanya Drakula itu seraya melayang mendekati Liana.
Tri mengamati drakula yang sedari tadi tak menginjakkan kakinya ke bumi.
"Apakah dia takut terkena tanah ini? atau kah ada kutukan sehingga ia tak bisa menginjakkan kakinya?" batin Tri.
"Aku tak mengizinkan mu berfikir tentangku, rasakan ini," ucap Drakula yang lagi-lagi mengetahui apa yang dipikirkan Tri.
Terdengar teriakan yang melengking, menggelegar seluruh ruangan itu. Tri kesakitan, seluruh badannya seperti di remuk oleh sesuatu. Steve yang pingsan karena kesakitan menjadi terbangun mendengar teriakannya.
"Kau tahu, menyiksa hingga hancur sangat menyenangkan. Aku bisa saja menghabisi mu sekarang dan menjadikanmu abu." sahut Boscha.
"Cukup cukup, jangan sakiti sahabatku! kau sangat kejam!" pekik Liana seraya menangisi sahabatnya.
"Baiklah calon istriku, aku tidak akan menyakitinya lagi tapi biarkanlah aku bermain denganmu kali ini," ucapnya seraya menghentikan kekuatannya. Tri tidak lagi kesakitan.
Steve yang tersadar diam-diam menghampiri Tri dan ingin membantunya. Tri melihat Steve dan menggelengkan kepalanya untuk tidak gegabah.
Disamping itu Boscha yang sudah bersiap mencumbui Liana malah mendapatkan air liur yang mendarat di wajahnya.
Cuih
"Wajahmu kotor, bersihkanlah dengan air itu!" ucap Liana menghina Boscha.
Pria itu menarik rambut Liana, wanita itu merintih seraya memejamkan matanya, ia takut apa yang akan dilakukan Drakula itu selanjutnya
Sebuah tendangan tepat mengenai wajah Boscha hingga terhenyak ke belakang ia menahan tubuhnya untuk tidak jatuh ke tanah.
"Tu tuan.." Wajah Liana berbinar melihat kedatangan Tuannya.