NovelToon NovelToon
Desa Penjahit Kain Kafan

Desa Penjahit Kain Kafan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:235
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Di pinggiran hutan Jawa yang pekat, terdapat sebuah desa yang tidak pernah muncul dalam peta digital mana pun. Desa Sukomati adalah tempat di mana kematian menjadi industri, tempat di mana setiap helai kain putih dijahit dengan rambut manusia dan tetesan darah sebagai pengikat sukma.
​Aris, seorang pemuda kota yang skeptis, pulang hanya untuk mengubur ibunya dengan layak. Namun, ia justru menemukan kenyataan bahwa sang ibu meninggal dalam keadaan bibir terjahit rapat oleh benang hitam yang masih berdenyut.
​Kini, Aris terjebak dalam sebuah kompetisi berdarah untuk menjadi Penjahit Agung berikutnya atau kulitnya sendiri akan dijadikan bahan kain kafan. Setiap tusukan jarum di desa ini adalah nyawa, dan setiap motif yang terbentuk adalah kutukan yang tidak bisa dibatalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Tekstur Kulit di Pintu Kayu

Aris merasakan ada sebuah tangan dingin yang membekap mulutnya dari arah belakang dengan sangat kuat dan erat. Tubuhnya diseret menjauh dari kepungan api yang mulai melahap gorden ruang tengah dan mendekati dinding kayu yang tampak berdenyut. Ia mencoba memberontak, namun kekuatan tangan itu seolah berasal dari jalinan otot kawat yang tidak mungkin dilawan oleh tenaga manusia biasa.

"Diam atau jarum di tenggorokanmu akan meledak sekarang juga!" bisik sebuah suara perempuan yang tajam tepat di lubang telinga Aris.

Cengkeraman itu perlahan mengendur saat mereka berdua sudah berada di sudut ruangan yang gelap dan tersembunyi di balik bayangan lemari besar. Aris menoleh dan melihat seorang wanita dengan seragam bidan desa yang noda darahnya sudah mengering di bagian bahu. Wajah wanita itu tampak sangat tenang di tengah kekacauan, namun matanya memancarkan kewaspadaan yang luar biasa tinggi.

"Siapa kamu dan kenapa rumah ini terasa seperti sedang bernapas?" tanya Aris dengan suara yang nyaris tidak terdengar karena ketakutan.

"Namaku Sekar Wangi, dan kamu harus melihat apa yang terjadi pada pintu itu sebelum kamu menyesal," jawab wanita itu sambil menunjuk ke arah pintu dapur.

Aris memalingkan wajahnya dan melihat pintu kayu jati itu mulai berubah bentuk secara mengerikan di bawah cahaya api yang berkobar. Permukaan kayu yang kasar perlahan-lahan berubah menjadi lembut, berpori, dan berwarna putih pucat menyerupai kulit manusia yang baru saja dicuci. Serat-serat kayu berubah menjadi aliran urat nadi yang menonjol dan berdenyut, memompa cairan hitam ke seluruh bingkai pintu tersebut.

"Itu bukan kayu lagi, itu adalah gerbang daging yang sedang menunggu tumbalnya!" seru Aris sambil berusaha mundur sejauh mungkin.

Sekar Wangi menarik lengan Aris dan menempelkan sebuah botol kecil berisi minyak melati ke hidung pria itu agar kesadarannya tidak hilang. Ia melihat Aris mulai berhalusinasi karena pengaruh aroma kapur barus yang sudah tercampur dengan sihir jahat dari mayat ibunya. Sebagai seorang bidan, Sekar tahu benar bahwa perubahan tekstur itu adalah tanda bahwa ruang dan waktu di rumah ini sudah terjahit oleh kutukan.

"Ambil penggaris besimu, kita harus merobek pintu itu sebelum kulitnya mengeras secara permanen!" perintah Sekar sambil mengeluarkan sebuah pisau bedah kecil.

"Tapi itu terlihat seperti bagian dari tubuh manusia, aku tidak sanggup menyentuhnya!" balas Aris dengan rasa mual yang memuncak di tenggorokan.

Sekar tidak memedulikan keraguan Aris dan langsung berlari menuju pintu yang kini mulai mengeluarkan keringat darah di setiap celahnya. Ia menusukkan pisau bedah itu ke bagian tengah pintu, yang seketika mengeluarkan suara lengkingan kesakitan menyerupai jeritan ribuan bayi. Aris yang melihat keberanian wanita itu akhirnya memaksakan diri untuk bangkit dan menghantamkan penggaris besinya ke arah bingkai pintu yang mulai menutup.

Hantaman logam itu terasa sangat kenyal, seolah-olah Aris sedang memukul tumpukan lemak manusia yang masih hangat dan hidup. Ia merasakan getaran aneh merambat dari penggaris besi menuju telapak tangannya, sebuah sensasi denyut jantung yang sangat kencang. Kulit pada pintu itu mulai merayap naik, berusaha membungkus ujung penggaris besi Aris dengan jalinan benang hitam yang tumbuh dari pori-pori kayu.

"Jangan ditarik, dorong lebih kuat atau tanganmu akan ikut terjahit ke dalam dinding!" teriak Sekar sambil terus menyayat kulit kayu tersebut.

Aris mengeluarkan seluruh tenaga arsiteknya, menekan bagian struktur yang ia anggap sebagai titik tumpu paling lemah dari bingkai pintu itu. Ia melihat ada sebuah celah kecil di mana benang-benang hitam itu tidak mampu tumbuh karena terhalang oleh tetesan minyak melati milik Sekar. Dengan satu teriakan penuh amarah, Aris menghujamkan penggarisnya ke celah itu hingga terdengar suara robekan yang sangat besar dan menjijikkan.

Cairan hitam kental menyemprot keluar dari luka pintu tersebut, mengenai wajah Aris dan memberikan rasa panas yang membakar seperti air raksa. Pintu daging itu terbuka lebar, namun di baliknya bukan lagi pemandangan dapur yang familiar, melainkan sebuah lorong panjang yang seluruh dindingnya tertutup kain kafan berdarah. Sekar Wangi segera menarik Aris masuk ke dalam lorong itu tepat sebelum mayat ibunya berhasil menjangkau punggung Aris dengan gunting besarnya.

Suasana di dalam lorong itu sangat sunyi, namun Aris bisa merasakan ada ribuan mata yang sedang mengintai mereka dari balik lipatan kain putih. Ia menatap telapak tangannya yang baru saja terkena cairan hitam dan menyadari bahwa garis-garis hitam mulai muncul secara perlahan di bawah kulitnya. Garis-garis itu bergerak merayap menuju pergelangan tangan, membentuk pola jahitan yang tampak sangat rapi dan mengerikan.

"Garis apa ini? Kenapa rasanya seperti ada sesuatu yang sedang menjahit dagingku dari dalam?" tanya Aris dengan napas yang tersengal-sengal.

Sekar Wangi menghentikan langkahnya dan memegang tangan Aris dengan raut wajah yang mendadak berubah menjadi sangat pucat pasi. Ia menyentuh garis hitam itu dan merasakan getaran yang sangat kuat, tanda bahwa kutukan desa ini sudah mulai mengenali mangsa barunya. Di ujung lorong, terdengar suara mesin jahit yang berputar sangat kencang disertai dengan bau amis yang semakin menusuk indra penciuman mereka berdua.

"Itu adalah benang takdir, dan jika garis itu mencapai lehermu, kamu akan berubah menjadi gulungan kain kafan hidup," bisik Sekar dengan nada yang penuh keputusasaan.

Aris terjatuh berlutut karena rasa perih yang tiba-tiba menusuk jantungnya seolah-olah ada jarum besar yang sedang menembus rongga dadanya. Ia melihat ke arah depan lorong dan menyadari bahwa kain-kain kafan di dinding mulai menjulurkan tangan-tangan panjang yang terbuat dari jalinan benang merah. Salah satu tangan itu berhasil mencengkeram pergelangan kaki Aris dan mulai menariknya masuk ke dalam dinding kain yang tampak sangat lapar.

Salah satu tangan itu berhasil mencengkeram pergelangan kaki Aris dan mulai menariknya masuk ke dalam dinding kain yang tampak sangat lapar.

1
Siti Arbainah
baru baca lngsung tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!