NovelToon NovelToon
Cinta Kecil Mafia Berdarah

Cinta Kecil Mafia Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Beda Usia / Fantasi Wanita / Cintapertama / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Zawara

Zoya tak sengaja menyelamatkan seorang pria yang kemudian ia kenal bernama Bram, sosok misterius yang membawa bahaya ke dalam hidupnya. Ia tak tahu, pria itu bukan korban biasa, melainkan seseorang yang tengah diburu oleh dunia bawah.

Di balik kepolosan Zoya yang tanpa sengaja menolong musuh para penjahat, perlahan tumbuh ikatan tak terduga antara dua jiwa dari dunia yang sama sekali berbeda — gadis SMA penuh kehidupan dan pria berdarah dingin yang terbiasa menatap kematian.

Namun kebaikan yang lahir dari ketidaktahuan bisa jadi awal dari segalanya. Karena siapa sangka… satu keputusan kecil menolong orang asing dapat menyeret Zoya ke dalam malam tanpa akhir.

Seperti apa akhir kisah dua dunia yang berbeda ini? Akankah takdir akan mempermainkan mereka lebih jauh? Antara akhir menyakitkan atau akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zawara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Black Eagles

KLIK.

Sambungan terputus.

Di sebuah ruang kendali yang remang-remang, keheningan yang menekan langsung mengisi kekosongan. Udara berat, pekat oleh aroma asap rokok kretek yang sudah basi, kopi hitam yang terabaikan berjam-jam, dan bau ozon samar dari puluhan monitor yang berkedip-kedip dalam kegelapan. Satu-satunya cahaya menyorot wajah Marco, memantulkan kilat berbahaya di matanya.

Ia menggenggam begitu erat burner phone, perangkat komunikasi sekali pakai yang baru saja menyalurkan suara arogan itu, hingga plastik dan sirkuit di dalamnya remuk. Benda itu berderak di telapak tangannya. Serpihan tajam menusuk kulitnya. Darah kental berwarna gelap mulai merembes di sela-sela jarinya, menetes ke lantai beton yang kotor.

"SIALAN!"

Raungan itu memecah keheningan. Marco membanting sisa-sisa ponsel itu ke dinding seberang. Bukan sekadar benturan plastik, itu adalah suara ledakan kecil serpihan yang berpencar seperti pecahan peluru.

Umpatan itu menggema, memantul di antara rak-rak server yang berdengung. Di sudut ruangan, empat anak buahnya, tim operasional yang seharusnya menjadi yang terbaik berdiri kaku. Mereka menunduk, menatap sepatu bot mereka, tidak ada yang berani melakukan kontak mata dengan bos mereka yang sedang meledak. Mereka tahu amarah ini. Ini adalah amarah yang dingin, amarah yang membakar habis oksigen di dalam ruangan.

"Bocah tengik!" geram Marco, meninju meja baja di depannya. Peta kota yang terbentang di atasnya, penuh dengan lingkaran merah dan catatan taktis, bergetar hebat.

"Dia pikir aku ini siapa?" Suara Marco bergetar, bukan karena takut, tapi karena amarah murni yang meluap. Suara David yang tenang dan penuh hak istimewa itu masih terngiang di telinganya.

Marco menyentak wajahnya ke arah letnannya, Kilo. Kilo adalah letnan kepercayaannya, satu-satunya orang di ruangan itu yang diizinkan berbicara saat badai datang. Wajah Kilo, yang dipenuhi bekas luka, tampak tenang, tetapi matanya waspada.

"Kau dengar itu, Kilo? Kau dengar si 'bos muda' sombong itu?"

"Dia... dia memberi perintah, Bos," jawab Kilo hati-hati, memilih kata-katanya seolah berjalan di ladang ranjau.

"Perintah?" Marco tertawa. Itu bukan tawa geli, itu suara serak seperti gesekan logam. "Dia menyebut anak buahku BODOH! Dia menyebut pekerjaanku SETENGAH MATANG! Dia pikir dia bisa memerintah Black Eagles seolah kita ini anjing suruhannya?"

Marco membenci ini. Ia membenci setiap detiknya. Kebenciannya pada David bukanlah kebencian biasa antar rival. Itu adalah kebencian murni, kebencian seorang veteran lapangan yang telah merangkak di lumpur dan darah selama dua puluh tahun, yang kini dipaksa tunduk pada 'anak kemarin sore'. Seorang bocah yang mewarisi kerajaan kriminalnya, bukan membangunnya. David, yang membayar mereka Black Eagles, unit tentara bayaran paling ditakuti dengan tumpukan uang seolah mereka pesuruh murahan.

"Dia tidak tahu apa-apa tentang lapangan," lanjut Marco, suaranya kini menurun menjadi desisan berbahaya. "Dia duduk di menara gadingnya, meminum anggur mahal, menghitung uang, sementara kita yang berdarah di selokan! Dan dia berani memberiku kuliah soal taktik?"

"Aku muak berpura-pura baik padanya!" geram Marco. "Aku muak menelan harga diriku setiap kali bajingan kecil itu menelepon!"

"Tapi, Bos," Kilo mencoba menengahi, mengingatkannya pada gambaran yang lebih besar. "Perintah dari Bos Besar kita jelas. Kita 'ikuti permainannya'..."

“Iya, aku tahu itu! Karena itulah aku menahan diri hingga saat ini!” Mata Marco memerah.

Marco ingat betul pertemuan itu, tiga bulan lalu. Bukan di ruang kendali kotor seperti ini, tapi di sebuah penthouse yang terlalu mewah, berkilauan di puncak kota. Bos Besarnya, seorang pria dengan aura tak terbantahkan, sedang memotong ujung cerutu Kuba nya. Wajahnya tidak terlihat, dibayangi oleh bayangan gelap.

"Dia ingin kita membunuh asetnya yang paling berharga? 'Bloody Man'?" Bos Besar tertawa, tawa berat yang membuat gelas kristal di meja bergetar. "Bocah itu mewarisi kerajaan, tapi tidak otaknya. Dia ingin membayar musuhnya sendiri untuk membersihkan rumahnya."

Bos Besar menyalakan cerutunya, membiarkan asap mengepul. "Ikuti permainannya, Marco. Biarkan si 'bos muda' itu membayar kita untuk membunuh tangan kanannya sendiri. Ambil uangnya. Ambil semua yang bisa kau peras. Dan bakar rumahnya menggunakan apinya sendiri. Biarkan mereka saling hancur dari dalam. Kita terima uangnya, kita habisi targetnya. Dua burung dengan satu batu."

Maka, Marco terpaksa berlaku 'sok baik', menelan semua perintah sombong itu demi rencana besar Tuannya. Tapi kini, egonya yang terluka sudah tidak tahan lagi. Rencananya gagal.

Kemarahannya kini beralih, mencari target baru. Ia berputar, menatap tajam anak buahnya yang memimpin penyerbuan gagal itu. "Dan semua ini karena kalian! Bagaimana bisa kalian gagal membunuhnya!"

Pria yang memimpin tim itu, namanya Roko akhirnya mengangkat wajah. "Ma-maaf, Bos. 'Bloody Man' lebih tangguh dari perkiraan. Kami menjepitnya di Dermaga. Dia seharusnya mati. Tapi dia... dia bukan manusia biasa. Kami yakin dia sudah—"

"DIAM! Kalian kira hanya dua peluru dapat membunuh sang ‘Bloody Man’," potong Marco. "Julukan itu bukan tanpa alasan. Bram alias 'Bloody Man'. Dia membantai enam orang kita enam anggota elite! sebelum kabur bersama orang kepercayaannya. Keyakinan kalian tidak ada harganya! Sekarang dia hidup, bersembunyi seperti tikus terluka, dan David mengira dia yang memegang kendali!"

Marco menyandarkan tubuhnya yang besar ke meja, menatap peta kota. Amarahnya perlahan mendingin, mengkristal menjadi sesuatu yang lebih licik, lebih berbahaya.

"Dia memerintahkanku untuk mencari Bram."

"Dia memerintahkanku untuk 'menyelesaikan' pekerjaannya."

"Dia pikir aku akan lari-larian membersihkan kekacauannya, sementara dia mengirim Tim nya sendiri dan berpangku tangan?"

Marco menggeleng pelan. Sebuah senyum tipis yang mengerikan mulai terbentuk di bibirnya. "Tidak."

Kilo tertegun. "Bos? Maksud Anda?"

"Aku tidak akan menuruti perintah David," kata Marco dengan penekanan dingin yang mematikan. "Aku tidak akan mencari Bram."

Mata Kilo membelalak. Ini adalah sebuah pemberontakan. Ini bukan hanya pembangkangan terhadap klien. Ini berisiko melanggar strategi Bos Besar. "Bos, tapi... perintah Bos Besar adalah 'ikuti permainannya'. Jika kita tidak mencari Bram, dan David tahu kita sengaja mundur..."

"'Ikuti permainannya' bukan berarti jadi anjingnya!" potong Marco. "David mengirim Timnya? Bagus! Biarkan anjing-anjing peliharaannya yang bekerja. Biarkan mereka yang menyisir selokan dan rumah sakit kumuh. Kita akan lihat seberapa elite mereka saat berhadapan dengan hantu."

"Biarkan!" lanjut Marco, suaranya kini penuh antisipasi yang kejam. "Biarkan David menghabiskan sumber dayanya, memburu bayangan di kotanya sendiri. Biarkan Timnya berlarian seperti ayam tanpa kepala!"

Marco menikmati skenario yang berkembang di kepalanya. Jauh lebih baik dari rencana awal.

"David ingin Bram mati? Biarkan dia yang mengotori tangannya sendiri. David menganggapku gagal?"

Marco menatap Kilo, matanya berkilat penuh kekejaman murni.

"Mari kita lihat apa yang terjadi jika 'Bloody Man' benar-benar pulih. Biarkan dia kembali. Biarkan dia mencari tahu siapa yang menjebaknya."

Marco membayangkan adegan itu. Bram, penuh luka tapi bernapas, berdiri di bayang-bayang ruangan kebesaran David, akhirnya menyadari bahwa 'adik' yang dia percayai, 'bos muda' yang selama ini dia lindungi, adalah ular yang memesan kematiannya.

"Aku ingin melihat wajah David," desis Marco, "saat 'kakak' kesayangannya itu pulang... dan menyadari pengkhianatan si 'bos muda' yang selama ini dia lindungi."

Itu adalah jenis kehancuran yang tidak bisa dibeli dengan uang. Ini jauh lebih memuaskan daripada sekadar membunuh Bram. Ini adalah kekacauan. Ini adalah api yang akan membakar kerajaan David dari dalam.

"Tarik semua tim dari pelabuhan," perintah Marco, kini suaranya tenang dan final. "Semua anggota lapangan. Semua operasi terkait 'Bloody Man' dihentikan. Status: Non-aktif."

"Kita akan duduk," katanya, sambil mengambil sapu tangan bersih dari sakunya dan dengan tenang membersihkan darah yang mulai mengering di telapak tangannya. "Kita akan menonton."

Ia melemparkan sapu tangan berdarah itu ke lantai.

"David menganggapku bodoh? Mari kita lihat siapa yang akan tertawa terakhir saat seluruh kerajaannya hancur karena kesombongannya sendiri.”

Marco berjalan ke arah mesin kopi, menuang kopi hitam pekat ke dalam cangkir. "Kilo, siapkan pantauan penuh pada jaringan mereka. Aku ingin tahu setiap langkah yang mereka ambil."

Dia menyesap kopi pahit itu. "Kita akan menonton pertunjukan kembang api terbesar di kota ini. Dan kita tidak perlu menyalakan satu sumbu pun."

1
knovitriana
iklan buatmu
knovitriana
update Thor saling support
partini
🙄🙄🙄🙄 ko intens ma Radit di sinopsis kan bram malah dia ngilang
partini
ini cerita mafia apa cerita cinta di sekolah sih Thor
partini
yah ketauan
partini
Radit
partini
😂😂😂😂😂 makin seru ini cerita mereka berdua
partini
ehhh dah ketauan aja
partini
g👍👍👍 Rian
partini
seh adik durjanahhhhhh
partini
awal yg lucu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!