Shi Hao, seorang pemuda biasa di dunia modern yang mati tanpa meninggalkan jejak, terlahir kembali sebagai bayi dari keluarga bangsawan kelas satu di dunia kultivasi. Kelahirannya mengguncang langit naga dan phoenix muncul, menandai takdir besar yang bahkan para dewa tak inginkan.
Dari seorang anak licik, lucu, dan cerdas, Shi Hao tumbuh dalam dunia penuh sekte, klan kuno, monster, dan pengkhianatan. Setiap langkahnya membawa kekacauan: ia mencuri pil, menghancurkan jenius lain, menertawakan musuh, dan mengalahkan ancaman yang jauh lebih kuat dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 25
Pagi itu, langit di atas Sekte Langit Abadi tampak kelabu. Burung-burung gagak berputar di sekitar Puncak Hukuman, seolah mencium bau kematian yang akan datang.
Baru saja Shi Hao keluar dari area Kolam Pencucian Roh dengan tubuh yang memancarkan vitalitas baru, seorang Diaken berjubah hitam dari Divisi Disiplin sudah menunggunya.
"Zhu Shi Hao. Ada perintah misi darurat dari Tetua Li Yan."
Shi Hao tersenyum tipis. 'Cepat sekali. Dia tidak sabar ingin menyingkirkanku.'
"Misi apa, Diaken?" tanya Shi Hao dengan wajah polos.
"Penyelidikan di perbatasan barat. Sebuah desa bernama Desa Kabut Hantu telah kehilangan kontak selama seminggu. Diduga ada aktivitas kultivator iblis sisa dari insiden turnamen kemarin."
Diaken itu menyerahkan gulungan misi.
"Karena kau berprestasi menangani parasit iblis di arena, Tetua Li merekomendasikanmu. Kau akan bergabung dengan Tim Elite 'Serigala Besi' sebagai peninjau."
Shi Hao menerima gulungan itu. 'Tim Elite? Lebih tepatnya Tim Eksekutor.'
Gerbang Barat Sekte.
Tiga orang sudah menunggu di sana. Aura mereka tajam dan dingin, berbeda dengan murid biasa yang sering berlatih di dalam sekte. Orang-orang ini memiliki bau darah yang pekat tanda bahwa mereka sering membunuh.
Pemimpinnya adalah seorang pria tinggi kurus dengan bekas luka memanjang di lehernya. Namanya Han Lang. Kultivasinya berada di Foundation Establishment Tahap Awal.
Dua lainnya adalah Mei, wanita dengan riasan tebal yang memegang kipas beracun, dan Gou, pria bisu berbadan pendek yang memegang sepasang belati. Keduanya di Qi Condensation Tahap 10 Puncak.
"Jadi ini si Juara Baru?" Han Lang menatap Shi Hao dengan tatapan meremehkan, seolah melihat mayat berjalan. "Terlihat biasa saja. Jangan menyusahkan kami di lapangan, Nak."
"Mohon bimbingannya, Kakak Senior Han," Shi Hao membungkuk hormat, menyembunyikan kilatan dingin di matanya.
'Han Lang... Daftar Hitam Divisi Hukuman. Mantan bandit yang direkrut sekte. Orang kotor yang biasa melakukan pekerjaan kotor para Tetua.'
"Berangkat!" perintah Han Lang.
Mereka menaiki Elang Angin Raksasa milik sekte, terbang meninggalkan pegunungan aman menuju wilayah perbatasan yang liar.
Dari puncak menara pengawas, Li Yan melihat kepergian mereka sambil menyesap tehnya.
"Sayang sekali. Bakat sebagus itu harus mati muda. Tapi dia terlalu berbahaya untuk dibiarkan hidup."
Dua Hari Kemudian. Perbatasan Wilayah Iblis.
Udara di sini lembap dan berbau busuk. Kabut tebal menyelimuti hutan, membatasi jarak pandang hanya sepuluh meter.
Elang Angin mendarat di pinggir hutan.
"Kita jalan kaki dari sini," perintah Han Lang. "Desa Kabut Hantu ada di balik bukit itu."
Mereka berjalan menembus hutan mati. Pohon-pohon di sini hitam dan tidak berdaun. Tanah becek seperti lumpur rawa.
Sepanjang perjalanan, Shi Hao merasakan Mei dan Gou terus memposisikan diri di belakang dan sampingnya posisi mengepung.
"Saudara Shi Hao," suara Mei terdengar manja namun berbisa. "Kudengar kau mengalahkan Zhou Feng dengan satu pukulan. Apa rahasianya? Apa kau punya teknik rahasia atau harta karun?"
Ini pancingan. Mereka ingin tahu apakah Shi Hao membawa harta berharga sebelum membunuhnya.
Shi Hao tersenyum canggung. "Ah, Kakak Mei bercanda. Itu hanya keberuntungan. Zhou Feng sedang sakit perut saat itu."
Han Lang mendengus di depan. "Keberuntungan tidak akan menyelamatkanmu di sini."
Akhirnya, mereka sampai di gerbang desa.
Pemandangannya membuat bulu kuduk merinding. Desa itu utuh. Rumah-rumah kayu berdiri kokoh. Jemuran pakaian masih tergantung. Gerobak dagangan masih ada di jalan.
Tapi tidak ada orang. Tidak ada mayat. Tidak ada darah. Kosong melompong. Bahkan tidak ada suara serangga atau angin. Sunyi mutlak.
"Formasi Penahan Jiwa," bisik Shi Hao dalam hati. Matanya yang kini telah mencapai Alam Dewa (Tahap 13) bisa melihat benang-benang energi abu-abu yang menyelimuti seluruh desa.
"Kita berpencar," perintah Han Lang tiba-tiba. "Mei dan Gou, periksa sisi timur. Aku sisi barat. Shi Hao, kau periksa Balai Desa di tengah sana. Itu tempat Kepala Desa tinggal."
Itu perintah kematian. Balai Desa adalah pusat dari formasi energi abu-abu itu.
"Baik, Kakak Senior," Shi Hao menurut tanpa membantah.
Ia berjalan sendirian menuju bangunan besar di tengah desa. Kabut semakin tebal.
Begitu sosok Shi Hao menghilang di balik kabut, Han Lang, Mei, dan Gou berkumpul kembali di gerbang desa. Mereka tidak memeriksa apa pun.
"Aktifkan," perintah Han Lang dingin.
Gou mengeluarkan sebuah piringan formasi hitam dari balik bajunya. Mei meneteskan darahnya ke atas piringan itu.
WUUUNG!
Empat pilar cahaya merah tiba-tiba menyala di empat sudut Balai Desa tempat Shi Hao baru saja masuk. Sebuah kubah energi merah mengurung bangunan itu.
"Hahaha! Mudah sekali!" tawa Mei. "Bocah bodoh itu masuk ke dalam Formasi Pengubur Tulang tanpa curiga sedikit pun."
"Tetua Li bilang dia cerdas, tapi ternyata naif," cibir Han Lang. "Formasi ini akan meledakkan apa pun di dalamnya menjadi debu dalam waktu sepuluh menit. Kita tinggal tunggu dan ambil abunya sebagai bukti misi."
Mereka bertiga duduk santai di atas batu, menunggu pertunjukan kembang api kematian.
Di Dalam Balai Desa.
Shi Hao berdiri di tengah ruangan yang gelap. Di luar, dinding energi merah menyala, mengurungnya. Suara desis energi yang membakar mulai terdengar. Suhu ruangan naik drastis.
Namun, Shi Hao tidak panik. Ia justru sedang menatap sesuatu di tengah ruangan.
Di kursi Kepala Desa, duduk sebuah kerangka manusia yang mengenakan jubah pendeta. Di pangkuannya, terdapat sebuah kotak kayu hitam yang memancarkan aura jahat.
"Jadi ini yang sebenarnya terjadi," gumam Shi Hao. "Desa ini bukan diserang iblis. Desa ini dikorbankan untuk ritual pemanggilan."
Dan Han Lang serta timnya hanyalah bidak bodoh. Mereka pikir mereka menjebak Shi Hao, padahal mereka semua sedang berdiri di atas mulut monster yang lebih besar.
Shi Hao menoleh ke arah jendela, melihat energi merah yang mengurungnya.
"Formasi Pengubur Tulang tingkat rendah. Han Lang, kau meremehkanku."
Shi Hao mengangkat tangan kanannya. Qi Ungu Keemasan (Qi Alam Dewa) berkumpul di ujung telunjuknya.
"Patah."
Ia mengetuk dinding energi merah itu. Bukan dengan kekuatan kasar, tapi dengan presisi yang memutus aliran Qi formasi tepat di titik nodusnya.
PYAR!
Kubah energi merah yang seharusnya meledakkan itu... pecah berkeping-keping seperti kaca rapuh.
Tanpa suara. Tanpa ledakan.
Di luar, Han Lang yang sedang minum arak tersedak.
"Kenapa formasinya mati? Apa sudah meledak? Tapi tidak ada suara?"
Tiba-tiba, dari balik kabut di arah Balai Desa, terdengar langkah kaki.
Tap. Tap. Tap.
Shi Hao berjalan keluar. Bajunya rapi, tidak ada debu sedikit pun. Ia memegang kotak kayu hitam yang ia ambil dari kerangka itu.
"Kakak Senior Han," panggil Shi Hao dengan senyum ramah yang mengerikan. "Kalian ceroboh sekali. Formasi mainan ini rusak. Untung aku bisa membetulkannya... dengan mematikannya."
Wajah Han Lang, Mei, dan Gou berubah pucat pasi.
"Kau... kau masih hidup?!" teriak Mei histeris. "Itu formasi tingkat Foundation Establishment!"
"Bunuh dia!" perintah Han Lang panik. "Jangan biarkan dia bicara!"
Han Lang mencabut pedang besarnya. Aura Foundation Establishment meledak. Ia menerjang maju untuk memenggal kepala Shi Hao.
Mei melempar jarum beracun, dan Gou menghilang ke dalam bayangan untuk menyerang dari belakang.
Serangan gabungan tiga pembunuh berpengalaman.
Shi Hao menghela napas panjang.
"Aku sudah memberi kalian kesempatan untuk menjadi manusia. Tapi kalian memilih menjadi anjing Li Yan."
Mata Shi Hao berubah dingin.
"Maka matilah seperti anjing."
Shi Hao menghilang.
BUKK!
Han Lang merasakan hantaman keras di perutnya. Ia muntah darah, matanya melotot melihat Shi Hao sudah ada di depannya jaraknya nol sentimeter.
"Kau..."
Shi Hao mencengkeram wajah Han Lang dengan satu tangan, lalu membantingnya ke tanah dengan kekuatan brutal.
DUARRR!
Tanah bergetar. Kepala Han Lang tertanam ke dalam lumpur.
Shi Hao tidak berhenti. Tanpa menoleh, ia menangkap tangan Gou yang muncul dari bayangan di belakangnya, mematahkan pergelangan tangannya, dan menendang dadanya hingga rusuknya hancur.
KRAK!
Gou terlempar menabrak dinding rumah.
Tinggal Mei. Wanita itu gemetar, jarum beracun jatuh dari tangannya. Dia melihat dua rekannya yang jauh lebih kuat dari Shi Hao di atas kertasbdilumpuhkan dalam satu detik.
"Ampun... Tuan Muda Shi Hao... saya dipaksa..." Mei jatuh berlutut, menangis.
Shi Hao berjalan mendekatinya, menatapnya tanpa belas kasihan.
"Simpan air matamu. Tapi jangan khawatir, aku tidak akan membunuh kalian."
Shi Hao tersenyum iblis.
"Karena ada yang lebih lapar daripada aku di desa ini."
Tiba-tiba, kotak kayu hitam di tangan Shi Hao bergetar. Tutupnya terbuka sendiri.
Kabut di sekitar desa yang tadinya diam, mulai berputar kencang. Dari dalam tanah, tangan-tangan pucat mulai bermunculan.
Mayat penduduk desa... mereka bangun.
"Kalian ingin Desa Hantu?" bisik Shi Hao pada Mei yang menjerit ketakutan. "Selamat datang di Desa Hantu yang sebenarnya."
Shi Hao melompat ke atas atap Balai Desa, membiarkan Han Lang, Mei, dan Gou dikepung oleh ratusan Mayat Yin yang bangkit karena pemicu kotak itu.
"Bersenang-senanglah. Aku akan menonton sebentar sebelum membereskan sisanya."
NEXT CHAPTER > Shi Hao membiarkan tim pembunuh itu tersiksa sedikit, lalu membersihkan para mayat untuk mengambil "Inti Masalah" desa ini. Ia kemudian menginterogasi Han Lang yang sekarat untuk mendapatkan bukti fisik keterlibatan Li Yan.