Shi Hao, seorang pemuda biasa di dunia modern yang mati tanpa meninggalkan jejak, terlahir kembali sebagai bayi dari keluarga bangsawan kelas satu di dunia kultivasi. Kelahirannya mengguncang langit naga dan phoenix muncul, menandai takdir besar yang bahkan para dewa tak inginkan.
Dari seorang anak licik, lucu, dan cerdas, Shi Hao tumbuh dalam dunia penuh sekte, klan kuno, monster, dan pengkhianatan. Setiap langkahnya membawa kekacauan: ia mencuri pil, menghancurkan jenius lain, menertawakan musuh, dan mengalahkan ancaman yang jauh lebih kuat dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 3
Di dalam kamar yang hangat, Zhu Hao masih terbuai dalam kebahagiaan. Jari telunjuknya yang kasar karena sering memegang pedang kini dengan lembut menyentuh pipi gembil putranya.
"Lihat matanya, Rou'er. Dia menatapku terus. Dia pasti tahu aku ayahnya," ucap Zhu Hao sambil terkekeh bangga.
Lin Rou tersenyum lemah, menyandarkan kepalanya di bantal. "Dia sangat tenang. Tidak menangis sama sekali setelah lahir."
Namun, di balik wajah tenang itu, pikiran Shi Hao sedang berteriak panik.
'Ayah bodoh! Jangan main-main dengan pipiku! Ada pembunuh di atas kepala kita!'
Shi Hao bisa merasakan hawa dingin itu semakin mendekat. Niat membunuh itu tajam seperti jarum, terfokus lurus ke arah jantungnya. Masalahnya, tubuh bayinya ini sangat tidak berguna. Lehernya belum kuat tegak, tangannya tak bisa memegang senjata, dan suaranya hanya bisa mengeluarkan gumaman tak jelas.
Jika dia menangis keras, ayahnya mungkin hanya akan mengira dia lapar atau pipis, dan si pembunuh akan memanfaatkan kelengahan itu untuk menyerang.
'Aku harus memberinya peringatan yang tak bisa diabaikan!'
Mata bayi Shi Hao berkilat. Saat jari telunjuk Zhu Hao kembali menyentuh bibirnya untuk menggoda, Shi Hao membuka mulut kecilnya lebar-lebar.
HAP!
Shi Hao menggigit jari ayahnya sekuat tenaga! Meskipun belum punya gigi, gusi bayi yang keras ditambah tenaga Qi bawaan lahir membuat gigitan itu menyakitkan.
"Aduh!" Zhu Hao tersentak kaget, refleks menarik tangannya. "Anak nakal, kau—"
Namun, Zhu Hao terdiam. Ia melihat putranya tidak sedang main-main. Bayi itu tidak tertawa. Wajah mungil itu menoleh kaku ke satu arah ke sudut langit-langit kamar yang gelap di atas lemari dan matanya melotot tajam dengan ekspresi yang... buas.
Zhu Hao adalah seorang ahli bela diri berpengalaman. Insting bertarungnya yang sempat tumpul karena kebahagiaan mendadak kembali tajam melihat tingkah aneh putranya. Ia mengikuti arah pandangan Shi Hao.
Di sudut gelap itu, sepasang mata dingin tiba-tiba terbuka.
"Ketahuan?!"
Suara serak terdengar. Penyamaran terbongkar, si pembunuh tidak lagi menyembunyikan diri.
Sreeet!
Bayangan hitam melesat turun dari langit-langit seperti kelelawar raksasa. Kecepatannya mengerikan. Sebuah belati berlumur racun hijau menyala mengincar leher bayi Shi Hao yang masih ada di gendongan ibunya.
"BERANI!!!"
Raungan Zhu Hao menggelegar seperti petir.
Waktu seolah melambat. Jarak belati itu hanya tinggal satu meter dari wajah Shi Hao. Shi Hao bisa mencium bau amis darah dari senjata itu. Ia menatap lekat-lekat mata si pembunuh tanpa berkedip sedikit pun.
Si pembunuh, seorang pria bertopeng hitam, sempat tertegun sepersekian detik. 'Bayi ini... kenapa dia tidak menangis? Kenapa tatapannya seperti monster tua yang meremehkanku?'
Keraguan sepersekian detik itu fatal.
Tubuh Zhu Hao meledak dengan aura biru terang. Ia tidak sempat mengambil pedangnya. Dengan tangan kosong, ia menghantam udara di depannya.
"Teknik Tinju Guntur Hantaman Kilat!"
DUARRR!
Tinju Zhu Hao beradu dengan belati si pembunuh. Gelombang kejut meledak di dalam kamar sempit itu. Perabotan kayu hancur berkeping-keping. Jendela pecah berantakan.
Zhu Hao sengaja menahan sebagian besar dampak ledakan dengan tubuhnya sendiri agar tidak melukai istri dan anaknya di belakang.
"Ugh!" Si pembunuh terpental menabrak dinding hingga retak. Darah segar menyembur dari mulutnya. Lengan kanannya yang memegang belati terpelintir dalam sudut yang mengerikan. Tulangnya hancur total terkena tinju Zhu Hao yang dilapisi Qi Guntur.
"Siapa yang mengirimmu?!" Zhu Hao berdiri tegak melindungi ranjang, auranya mengerikan seperti dewa perang yang marah. Bahu kirinya tergores sedikit oleh ujung belati, meneteskan darah hitam racun!
Namun Zhu Hao tidak peduli. Ia menotok titik akupunturnya sendiri untuk menyegel aliran darah, lalu melangkah maju dengan niat membunuh yang meluap-luap.
Si pembunuh terbatuk darah, matanya penuh ketakutan. Bukan takut pada Zhu Hao, tapi pada bayi yang ada di ranjang itu. Bayi yang baru saja menyelamatkan nyawanya sendiri dengan sebuah gigitan peringatan.
"Klan Zhu... melahirkan monster..." desis pembunuh itu.
Menyadari misi gagal total dan lengannya hancur, si pembunuh menggigit kapsul di dalam mulutnya. Bukan racun bunuh diri, tapi pil peledak asap.
BOOF!
Asap merah tebal memenuhi ruangan.
"Jangan harap lari!" Zhu Hao mengibaskan tangannya, menciptakan angin puyuh untuk mengusir asap.
Namun, saat asap menipis, jendela sudah terbuka lebar. Jejak darah terlihat di bingkai jendela, mengarah ke kegelapan malam.
Para penjaga Klan Zhu baru saja berhamburan masuk dengan senjata terhunus. "Patriark! Apa yang terjadi?!"
"Sampah! Kalian semua sampah!" bentak Zhu Hao, wajahnya merah padam menahan amarah. "Seorang pembunuh masuk ke kamar bersalin dan kalian tidak tahu?!"
Para penjaga berlutut gemetar, wajah mereka pucat pasi.
Zhu Hao menarik napas panjang, menenangkan dirinya. Ia berbalik menatap istri dan anaknya. Lin Rou memeluk Shi Hao erat-erat, tubuhnya gemetar ketakutan.
Tapi Shi Hao?
Bayi itu tampak bosan. Ia bahkan menguap kecil, seolah pertarungan barusan hanyalah hiburan ringan sebelum tidur.
Zhu Hao mendekat, menatap putranya dengan pandangan baru. Pandangan yang penuh rasa hormat, bukan sekadar kasih sayang orang tua.
"Rou'er," bisik Zhu Hao pelan. "Kau lihat tadi? Dia menggigitku. Dia memberi isyarat."
Lin Rou mengangguk pelan, masih syok. "Dia... dia menyelamatkan kita."
Zhu Hao mengusap kepala kecil Shi Hao. "Anakku, kau baru lahir tapi sudah menghadapi maut. Dunia ini kejam, Nak. Tapi jangan khawatir..."
Zhu Hao menatap ke arah jendela yang pecah, matanya berkilat dingin menatap arah ibukota musuh.
"...Ayah akan membakar dunia ini jika ada yang berani menyentuhmu lagi."
Shi Hao menutup matanya, merasa lelah. Tubuh bayi ini benar-benar boros energi.
'Bagus, Ayah Tua. Kau bisa diandalkan,' batin Shi Hao sebelum kesadarannya hanyut ke alam mimpi. 'Sekarang biarkan aku tidur. Besok... aku harus mulai mencari cara untuk berkultivasi.'
Malam itu, Klan Zhu tidak tidur. Perburuan besar-besaran dimulai. Namun bagi Shi Hao, ini hanyalah langkah pertama yang sepele dalam perjalanannya kembali ke puncak.