NovelToon NovelToon
Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Lyana Mentari

Fiksi-Fantasy

Berkisah tentang dokter muda yang ambisius mengabdikan diri untuk kesehatan anak-anak.

Marissa Darwanti, karena sebuah kecelakaan tragis di malam yang penting. Membuatnya harus berpetualang ke dalam novel berjudul Back In Time, karya sang sahabat.

Antara nyata dan tidak, entah ini mimpi atau memang jiwa Risa merasuk ke dalam raga seorang selir, dari dinasti antah-berantah di dalam novel itu. Menjadikannya seorang selir jahat, yang haus akan cinta dan kekuasaan, Selir Agung Wu Li Mei.

Akankah Risa mampu bertahan dan menjalani hidup sebagai Wu Li Mei? Atau ia bisa terbangun sebagai Marissa suatu hari nanti?



Slow update teman-teman, up hari Senin dan Kamis yaa! Terima kasih, dukung novel ini terus ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyana Mentari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permainan kecil

"Jika kau tidak bisa melakukannya, aku sendiri yang akan melakukannya."

Yang Jia Li bangkit dari ranjang, dalam keadaan tanpa busana, sang permaisuri meniup semua lilin yang ada di dalam kamarnya. Wanita itu mengunci pintu agar Yang Zhe Yan tidak bisa lari, dalam pencahayaan yang sangat sedikit, Ia bisa melihat Zhe Yan takut dan gelisah, tapi apa mau dikata, sang permaisuri sudah kepalang tanggung.

Permaisuri Yang melangkah pelan menghampiri Yang Zhe Yan, lalu mendorong bahu pemuda itu untuk duduk di ranjangnya. Tanpa banyak bicara, Yang Jia Li segera duduk di pangkuan sang adik, menarik tangannya untuk melanjutkan yang sempat tertunda.

"Ku mohon kakak, kita tidak seharusnya melakukan ini."

"Apa kau bilang!"

"Kakak...... kau sudah bersuami."

"Lalu?"

"Ini bukan sesuatu yang benar untuk dilakukan."

"Tahu apa kau tentang kebenaran, hah?!"

"Ka..."

Plakkkk..........

Tangan lentik Yang Jia Li menampar kuat pipi Zhe Yan, membungkam kata yang hendak keluar sebelumnya. Wanita itu sudah muak, ia hanya ingin sebuah pelampiasan, sesulit itu kah. "Aku yang membuatmu menjadi panglima, Zhe Yan."

"Tidakkah kau tahu cara berterima-kasih? Inikah caramu berterima kasih, heh!"

"Kau tidak tahu diri, Zhe Yan. Ingatlah jika aku tidak menjadikanmu sebagai prajurit, kau mungkin hanya menjadi gelandangan karena orang tuamu yang miskin itu. Lihatlah ini!" Yang Jia Li menunjuk pakaian prajurit yang melekat dalam diri Zhe Yan, "Tanpaku, kau tak mungkin bisa menjadi panglima sekarang, Zhe Yan."

Permaisuri Yang bangkit, amarahnya pada Wu Li Mei belum reda dan kini Zhe Yan semakin memperburuk suasana hatinya.

Sang permaisuri mengarahkan telunjuknya ke pintu, "Pergi! Aku tidak mau melihat wajahmu, lagi."

Mendengar itu, Yang Zhe Yan segera pergi, ia mengambil pedangnya di meja, dan bergegas keluar. Ia merasa marah tentu saja, dengan maksud mudahnya sang kakak menghina orang tua dan dirinya. Tapi sang panglima pun tak bisa melakukan apa-apa, mengingatkan kekuasaan sang ratu lebih besar darinya.

...****************...

Di kediaman selir agung, Wu Li Mei tertawa puas, ia mendengar kabar dari dayang mata-matanya bahwa Yang Jia Li mengamuk di paviliunnya kemarin malam.

Kali ini ia menang, tapi tunggu, karena ini baru permulaan. Masih sangat panjang deretan rencana Wu Li Mei untuk menghancurkan sang permaisuri.

"Apa?" tanya Wu Li Mei.

Dayang Yi kembali berbisik di telinga sang junjungan.

"Yang Zhe Yan?"

Dayang Yi mengangguk, "Ya, Panglima Yang, dari negeri timur, Yang Mulia."

Wu Li Mei menggosok dagunya, wanita berhanfu kuning itu tersenyum miring. "Jadi, Yang Jia Li berselingkuh dengan adik sepupunya ya."

Sebuah ide licik terlintas di otaknya, ia akan menciptakan sebuah permainan kecil untuk menjebak Yang Jia Li tentu saja.

"Dayang Yi!" Wu Li Mei meminta sang dayang untuk mendekat, ia lalu membisikkan rencananya pada Dayang Yi.

"Segera siapkan apa yang ku minta." titah sang selir agung.

"Baik, Yang Mulia."

Wu Li Mei kembali tersenyum miring, ia harus membalas perbuatan keji Permaisuri Yang padanya dan anak-anaknya. Awalnya ia hanya ingin hidup dengan tenang di kehidupan keduanya ini, tapi apa mau dikata, saat musuh abadinya tak pernah membiarkannya tenang, Wu Li Mei pun harus bertarung untuk tetap hidup. Wanita itu dengan senang hati menerima tantangan Permaisuri Yang untuk saling berseteru.

"Salam, ibu."

Wu Li Mei menoleh, lagi-lagi Zhou Ming Hao. Sang selir menghela napas jengah, karena sang putra selalu memaksa untuk ikut dengannya ke pasar.

"Tidak, kali ini tidak!" ujar Wu Li Mei.

"Ibuuuu...... ayolah, aku tidak akan macam-macam, aku hanya ingin membantumu."

"Aku tidak bicara macam-macam."

"Bu, ibu akan membutuhkanku disana."

"Lagi pula, tenagaku cukup berguna bukan." tambahnya untuk menyakinkan sang ibu.

Wu Li Mei tak menghiraukan, wanita dengan hanfu kuning sederhana itu terus melanjutkan langkahnya keluar dari paviliun. Di penghujung minggu yang mendung, Wu Li Mei akan kembali mengunjungi pasar. Ia harus terus memantau perkembangannya apotek kecil miliknya, sekalipun mungkin namanya bukan apotek.

"Salam, Ibu."

"Xiao Yin?"

"Aku juga ingin membantu, bu." ujar gadis belia itu, senyum manis mengembang di wajahnya.

Sang selir membulatkan matanya, bagaimana bisa Zhou Fang Yin tahu. Wu Li Mei menatap tajam pada sang putra, sedangkan pangeran itu meringis sambil menggaruk lehernya.

Genggaman tangan Zhou Fang Yin mengalihkan perhatian sang selir, "Bu, aku pun berjanji tidak akan mengatakan hal ini pada siapapun."

"Tapi.... "

"Darimana kau tahu?"

"Aku tak sengaja melihatmu memasuki sebuah bangunan di pasar, karena penasaran jadi aku bertanya pada kakak." Wu Li Mei melirik sang putra tajam, "Aku yang memaksanya, bu. Jangan hukum kakak ya bu."

Zhou Fang Yin menyatukan kedua telapak tangannya di dada, ia menatap sang ibu penuh harap. Bagaimana tidak, mendengar penjelasan sekilas dari sang kakak benar-benar membuatnya penasaran. Sang ibu akan membuka sebuah toko obat, tentu saja ia akan sangat senang membantu disana.

"Ayolah bu, izinkan kami ikut." mohon Zhou Fang Yin, gadis itu memeluk pinggang Wu Li Mei erat. "Yaa, yaaa, boleh yaaa."

Setelah pendebatan yang cukup panjang dengan pikirannya sendiri, Wu Li Mei akhirnya mengangguk. Wanita itu hanya bisa menggelengkan kepala saat kedua anaknya bersorak kegirangan.

Bukannya apa, tapi membawa serta kedua anak itu akan membuatnya semakin mencolok. Wu Li Mei tak ingin rencananya ini diketahui banyak orang, semakin banyak yang tahu maka semakin banyak pula yang ingin menghancurkan apa yang ia buat. Sekalipun ia bekerja untuk kebaikan.

"Bu, apa nama toko obat itu nanti?" Zhou Fang Yin berjalan di samping Wu Li Mei, tangannya selalu merangkul lengan sang ibu. Setelah insiden di danau kala itu, ibu dan anak

Wu Li Mei mengendikkan bahu, "Ibu belum memikirkannya."

"Bagaimana kalau rumah obat?" cetus Ming Hao.

"Tidak, ku rasa itu akan terdengar aneh." tolak sang adik. "Bagaimana kalau rumah herbal?"

Zhou Ming Hao berdecak, "Oh ayolah, itu terdengar kuno."

"Lalu apa? Toko obat? Rumah pengobatan? Toko pengobatan?"

Ming Hao menggeleng tegas, "Kita harus memikirkan sesuatu yang unik dan belum pernah ada?"

"Apotek!" Wu Li Mei menjentikkan jarinya, "Ya, apotek."

"Apo.... tek?" ulang Fang Yin, ia merasa asing dengan kata itu. "Apa itu sejenis obat, Bu?"

Wu Li Mei menggeleng, "Bukan, itu adalah nama dari toko obat ibu. A... po... tek!"

Kedua anak itu tetap mengangguk sekalipun tidak paham dengan maksud sang ibu.

"Yaa, itu terdengar bagus."

...****************...

Lan Suo, pemuda penuh semangat itu sudah membersihkan toko obat milik Wu Li Mei sejak pagi buta. Ia dibantu sang adik, Meng Suo, bahu membahu menjaga toko obat milik sang selir.

Kemarin, rak pesanan sang selir datang, mereka segera menata beberapa herbal di dalamnya, sesuai dengan perintah Nyonya Wu, begitulah mereka memanggil Wu Li Mei. Kedua pemuda itulah yang kini bertanggungjawab untuk menjaga toko obat, sebagai bentuk balas budi, dan juga karena mereka tidak punya tempat tinggal.Wu Li Mei meminta mereka untuk menjadi penjaga toko obat saat toko itu sudah buka nantinya, sang selir tentu tidak bisa berkunjung setiap hari, jadi ia perlu orang yang bisa dipercaya untuk bekerja dengannya.

"Salam, Nyonya." sapa kedua pemuda itu, mereka meletakkan alat bersih-bersihnya dan menunduk hormat pada Wu Li Mei.

"Bangkitlah."

Suo bersaudara itu menatap sang nyonya heran, lebih tepatnya ke arah gadis cantik seusia Zhou Ming Hao.

Menyadari itu, Wu Li Mei terkekeh pelan. "Perkenalkan, ini Xiao Yin, putriku."

Zhou Fang Yin menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan, karena kedua pemuda berpenampilan sederhana di hadapannya itu tampak lebih tua.

"Salam."

"Salam, Nona."

Zhou Ming Hao merangkul sang adik, "Kalian tidak perlu memanggilnya nona, panggil saja Xiao Yin, sama seperti ku, kakak." ujarnya. "Benarkan, adik?"

Zhou Fang Yin mengangguk kaku, "Iya, ya tentu saja."

"Omong-omong, kau mirip sekali dengan Nyonya Wu, Xiao Yin." balas Meng Suo, ia melihat sang nyonya sedang berbincang dengan Lan Suo, "Tapi, kalian berdua memang sangat mirip yaa."

Ming Hao menggeleng, "Tidak!"

"Tidak!" tolak Fang Yin.

"Baiklah, baiklah, kalian memang anak kembar." jawab Meng Suo. Mereka bertiga menjadi cepat akrab karena jarak usia yang cukup dekat.

Zhou Fang Yin mengamati sang kakak yang membaur dengan baik, putra mahkota itu sangat berbeda ketika berada di luar istana. Zhou Ming Hao yang ia kenal, selalu pendiam, ketus, dingin dan menyebalkan.

Saat di perjalanan tadi, Zhou Ming Hao banyak bercerita kepadanya tentang Suo bersaudara, penjaga toko obat milik sang ibu. Suo bersaudara tidak mengetahui identitas asli mereka, hanya tahu jika sang ibu pasti berasal dari kalangan bangsawan saja.

"Kami sudah menata herbal kering di rak, Nyonya. Sesuai dengan isi surat anda." lapor Lan Suo.

Wu Li Mei tersenyum lalu mengangguk, mereka cukup berguna pikirnya. Sekalipun mereka dulunya gelandangan tapi Suo bersaudara itu bisa membaca dan menulis, hal inilah yang jadi pertimbangan sang selir saat ingin mempekerjakan mereka.

"Dan, kemarin herbal kering dari Negeri Xiang sudah tiba, Nyonya." Meng Suo menunjuk salah satu sudut ruangan.

Sang kakak mengangguk, "Ya, Nyonya, kami meletakkannya disana karena tidak tahu harus diletakkan dimana."

"Biarkan disana saja, nanti aku akan memeriksanya."

Wu Li Mei meminta Dayang Yi mengeluarkan harta berharga yang sedari tadi berada dalam tas sang dayang.

"Apa itu, Nyonya?"

"Ini....?" Wu Li Mei membuka sedikit gulungan berwarna merah di tangannya, sesuatu yang disebutnya sebagai harta berharga. "Ini adalah kumpulan obat dan manfaatnya."

Meng Suo mengeryit, "Oo, seperti buku pemberian Tabib Zhong?"

"Tabib Zhong berkunjung?"

Lan Suo mengangguk, pemuda itu mengingat kembali beberapa orang yang mengirim rak kemarin. "Ya, Nyonya. Bersama beberapa orang berpakaian prajurit datang kemarin, mereka membawa rak-rak ini."

Wu Li Mei mengangguk-angguk, "Kalian sudah membacanya?"

"Hanya sekilas, Nyonya. Kami sibuk menata rak." Lan Suo menggaruk lehernya sambil menyengir, Tabib Zhong juga berpesan pada ia dan adiknya untuk membaca buku-buku tentang tanaman herbal saat ada waktu luang.

"Sepertinya hari ini akan sibuk." ujar Wu Li Mei.

1
Dewi Rima
Luar biasa
Erti Zalukhu
ya kok gak nyambung kecewa loh
Siti S
Luar biasa
Ayu_Lestary
ikut berkaca-kaca 🥺🥺🥺
Ayu_Lestary
seru seru seru.... 😍
Ayu_Lestary
Dokter risa langsung menikmati kehidupan barunya, 👏
rita medialistuti
seru ceritanya, tapi dalam hati tetap bertanya tanya bagaimana risa bisa kembali..
🇲🇾 🇵🇸🍃🍁Rullaisy 🍁🍃
semakin lama semakin bodo
YAM
Luar biasa
Helen Nirawan
yg dr masa depan kalah ma yg kuno seh , pinter an donk
Helen Nirawan
eh sinting itu adik lu , otak lu ilang , klo pun mo selingkuh cari cowo laen , gila , waras lu ? 😖😖😳😱
Helen Nirawan
kaisar apaan lu , itu bini lu , klo dia jahat lu gk bs hukum dia , malah nyuruh selir , dah gt minta imbalan , lu kaisar gk ada kuasa ny sama sekali , preett , anak lu itu yg di jahatin bkn org laen , oon isshh
Helen Nirawan
apa gk py ruang dimensi gt ?
Awind Widayanti
kenapa harus Marah
Awind Widayanti
wes khaisar am kaming
Efendi Siantar
jatuh 1 korban lagi
yuká_s
👍🏻👍🏻
Efendi Siantar
Luar biasa
Buke Chika
dari kemarin2 cuman peringatan doang selir2
Buke Chika
bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!