Maha Rani Larasati rela menikah dengan Daniel Nur Indra seorang duda ber anak satu tapi jauh dari kata bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trisubarti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21
Dua dokter Rizal dan Zulmy, membahas rumah tangga Daniel sahabat mereka. Mungkin saja Daniel telinganya berdengung karena pembicaraan Zulmy dan Rizal.
"Kurang ajar tuh Daniel! pantas semakin kesini badan Rani semakin habis, mungkin karena memikirkan suaminya itu." Zulmy mengepalkan tangannya.
Zulmy kesal, dengan sikap Daniel, bagaimana tidak? terpuruknya seorang wanita ketika kehilangan anaknya. Maka perlu dukungan orang-orang yang di kasihinya untuk memulihkan mentalnya. Tapi kenyataannya Rani menghadapi sendiri. Sesama wanita tentu dokter Zulmy merasakan sesak.
"Udah loe biar marah-marah juga Daniel nggak mungkin dengar, lebih baik kita atur waktu untuk menemui dia." Pungkas dokter Rizal.
"Udah gue cabut ya Zul, kapan loe mau temui Daniel gue ikut." Dokter Rizal cepat berlalu tanpa menunggu jawaban dokter Zulmy.
Dokter Zulmy juga berkemas dan segera masuk ke ruangannya.
******
Rani dan Bambang sudah sampai di terminal kampung rambutan. Mereka turun dan bergegas mencari orang yang di tuju.
Bambang PoV.
Aku heran dengan wanita yang bernama Rani ini. Ia mencari orang yang baru ketemu dengannya sekali. Di terminal pula.
Tapi biar saja lah! aku ikut saja apa maunya. "Permisi Pak..." Ia bertanya kepada seorang Bapak tukang parkir di terminal.
"Oh iya Mbak, ada yang bisa saya bantu?" Jawab tukang parkir.
"Pak, saya mau tanya, Ibu penjual soto empat tahun yang lalu, pindah kemana ya?" Tukang sapu tidak menjawab. Lalu mengerlingkan mata kearah ku. Aku hanya menghela nafas.
"Oh ibu Kokom ya Mbak?" Tanya satpam yang baru keluar dari pos.
"Oh ya! betul Pak!" Aku melirik wajahnya berbinar.
"Dia sudah pulang kampung setahun yang lalu Mbak." Tutur Satpam. Aku hanya diam menyimak perbincangan mereka.
"Oh gitu ya" Aku melihat wajahnya bersedih. Aku tidak tega tapi tidak bisa berbuat apa apa.
"Tapi ada nomor telepon nya kok Mbak." Satpam membuka handphone mungkin sedang mencari nomor yang dia bilang Ibu Kokom.
"Oh ya?" Aku melihat wajahnya berbinar kembali dan tersenyum manis membuat dadaku berdebar. Astagfirlullah..." Ada apa denganku? aku menundukkan kepala.
"Ini Nomor nya Mbak," satpam memperlihatkan ponselnya ke arahnya. Aku perhatikan dia sedang menyimpan nomor bu Kokom.
"Terimakasih ya Pak..." Satpam hanya mengangguk kemudian pergi meninggalkan dia.
Aku perhatikan dia sedang menghubungi bu Kokom.
entah apa yang di bicarakan aku tidak begitu mendengar. Hanya kata terakhir yang aku dengar.
"Baik bu saya otw rumah ibu ya..." Begitu katanya.
Kalau di pikir secara logika, kenapa sih... harus jauh-jauh mencari Ibu Kokom? Kenapa bukan lewat aplikasi kalau hanya sekedar mencari Partner bisnis? Sungguh membuat aku bingung.
Banyak orang sekitar yang membutuhkan pekerjaan. Dan tidak usah menelusuri keberadaan orang yang tidak begitu dia kenal.
"Bang saya kerumah Ibu Kokom, naik bus saja! Sebaiknya abang pulang." Katanya santai.
Astagfirlullah... kenapa harus ke Tasik sih? Pikirku.
Mana tega aku membiarkan dia ke Tasik sendirian? sebaiknya aku antar saja. Biar nanti aku telepon Dira. pikirku.
"Mbak e kenapa harus ke Ciamis, kenapa bukan dia saja yang di suruh kesini?" Tanyaku.
"Mana bisa begitu bang! saya tadi telepon saja nggak ingat saya, masa saya ujug ujug nyuruh dia kesini, mana mau dia?"
"Kalau saya datang kan! setiknya ingat wajah saya." Tutur nya masuk akal.
"Yo wes tak antar Mbak e" Kataku.
"Bang nggak usah di antar! Biar saya naik bus saja" Jawabnya kekeh. Ini orang kalau sudah punya kemauan keras juga ternyata.
"Mbak e! jangan ngeyel! Mbak itu perempuan loh, nyari alamat orang yang baru Mbak kenal sekali !"
"Sudah gitu belum pernah kesana Mbak pikir saya tega!"
Dia menatapku aneh. "Lalu apa bedanya dengan abang, saya juga baru kenal sama abang!" Begitu jawabannya.
"Ya setidaknya saya kan sudah kenal selama seminggu sama Mbak! kalau saya mau jahat, pasti sudah saya lakukan ketika Mbak pingsan waktu itu."
"Sudah Mbak nurut lah,, saya antar! jangan khawatir saya nggak akan minta ongkos kok! gratis tis tis tis..." hehehe..dia terkekeh.
"Kok tertawa kenapa?" Tanyaku tertawanya manis sekali sehingga membuat aku kembali berdebar.
"Habis si abang lucu gaya medoknya itu loh, seperti di buat-buat gitu."
Rupanya dia mulai curiga bisa bahaya ini. Pikirku.
"Sudah ayuk nanti kesiangan macet lagi. Aku membukakan pintu untuk dirinya.
"Ini saya bayar dulu" dia menyodorkan uang lembaran ratusan entah ada berapa lembar ke arahku.
"Haiiiss...si embak ini loh, kan saya tadi bilang gratis."
"Kalau gratis ya nggak usah di antar!" Katanya kesal, kemudian hendak pergi menuju bus.
"Okay...saya ambil tapi please jangan pergi. Aku memohon.
Dia menurut, kemudian masuk ke dalam mobilku. Aku menyalakan mobil kemudian berangkat menuju ciamis.
Di dalam mobil kami saling diam, 15 menit kemudian, aku menoleh sebab sedang lampu merah. Aku perhatikan dia sedang tidur. Wajahnya putih, cantik, tapi terlalu kurus. Kalau berat badanya nambah 10 kg mungkin terlihat lebih semok. Pikirku.
Astagfirlullah...ada apa denganku.
Tidak tidaaakk...dia itu istri orang.
Rasa ini harus aku buang jauh, aku bukan Pebinor.
Aku tidak mau mengambil kesempatan. Jujur apapun yang terjadi dengan rumah tangga mereka aku ingin mereka bisa bersatu kembali.
Walaupun wanita ini tidak pernah bercerita kepadaku tentang keadaan rumah tangganya. Tapi aku bisa ambil kesimpulan bahwa rumah tangga wanita ini sedang tidak baik.
Mana ada Istri pergi membawa banyak barang. Dan pisah ranjang malah membeli Ruko pula.
Sebenarnya ada masalah apa dia dengan suaminya. Andai aku ada hak untuk menasehati dirinya. Aku akan menyuruhnya untuk pulang dan berkumpul dengan keluarga.
Tapi siapa aku, hanya sopir taksi di matanya. Dan anehnya aku malah terjebak dengan rasa yang terlarang.
Ya Allah ampuni hamba, cinta memang tidak memilih siapapun untuk menjadi pilihannya.
Namun cinta yang melanggar norma tidaklah di perbolehkan, karena akan menjadi dosa dan akan berdampak negatif pada kehidupan aku.
Hubungan antara laki-laki dan perempuan yang statusnya bersuami adalah hubungan terlarang. Dan aku tidak mau di anggap perusak.
Samaran ku selama tiga bulan ini sebagai sopir taksi. Justeru menjebak aku sendiri bukan wanita lajang yang bisa mengisi hatiku
tapi malah istri orang lain.
Ya Allah ampuni aku, hanya sekedar mengagumi dan tidak ingin memiliki. Hamba mohon hilangkan rasa cinta ini.
"Dan Barang siapa yang merusak hubungan seorang istri dengan suaminya maka mereka bukan dari golongan kami" (H.R an-Nasai)
Aku melirik jam sudah jam 12 siang berarti sudah satu jam perjalanan. Aku melirik dia tapi masih terlelap. Sedangkan perutku sudah keroncongan minta di isi.
Ingin membangunkan dia tapi kasihan lebih baik aku tahan lapar ku.
Segini dulu ya mata budhe nggak kuat, perut keroncongan seperti perutnya Bambang.
lumayan buat nambah penghasilan tambahan 🙏😭😭😭