Aleta seorang gadis yatim piatu yang tinggal di panti asuhan. Gadis ini memiliki wajah yang cantik, dengan sepasang mata yang bening dan indah. Nasib mempertemukannya dengan seorang kakek yang sedang tertabrak mobil.
Karena sifat penolongnya, Aleta dibawa kakek ke kota Bandung dan dinikahkan dengan cucunya yang memiliki tabiat keras. Dengan kelembutan hatinya, pada akhirnya Aleta bisa meluluhkan hati suaminya.
Intrik-intrik yang muncul dalam pernikahannya, akhirnya menjadikan mereka untuk saling menguatkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mamah AllRey.., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdua
Pukul sepuluh malam Devan dan Aleta sudah sampai di apartemen, tidak mengikuti pulang ke rumah keluarga. Dengan alasan ingin memiliki privacy, Devan membawa Aleta pulang ke apartemen. Aleta merasa gugup, saat sopir mengantarkan mereka ke apartemen, dan meninggalkan mereka berdua. Memasuki apartemen, tampak rasa kekaguman Aleta terhadap kemewahan interior dan perabotan yang ada di dalamnya. Meskipun apartemen itu terletak di lantai tujuh, tetapi apartemen itu sangat besar.
Apartemen itu memiliki dua kamar, lengkap tersedia dapur, ruang tamu. Bahkan apartemen yang ditempati Devan memiliki balkon yang luas untuk melihat pemandangan kota Bandung dari ketinggian.
Aleta duduk di sofa tamu, bingung mau melakukan apa. Untuk mengusir kebekuan, Aleta membuka-buka ponselnya, dan menelusuri aplikasi WhatsApp untuk membaca chat teman-temannya. Meskipun Aleta tidak mengumumkan pernikahannya, tetapi banyak chat masuk untuk mengucapkan selamat dan mendoakan atas pernikahannya. Sesekali senyuman muncul menghiasi bibir pink mungil miliknya. Devan diam-diam mengamati perilaku wanita kecil yang baru kemarin dinikahinya.
Aleta menggulir whattaps untuk melihat pembaruan status terkini teman-temannya. Melihat status pembaruan terkini Ferdinand, tiba-tiba Aleta merasa sesak dan sedih. Ferdinand memasang status dengan mengunggah foto Aleta tampak belakang, saat sedang berteriak di atas bukit pantai Sadranan.
"Kamu yang pernah ada, dan akan tetap ada". tulisan teks tertoreh di atas foto itu. Aleta yang sebelumnya senyum-senyum membaca chat, saat ini berbanding terbalik merasakan kesedihan. Matanya tiba-tiba berkaca-kaca.
"Capek..., mandilah dulu. Aku akan menyiapkan makanan untuk makan malam." kata Devan perlahan, mengalihkan perhatian istrinya.
Aleta merasa heran dengan perubahan sikap Devan. Devan yang terbiasa bersikap dingin, dengan penampilan keras dan arogan hari ini betul-betul bersikap lembut dan perhatian dengannya.
"Dimana kamar mandinya." tanya Aleta gugup sambil menyeka matanya menggunakan sudut bajunya.
"Ada di dalam kamar, mari aku antar." sahut Devan sambil mengantar Aleta memasuki kamar. Terlihat king size bed, dan warna hitam monochrome mewah mendominasi kamar.
"Ini kamar mas, Aleta nanti tidur dimana." tanya Aleta polos.
Devan terdiam sejenak, kemudian dia memegang dan mencengkeram bahu Aleta dengan kedua tangannya.
"Aleta..., apakah aku harus memberi tahu kamu tentang status kita saat ini.," ucap Devan sambil menatap mata istrinya.
Sebenarnya Devan agak merasa jengkel dengan Aleta. Gadis desa yang tinggal di panti asuhan itu, dia pikir memiliki batas dalam berteman. Tetapi belum genap satu Minggu Devan mengenal nya, sudah ada dua laki-laki tampan yang tampak sangat dekat dengannya. Apalagi sekarang dia terlihat bersedih hanya karena membaca pembaruan status laki-laki pacarnya.
"Aleta, kita saat ini adalah suami dan istri."
"Aku sudah memberimu kesempatan untuk tidak menerima pernikahan ini, tapi kamu tidak mengambilnya."
"Aku adalah laki-laki dewasa yang sebentar lagi usiaku akan menginjak 31 tahun, jadi aku tidak akan bermain-main dengan janji pernikahan yang kukatakan di depan penghulu." kata Devan tegas.
Aleta diam tertunduk. Devan menengadahkan muka Aleta untuk menghadap mukanya.
"Tataplah aku jika kita sedang bicara serius."
Aleta memberanikan diri menatap wajah Devan, laki-laki yang saat ini sudah resmi menjadi suaminya.
"Maafkan aku," ucap Aleta lirih.
"Sudahlah, mandi dulu. Aku akan ke depan menunggu ojek online mengantarkan makan malam kita." kata Devan kembali lembut, kemudian melepaskan cengkeramannya di bahu Dev dan berjalan keluar kamar.
Aleta terduduk sebentar di pinggir ranjang . Kemudian melangkah pelan menuju kamar mandi. Begitu memasuki kamar mandi, muncul kembali kekagumannya melihat kamar mandi. Kamar mandi Devan memiliki ukuran lebih besar dari kamar Aleta di panti asuhan. Karena takut terkunci di dalam, Aleta hanya menutup pintu kamar mandi tanpa menguncinya.
Aleta mengamati bath tub dari marmer dengan banyak tombol, dan shower yang terletak di atasnya. Di dinding kamar mandi yang terbuat dari batu granit, banyak ornamen yang menghiasi dinding.
"Bagaimana menyalakan airnya, tidak ada gayung lagi." batin Aleta kebingungan.
"Apakah aku harus minta tolong sama Devan ya," tapi dia langsung menggelengkan kepalanya sendiri.
Lima menit berlalu dengan kebingungan Aleta di kamar mandi. Tiba-tiba dia memiliki ide untuk memutar tombol di arah shower.
"A....a...., panas," teriak Aleta kepanasan.
Devan yang sedang mengambil baju di kamar, untuk dibawa ke kamar tamu langsung berlari menerobos masuk kamar mandi tanpa mengetuk pintu.
Terlihat Aleta dengan baju basah kuyup merasa kepanasan terkena semburan air panas dari shower.
"Kamu tidak apa-apa,"tanya Devan khawatir.
"Panas mas, Aleta salah putar tombol ya." tanya Aleta malu karena betapa bodohnya dia.
Devan tersenyum melihat keluguan Aleta.
"Maaf tadi aku lupa kasih tahu sebelumnya. Sini aku ajari."
Dengan sabar Devan menjelaskan fungsi tombol di kamar mandi. Putar ke kiri untuk menyalakan air panas, ke kanan untuk air dingin. Kemudian cara mengisi air di bath tub, membuangnya dengan sabar dia jelaskan kepada Aleta. Aleta dengan malu-malu menganggukkan kepala tanda sudah mengerti.
"Sudah bisa aku tinggal," tanya Devan lembut yang langsung menggetarkan hati Aleta.
Devan tiba-tiba menatap tubuh Aleta bagian depan dengan tatapan redup. Air panas yang tadi menyembur ke tubuh Aleta, tampak jelas tercetak di tubuh Aleta yang saat ini sedang mengenakan baju atasan tipis. Bagian atas tubuh Aleta sangat jelas terbentuk, dan terlihat warna pink muda di dalamnya.
Melihat arah pandangan Devan, Aleta meletakkan kedua tangannya bersedekap untuk menutupinya. Tiba-tiba tubuh Devan semakin mendekatinya, dan dengan lembut dia membisikkan sesuatu di telinga Aleta
"Apakah aku bisa meminta hakku malam ini." tanyanya lirih yang langsung melunglaikan tulang-tulang di tubuh Aleta.
Tanpa menunggu jawaban keluar dari bibir pink mungil di depannya, Devan menempelkan bibirnya ke bibir Aleta. dengan gerakan lembut tidak tergesa-gesa, Devan menunggu kesiapan istrinya. Aleta yang merasakan respon dari sinyal alamnya, perlahan dia membuka mulutnya dan ikut menikmati permainan lidah Devan yang mampu menggetarkan hatinya. Setelah beberapa waktu, Devan melepaskan pink mungil dan mulai bergerak ke telinga Aleta.
Daging lembut itu dengan sangat pelan menyusuri belakang telinganya dan mulai bergerak turun ke lehernya. Tanpa disadari, ******* kecil terlepas dari bibir pink mungil Aleta yang seketika menjadi penyemangat Devan untuk melanjutkan tujuannya.
"Apakah kamu mengijinkanku." bisik Devan lembut yang mampu menghilangkan kesadaran seorang Aleta.
Aleta menganggukkan kepala dengan malu-malu, dan dijawab dengan tindakan Devan yang sudah melepaskan semua yang menempel di tubuh keduanya. Tangan Devan meraih tombol putaran shower, dan air shower mengguyur tubuh mereka. di bawah pancuran air, mereka kembali menyatukan saliva mereka. Setelah beberapa saat, Devan mematikan shower dan meraih handuk kemudian mengeringkan tubuh istrinya dan mengangkatnya keluar kamar mandi.
Aleta merasa terbang merasakan sesuatu yang aneh yang belum pernah dirasakannya selama ini. Perlahan Devan meletakkan tubuh istrinya ke atas ranjang, dan dengan gunung berapi di dalam perutnya yang ingin menyembur keluar, dia terus melakukan invasi ke setiap jengkal tanah pertahanan Aleta. Tetapi ketika Devan memaksa masuk ke bagian inti, dia merasakan pagar penghalang yang susah untuk dirobohkan. Jeritan kesakitan wanita di bawahnya seketika membuyarkan keinginannya. Perlahan Devan bangun dan mengangkat kembali tubuh istrinya ke kamar mandi.
Devan kembali menyalakan shower, dan akhirnya mereka mandi bersama. Setelah selesai mandi, Devan kembali ke kamar.
"Kenapa berhenti." tanya Aleta tidak mempercayai apa yang baru saja terjadi.
"Kita masih banyak waktu untuk melakukannya. Aku akan menunggu sampai kamu siap."
"Kenapa kamu tadi tidak bilang kalau kamu belum pernah melakukannya." tanya Devan yang merasa agak berdosa karena pernah berpikir buruk pada Aleta.
Melihat kedekatan Aleta dengan Haris dan Ferdinand, Devan mengira Aleta sudah pernah melakukannya dengan mereka. Apalagi Devan menyamakan Aleta dengan gadis-gadis lainnya di kota ini.
"Apa yang harus aku beri tahukan," tanya Aleta tersipu malu.
"Berarti tadi kita sudah melakukannya ya." tanyanya polos.
Devan kembali gemas dengan keimutan Aleta, dan memberikan ciuman sekilas di bibir Aleta.
"Sudah atau belum tidak perlu lagi. sejak malam ini tidak akan ada yang bisa untuk mengambilmu dariku."
"Ayuk kita makan, tidak perlu berpikir banyak."
Setelah berpakaian, akhirnya mereka makan bersama.
*******
lanjut Thor