Bagaimana rasanya ketika suami yang Aurel selalu banggakan karena cintanya yang begitu besar kepadanya tiba-tiba pulang membawa seoarang wanita yang sedang hamil dan mengatakan akan melangsungkan pernikahan dengannya? Apakah setelah ia dimadu rumah yang ia jaga akan tetap utuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Dua Puluh
Pada kehamilan Aurel yang menginjak empat bulan, ia mulai merasakan sakit pada kakinya serta pegal pada bagian pinggulnya, Aurel sedikit khawatir dengan kondisi yang belum pernah ia alami ini, tapi dokter Tya, dokter kandungan mengatakan bahwa itu hal yang wajar untuk seorang wanita yang sedang hamil, walaupun pada umumnya, wanita mengalami pembengkakan pada kakinya saat sudah trimester akhir.
Aurel juga menjadi senang menggunakan baju-baju berwarna gelap, ia menjadi tidak menyukai warna yang menurutnya terlalu terang.
Ia juga semakin gencar menulis novel yang sedang di kerjakannya, kali ini ia kembali menulis dengan tema yang sama seperti novel sebelumnya, tentang pernikahan dan air mata dalam rumah tangga.
Idenya bahkan mengalir tidak ada habis-habisnya, Aurel juga menjadi sangat senang membantu para ART nya mengurus rumah bahkan tidak jarang ia ikut menyapu dan mengepel lantai.
Mama mertuanya padahal sudah sangat cerewet perihal Aurel yang semakin aktif memasuki kehamilannya yang semakin membesar, walaupun ia baru mau menginjak empat bulan, tapi perutnya sudah terlihat sangat jelas seperti mengandung umur lima bulan.
Hari ini Aurel kembali bersiap untuk mengantarkan makan siang untuk suaminya, memang tidak setiap hari suaminya meminta diantarkan makan siang, suaminya selalu mengatakan agar Aurel beristirahat saja di dalam rumah dan tidak perlu repot-repot mengantarkan makan siang untuknya.
Tapi bukan Aurel namanya jika tidak berhasil membujuk suaminya untuk ia mengantarkan untuk makan siangnya, Erven menyetujuinya, tapi hanya boleh seminggu dua kali, selebihnya Aurel harus lebih banyak beristirahat di dalam rumah.
"Bi, aku keluar sebentar ya untuk mengantarkan makan siang ke kantor mas Erven, jangan lupa kunci pintunya!" beritahu Aurel kepada ART nya yang sedang memotong rumput di halaman depan rumahnya.
"Baik, hati-hati, Bu,"
"Assalamu'alaikum," ucap Aurel mengucapkan salam sebelum ia keluar dari dalam gerbang.
"Waalaikumsalam, bu,"
Hari ini Aurel sengaja tidak membawa mobil, ia
akan memesan taksi karena dirinya sedang malas mengendarai mobil.
***
Erven menatap khawatir Jihan yang tiba-tiba tumbang di tengah-tengah meeting, Jihan yang saat itu sedang melakukan presentasi untuk produk yang harus lounching akhir tahun tiba-tiba tumbang di tengah-tengah dirinya yang sedang menjelaskan produk-produknya.
Erven yang melihat itu langsung berlari dan membawa Jihan keluar dari dalam ruangan meeting dan membawanya ke dalam ruangan pribadinya, karena terlalu panik ia tidak menyadari Aurel yang sudah berada di dalam ruangannya.
Aurel mematung, begitu juga dengan Erven yang terkejut melihat keberadaan istrinya.
"Aurel,"
"Apa maksudnya ini, mas?" tanya Aurel melangkah mendekati Erven yang masih dalam posisi menggendong Jihan.
Erven gelagapan, ia tidak tahu harus menjelaskan apa kepada Aurel, dirinya sudah tertangkap basah. ia merutuki dirinya sendiri yang sangat ceroboh dan lupa jika hari ini jadwal Aurel mengantarkan makan siang untuknya.
"Mas, Bisa kamu jelaskan, apa maksudnya ini?" tanya Aurel menatap datar suaminya.
Aurel tidak akan mengeluarkan air matanya untuk hal yang sia-sia, sudah cukup dirinya menangis dan mengemis kepada Erven. Pantas saja sikap suaminya yang terbilang sangat hangat dan romantis masih terasa sangat hambar untuknya, jadi ternyata ini alasannya.
"Kenapa diam saja mas? Jelaskan apa maksudnya ini! Kamu selingkuh lagi dengan Jihan? Dua kali kamu mengkhianatiku, dua kali, Aku gak tahu harus bersikap seperti apa kaki ini, merebutmu kembali, mempertahankanmu atau melepaskanmu, sayangnya aku tidak pisah denganmu, masih ada calon bayi yang sedang tumbuh di dalam rahimku," ujar Aurel membuat sekretaris yang sedang berada di depan pintu langsung masuk begitu mendengar suara keributan di dalam ruangan bosnya.
"Jangan memancing emosiku Aurel, kita sedang berada di dalam kantor sekarang!" Erven memperingatkan Aurel yang malah membuat Aurel semakin tidak suka dengan sikap suaminya.
"Katakan dengan jujur, kalian kembali bermain di belakangku?" tanya Aurel lagi tidak memperdulikan peringatan Erven.
"Aku menikahinya lagi setelah seminggu menceraikannya," beritahu Erven menatap datar Aurel yang melotot terkejut mendengar itu.
"Seminggu? Permainan macam apa yang sedang kamu mainkan, mas? Ini tidak lucu sama sekali, kenapa kamu harus menyembunyikan hal besar seperti ini lagi dariku?" kali ini mata Aurel berkaca-kaca siap menumpahkan air matanya yang sudah berkumpul di pelupuk matanya.
"Aku tidak sebodoh itu kembali membawa Jihan kepadamu dan meminta izin untuk menikahinya, Aurel," ujar Erven tajam.
Aurel menatap tidak percaya suaminya, bukan hanya sikapnya yang aneh, kini cara berbicaranya pun sudah terbilang kasar untuk Erven yang tidak pernah berbicara kasar kepada Aurel.
"Kamu banyak berubah, mas," lirih Aurel mengusap air matanya yang terjatuh.
Erven tersenyum, "dan kamu yang merubahku, Aurel," balas Erven melangkah meninggalkan Aurel yang mematung di tempatnya, Erven membawa Jihan masuk ke dalam kamar yang berada di dalam ruangannya.
Kini Erven bahkan tidak berpura-pura lagi bersikap baik kepadanya, ia sudah berani memperlakukan Aurel dengan buruk, berani mengabaikannya bahkan berani kembali mengecewakan hatinya.
Aurel mengepalkan kedua tangannya, tidak menyangka jika Erven memang memiliki sikap seburuk itu setelah tiga tahun pernikahan mereka.
Lalu bagaimana ke depannya jika Erven saja sudah mulai menunjukkan ketidak peduliannya terhadap dirinya, haruskah ia pergi meninggalkan Erven? Tapi itu tidaklah mungkin, dirinya tengah mengandung darah daging Erven, dan mereka tidak akan bisa bercerai sampai bayi yang di dalam kandungannya lahir.
Sekretaris Erven yang sedari tadi hanya menonton dalam diam, mengambil tindakan untuk mendekati Aurel yang mengusap kasar air matanya.
"Bu," ucap Bayu sopan.
Aurel diam, lalu tanpa membalas sapaan Bayu, ia melangkah meninggalkan ruangan suaminya, para karyawan yang masih berlalu-lalang di sekitaran kantor menyapanya sopan, lalu menatapnya aneh.
Bahkan resepsionis yang sudah akrab dengannya menatap heran Aurel yang berjalan terburu-buru dengan mata yang sembab, orang-orang mungkin dapat memprediksi alasan mata ia sembab selepas mengantarkan makan siang untuk suaminya, seluruh karyawan kantor pasti mengetahui rumah tangganya yang tidak lagi seharmonis dulu, kedatangan Jihan dalam hubungan rumah tangganya membuat seluruh karyawan kantor memiliki bahan untuk dibicarakan setiap harinya, tapi tetap saja walaupun begitu, tidak ada satupun dari merka yang berani secara terang-terangan membicarakan rumah tangganya.
Aurel hendak memesan taksi di ponselnya, tapi seseorang menabraknya dan membuat ponsel yang sedang Aurel pegang terjatuh ke dalam selokan di trotoar.
Aurel menatap tajam seseorang yang baru saja menabraknya, ia hendak memaki orang itu, emisinya sedang tidak stabil tapi ada saja orang yang membuatnya semakin marah.
"Maaf, saya tidak sengaja, saya akan memanggil bapak penjaga untuk membantu saya mengambil ponsel kamu yang terjatuh," ucap orang itu dengan bahasa Indonesianya yang terdengar sangat kamu, dan juga tidak lancar.
Aurel baru saja membuka mulutnya untuk memarahi sosok pria itu, tapi ia sudah terlanjur berlari menghampiri satpam di kantor suaminya.
_________________________________________
Selama baca sembilan belas bab sebelum nya gimana nih guys? Menurut kalian bagus ga siih ceritanya? tolong komen kasih masukan dan kritikan buat cerita aku ya guyss, biar aku bisa belajar lebih banyak lagii.
thankyou buat yang setia baca sampe bab dua puluh ini. lopee yuuuu Gees😘
bye bye aja lah