Nazeera, seorang wanita cantik dan pintar, hidup dalam kesendirian setelah di khianati dan tinggalkan oleh suaminya. Namun, kehidupannya berubah drastis setelah di pertemukan dengan pria tampan yang merupakan seorang Presdir sebuah perusahaan besar.
Devan, yang selalu memprioritaskan perusahaan nya di desak untuk segera menikah oleh ibu nya mengingat dengan usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga. Akhirnya ia memutuskan untuk menikahi Nazeera dan menjadikannya sebagai istri rahasia yang di sembunyikan dari publik.
Namun walau begitu, tetap saja Intan menjodohkan Devan dengan banyak wanita lain karena tidak pernah setuju dengan pernikahannya bersama Zeera.
Lalu bagaimana dengan Zeera? akankan ia bertahan pada pernikahan ke-dua nya? atau justru memilih untuk meninggalkan Devan karena selalu di benci oleh ibu mertuanya?
Yuk simak ceritanya . . .
jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak berupa like, komen dan gift ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Drrtt ... Drrttt ...
Dering telfon berhasil membangunkan Devan yang masih ingin bermanja dengan istrinya di pagi hari itu. Setelah melewati malam yang indah dengan sang istri, baru pertama kali ini rasanya ia malas untuk bangun dan berangkat ke perusahaan.
["Hm, ada apa?"] Tanya Devan dalam sambungan telfon nya yang merupakan dari Aldi.
["Maaf pak, pagi-pagi non Celine sudah datang ke perusahaan dan mengacau disini."]
["Urusan gak penting seperti itu kau masih berani menghubungi ku?"]
["Baik, aku dan Dito akan mengurusnya. Selamat menikmati hari mu."] Sahut Aldi yang langsung memutuskan sambungan panggilan nya.
Devan kembali menaruh ponselnya dan berbalik menatap Zeera yang masih anteng memejamkan mata nya. Sesekali Devan memainkan hidung istrinya dengan hidungnya membuat Zeera terusik yang kemudian membuka matanya.
"Gak mau diem."
Devan terkekeh pelan, "gemes." Sahutnya mencubit pipi Zeera.
"Siapa tadi yang menelfon mu?"
"Kau mendengarnya?"
"Hm, hanya saja mata ku terlalu berat untuk di buka. Semua gara-gara kamu." Ucap Zeera memeluk tubuh suaminya.
Devan semakin menarik Zeera kedalam pelukannya dan memberikan kecupan di kening istrinya itu. Tidak lama, Zeera meraba sebelahnya untuk mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul delapan pagi.
"Aku harus ke kantor."
"Gak perlu, udah diem disini aja. Urusan kantor biar Aldi yang mengurusnya."
"Kamu gak berangkat kerja."
"Gak kerja pun kamu gak bakalan kelaparan. Semua kebutuhan mu pasti aku penuhi." Sahut Devan dengan sombongnya.
"Sombong sekali om-om satu ini." Ucap Zeera mencubit perut suaminya yang tertawa kecil. "Walaupun tidak harus ke kantor, tapi aku harus mandi. Setelah itu, aku akan siapkan sarapan untuk mu, oke?" Sambung Zeera segera beranjak.
Devan menarik lengan Zeera hingga membuatnya kembali terjatuh dalam pelukan sng suami.
"Devan!"
"Sebentar, oke?"
"Gak!"
"Ayolah... Cuma sebentar kok." Devan memelas dengan memasang wajah yang menggemaskan.
"Gak ada sebentar-sebentar, sudah cukup semalaman kamu buat aku gak bisa tidur. Jadi sekarang lepaskan aku, oke?"
"Gak mau, pokoknya aku mau kamu Zeera!"
Disaat Devan akan menangkap Zeera, wanita itu sudah melarikan diri terlebih dulu hingga membuat Devan tersungkur di atas ranjang. Zeera tertawa geli melihat tingkah sang suami yang seperti itu.
"Awas kamu ya!" Ucap Devan menatap sang istri.
Zeera masih cekikikan disana yang kemudian masuk ke kamar mandi.
Satu jam berlalu, selagi menunggu Devan di kamar mandi, Zeera bergegas menuju dapur dengan beberapa bahan makanan yang sudah siap di depannya.
"Biar bibi aja non. Non Zeera sama pak Devan mau makan apa? Biar bibi yang masak."
"Gak usah bi, gak papa. Biar aku aja yang masak, kebetulan hari ini aku gak kemana-mana." Sahut Zeera.
Ia mulai mencuci sayuran, mengiris dan menyiapkan bahan lainnya sebelum memasak nya. Setelah sekian lama, baru kali ini lagi Zeera menyentuh dapur memasak untuk sang suami tercinta.
Sambil bersenandung kecil dan senyuman yang tidak luntur dari wajahnya, Zeera melakukan itu dengan hati yang benar-benar senang.
Berbeda dengan kondisi dua orang wanita yang berada di tempat lain. Celine bersama dengan ibu nya terlihat cukup menyedihkan di depan Broto. Revi berlutut dengan surat cerai yang sudah di genggamnya, ia memohon pada Broto untuk menarik semua ucapannya dan tidak melakukan hal itu pada nya maupun Celine.
"Ma..." Panggil Celine menarik ibu nya.
Namun dengan segera, Revi menepis lengan putrinya dan tetap berlutut disana.
"Pa,"
"Jangan panggil aku papa! Selama ini aku sudah muak dengan kalian berdua! pergi dari sini dan jangan pernah muncul lagi di depan ku!" Tegas Broto.
"Maksud papa apa? Bukannya selama ini aku putri mu? Kau sendiri yang sudah membesarkan ku bersama mama." Ucap Celine.
"Sebaiknya kamu tanya sendiri kebenarannya pada dia!" Ucap Broto menunjuk Revi.
Broto menyuruh kedua pengawalnya untuk menyeret kedua wanita yang menurutnya tidak berguna itu. Ia kembali duduk sambil memijat pelipisnya. Selama ini, Broto hidup dengan wanita yang sama sekali tidak di cintainya, bahkan ia sudah membesarkan putri yang sama sekali bukan anak kandungnya. Sampai saat ini ia sudah benar-benar muak dengan tingkah kedua wanita itu.
Mengingat kejadian dimasa lalu, seharusnya usia putri kandung nya tidak jauh dengan usia Celine, namun sampai saat ini ia masih belum bisa menemukan nya.
*
Di ruang makan, Devan bersama Zeera baru saja menyelesaikan sarapannya. Sepertinya mulai saat ini masakan Zeera akan menjadi masakan favoritnya.
"Ahh iya, kejadian kemarin, kenapa pak Broto mengatakan kalau Celine bukan putri nya? kau tau sesuatu?" Tanya Zeera yang masih penasaran dengan kejadian itu.
Devan menggelengkan kepalanya, "dari kecil aku sudah mengenalnya sebagai putri pak Broto. Jika kamu penasaran, aku akan mencaritahunya untuk mu."
"Gak usah, lagian urusan mereka bukan urusan ku." Sahut Zeera beranjak dari duduknya dan segera membereskan piring kotor.
"Biar aku aja yang cuci piring, kamu duduk aja." Ucap Devan mengambil piring kotor.
Zeera mengangkat kedua sudut bibirnya membentuk senyuman yang lebar. Ia hanya menuruti dengan apa yang di katakan oleh suaminya, duduk di atas kursi sambil memakan buah dan melihat Devan yang sedang mencuci piring.
Bersamaan dengan itu, Anna datang dan hendak menghampiri Devan, namun di hentikan oleh Zeera.
"Biarin aja bi, biar dia yang kerjakan. lagian kemauannya sendiri kok." Sahut Zeera dengan ramah.
"Ini baru pertamakali nya bibi melihat pak Devan seperti itu, sepertinya beliau sangat bahagia bisa memiliki istri seperti non Zeera." Shut Anna yang ikut tersenyum.
"Aku yang beruntung memiliki suami sepertinya." Ucap Zeera tersenyum menatap Devan.
"Semoga non Zeera dan pak Devan selalu hidup bahagia dan segera di berikan keturunan."
"Semoga saja."
"Ya sudah kalau begitu bibi lanjut beres-beres dulu ya non, permisi." Pamit Anna.
Zeera hanya mengangguk. Bersamaan dengan itu, ponsel Zeera berdenting, sebuah pesan masuk yang di kirimkan oleh Kanya. Sudah cukup lama rasanya ia tidak bertemu dengan teman lamanya itu.
"Emm ... Devan!" Panggil Zeera.
"Kenapa?" Devan berbalik setelah selesai mencuci piring.
"Bolehkah aku pergi keluar?"
"Kemana kamu akan pergi?"
"Kanya mengajak ku bertemu, kebetulan hari ini dia sedang libur."
"Aku akan ikut dengan mu."
"Ha?"
Devan menghampiri Zeera dan berdiri di depannya, ia sedikit membungkuk menatap istrinya itu.
"Pergi atau tetap di rumah?"
"Tapi..."
"Kau berpisah dengan Ragil sudah cukup lama, harusnya tidak masalah jika teman kamu tau suami kamu yang sekarang." Jelas Devan.
"Tapi bagaimana dengan mu? Aku tau kamu menyembunyikan status ku hanya demi menjaga reputasi mu."
"Bukan, tapi untuk melindungi mu. Tapi mereka sudah tau, jadi tidak ada lagi yang perlu di tutupi."
"Maksud mu?"
"Sudahlah lupakan, jadi pergi atau tidak?"
Zeera mengangguk, "aku akan siap-siap dulu." Sahut nya yang bergegas masuk ke kamar.
"Aku tau betul bagaimana sifat mama, dia tidak akan bisa menerima mu begitu saja karena status masalalu mu." Gumam Devan. Menatap punggung istrinya.
"Apapun yang akan terjadi kedepannya, aku akan selalu melindungi mu, Nazeera." Sambung nya.
***
TBC. . .