15 tahun berlalu, tapi Steven masih ingat akan janjinya dulu kepada malaikat kecil yang sudah menolongnya waktu itu.
"Jika kau sudah besar nanti aku akan mencarimu, kita akan menikah."
"Janji?"
"Ya, aku janji."
Sampai akhirnya Steven bertemu kembali dengan gadis yang diyakini malaikat kecil dulu. Namun sang gadis tidak mengingatnya, dan malah membencinya karena awal pertemuan mereka yang tidak mengenakkan.
Semesta akhirnya membuat mereka bersatu karena kesalahpahaman.
Benarkah Gadis itu malaikat kecil Steven dulu? atau orang lain yang mirip dengannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiny Flavoi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03 - Menyebalkan
Bunda Vania sudah tau semuanya tentang apa yang dialami Rimba hari ini. Tentunya dari siapa lagi kalau bukan dari Galang.
"Duduk kamu!" pinta Vania saat Rimba baru saja berani pulang ke rumah, setelah sang kakak memintanya pulang dengan jaminan si Bunda tidak akan mamarahinya.
"Maaf Bun," lirih Rimba.
"Maaf kenapa? kamu punya salah?" tanya Vania.
"Iya, karena nggak pernah nurut sama Bunda," gumam Rimba.
"Bagus kalau kamu menyadarinya," sahut Vania. "Bunda galak gini bukan karena bunda benci sama kamu, Rim. Itu karena Bunda ingin kamu belajar berfikir dewasa. Sejak ayahmu tiada, kehidupan kita berubah. Sekarang kita berdua hanya mengandalkan Galang sebagai tumpuan hidup, termasuk biaya kuliahmu," ujar Vania panjang lebar berharap kali ini Rimba paham.
"Iya Bun, aku tau aku salah," gumam Rimba seraya menundukkan kepalanya.
"Nanti kalo motor kamu udah selesai diperbaiki, segera kamu jual motor itu! lalu uangnya bisa buat ganti rugi yang punya mobil," kata Vania.
"Apa?" Rimba begitu terkesiap, mendongak menatap Vania nanar. Ia kaget bukan main saat sang bunda meminta motor kesayangannya untuk dijual.
"Tapi kan motor itu masih setahun lagi lunasnya, Bun" ujar Rimba, berharap Vania mempertimbangkannya kembali.
"Kan bisa over kredit. Lumayan kan buat bayar ke yang punya mobil itu. kali aja nanti ada sisanya buat nambahin uang semesteran. Nanti bunda tawarin ke anak Pak RW, kebetulan dia lagi nyari motor bekas buat di bawa ke Bandung." kata Vania bagitu antusias.
"Si Geri maksud bunda?"
"Anak Pak RW atu-atunya siapa lagi kalo bukan Geri. Aneh kamu ini," gumam Vania.
"Tapi Bun--"
"Apa? kamu nggak setuju kalo motornya dijual?" potong Vania seakan sudah tau arah pembicaraan anaknya itu.
Rimba hanya bisa memanyunkan bibirnya. Pasrah. Posisinya sudah lemah sekarang. Protes pun sudah tidak mungkin dipertimbangkan lagi. Semua sudah ketok palu, deal!
"Trus aku ke kampus naik apa?" gumam Rimba kemudian.
"Kan bisa naik ojol, lebih aman kan?" jawab sang bunda.
"Aman dari mana Bun, sama-sama naik motor kok," sahut Rimba.
"Tapi yang bawanya kan bukan kamu, itu yang bikin bunda tenang," kata Vania tak boleh kalah omongan sama anaknya yang satu ini.
Rimba hanya bisa mendengus tak bisa membantah lagi. Pupus sudah, tak ada kesempatan untuk kejar-kejaran dijalanan seperti biasanya. Baginya sekarang yaitu kuliah, lulus, co-***, ujian sertifikasi dan internship. Itu yang terpenting.
'Ayo Rim! fokus...fokus belajar! biar cepet jadi dokter, kerja, trus bisa beli motor sendiri,' batin gadis itu menyemangati dirinya.
***
Satu Minggu,
Dua Minggu,
Tiga Minggu,
Kini Rimba ke kampus pulang pergi menggunakan jasa ojek online, lebih murah karena sering ada promo dari aplikasi yang mensponsori. Gadis itu sudah mulai terbiasa dengan perubahan gaya hidupnya kini.
Motor kesayangannya pun kini sudah resmi jadi milik Geri, anaknya Pak RW yang seusia dengannya. Teman sepermainan, teman ngajak ribut dari kecil dulu. Hanya saja sejak beranjak dewasa mereka jadi tidak begitu akrab lagi. Mungkin karena kesibukannya yang sudah masing-masing membuat keduanya jarang bertemu. Ditambah Geri sekarang kuliah di Bandung, mengambil jurusan arsitek karena dari kecil memang punya hobi menggambar rumah, dan gedung tinggi.
Malam itu, saat tengah serius mengerjakan tugas kuliahnya, tiba-tiba ponsel Rimba bergetar di atas meja. Rimba mengernyit saat muncul nomor tak dikenal dari layar ponselnya.
"Hallo..." sapa Rimba ragu. Takutnya modus penipuan yang mengatasnamakan toko online terkemuka seperti pengalamannya baru-baru ini. Untungnya Rimba langsung sadar saat si penipu itu menanyakan OTP yang tak seharusnya orang lain mengetahuinya.
"Dengan Rimba?" tanya Seseorang diseberang sana.
"Ya, siapa nih?" Rimba mengernyit.
"Saya Steven, orang yang mobilnya kamu tabrak beberapa waktu lalu," ucap diseberang sana dengan suara baritonnya.
"Yang mana ya?" tanya Rimba pura-pura lupa. 'Gila nih om-om, tau dari mana nomer gue? perasaan di KTM nggak dicantumin nomer hp,' ucapnya dalam hati jadi penasaran. Padahal sebelumnya Rimba sempat berharap orang itu tidak bisa menemukan keberadaan dirinya jika hanya bermodalkan foto KTM saja. Ternyata lelaki itu serius dengan omongannya, meminta semua data tentang Rimba dari kampus.
'Jangan pura-pura lupa kamu!'
"Ih, kok sewot sih? Maaf ya Om, saya bukannya lupa, cuma ngetes aja takutnya Om itu penipu yang lagi marak. Waspada boleh dong!" ucap Rimba seraya menjulurkan lidahnya meledek. Bodo amat, toh dia kagak liat. Pikirnya.
'Perbaikan mobil saya habis 11 juta. Jadi kapan anda bisa membayar tagihannya?'
"Buseet, 11 juta?" kaget Rimba sampai mulutnya ternganga begitu.
'Kenapa? Anda tidak percaya? itu sudah saya kirim notanya di WA message. Kalo tidak percaya juga anda datang saja ke bengkelnya. Mobil saya masih disana, belum saya ambil,' ucapnya begitu serius diseberang telepon.
"Hmm... boleh saya cicil Om? Motor saya yang kemarin aja udah saya jual cuma kena 7 juta. Maklum cicilannya masih setahun lagi, ditambah abis tabrakan kemarin abis 4 juta. Tapi itu pake uang kaka saya," ujar Rimba malah jadi curhat.
'Whatever, I don't care what you say. Intinya saya sudah kirimkan bukti notanya, silahkan anda kirimkan uangnya ke rekening yang ada disitu. Selamat malam.'
Panggilan telepon pun langsung terputus begitu saja.
"Kampret ni orang, kagak sopan banget main tutup-tutup aja! Bodo ah, nggak bakalan gue bayar!" gumam Rimba mengumpat.
Tak lama kemudian suara nada pesan pun berbunyi.
081214xxxxx :
Jangan lari dari tanggung jawab kalau tidak ingin berhubungan dengan hukum.
"Astaga, bener-bener ya ni orang," geram Rimba. Lalu ia gatal untuk segera membalasnya.
Rimba :
Oke, gue transfer 7 juta sekarang juga. Sisanya gue cicil. Titik.
(Send)
081214xxxxx :
Sisanya saya kasih waktu sebulan.
Rimba menepuk jidatnya sendiri. "Gila ni orang, emang nggak punya perasaan. Gue musti pinjem 4 juta ke siapa? Ellena punya nggak ya?" gumamnya bicara sendiri. Rimba hanya ingin segera melunasi semuanya agar tidak berhubungan dengan orang itu lagi.
"Siapa tadi namanya? Steve? Steven? Siapalah itu, I don't care who you are," ujarnya didepan cermin sambil memasang wajah judesnya seraya berkacak pinggang.
.
.
.
Tak kenal maka tak sayang. Seringnya kita membenci orang yang belum kita kenal karena kita membenci semua yang tampak darinya.