Menceritakan seorang pemuda bernama Darren yang kehidupannya tampak bahagia, namun terkadang menyedihkan dimana dia dibenci oleh ayah dan kakak-kakaknya karena sebuah pengakuan palsu dari seseorang.
Seseorang itu mengatakan bahwa dirinya sebagai pelaku atas kecelakaan yang menimpa ibunya dan neneknya
Namun bagi Darren hal itu tidak penting baginya. Dia tidak peduli akan kebencian ayah dan kakak-kakaknya. Bagi Darren, tanpa mereka dirinya masih bisa hidup bahagia. Dia memiliki apa yang telah menjadi tonggak kehidupannya.
Bagaimana kisah kehidupan Darren selanjutnya?
Yuk, baca saja kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandra Yandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ucapan Dan Tatapan Intimidasi Darren
Jerry sudah berada di Kampusnya. Dia tidak sendirian, melainkan bersama dengan sahabat-sahabatnya termasuk Darren. Dia dan sahabat-sahabatnya itu berada di Kantin.
"Tumben lo telat. Kemana aja dulu?" tanya Darren dengan tatapan selidiknya.
Mendengar pertanyaan sekaligus melihat tatapan mata sahabat kelincinya itu, seketika membuat Jerry mendengus.
Sementara sahabat-sahabatnya yang lain hanya tersenyum sembari menonton pertunjukan kedua sahabatnya.
"Gue antar Mama dulu ke butik. Namun apesnya, ada kejadian dalam perjalanan menuju butik Mama." Jerry menjawab pertanyaan dari Darren.
Seketika sahabat-sahabatnya terkejut ketika mendengar jawaban dari Darren yang mengatakan ada kejadian dalam perjalanan.
"Apa yang terjadi, Jer?" tanya Rehan.
"Ada pengendara motor yang melaju kencang menyalip mobilku hingga pengendara motor itu menabrak mobil di depannya."
"Terus?" tanya Qenan.
"Dia dan motornya terlempar dan jatuh ke aspal. Detik kemudian dia bangkit lalu berjalan mendekati mobilku. Dia marah, berteriak sambil memukul-mukul kaca mobilku dengan keras."
Darren dan yang lainnya terkejut ketika mendengar jawaban sekaligus penjelasan dari Jerry tentang pengendara motor itu.
"Gila tuh orang. Dia yang salah malah nyalahin orang lain," ucap Darel.
"Terus lo! Apa yang lo lakuin terhadap pengendara motor sialan itu? Lo nggak akan diam aja kan?" tanya Darren sembari menyeruput jus pokatnya.
"Gue cekik dia," jawab Jerry langsung.
Seketika ketujuh sahabat-sahabatnya terkejut mendengar jawaban dari Jerry. Namun detik kemudian, mereka tersenyum di sudut bibirnya masing-masing.
"Gue juga terpaksa. Jika gue nggak bertindak duluan, dia akan nyerang gue ketika pintu mobil gue kebuka."
"Lo udah lakuin hal yang benar," ucap Darren.
"Hm." sahabatnya yang lain berdehem bersamaan anggukkan kepalanya.
Ketika Darren dan ketujuh sahabat-sahabatnya sedang menikmati sarapan paginya yang kedua di kantin sembari mengobrol, tiba Gilang dan Darka bersama keenam sahabatnya datang.
"Kita ganggu nggak?!" seru
^^^
Kelas..
Kayana bersama kedua sahabatnya yaitu Kathleen dan Bianca sedang mengerjakan tugas dari Dosen Ekonomi. Baik Kayana maupun Kathleen dan Bianca, mereka mengerjakan tugasnya sembari bersenda gurau.
Ketika Kayana, Kathleen dan Bianca tengah mengerjakan tugasnya sembari bersenda gurau, tiba-tiba datang sekitar 6 mahasiswi mengganggunya.
"Wah!" seru dua diantara enam mahasiswi tersebut.
Mendengar seruan dua orang membuat Kayana, Kathleen dan Bianca langsung melihat keasal suara. Dan seketika ketiga membola matanya malas ketika melihat musuh bebuyutannya datang mengganggu.
Detik kemudian...
Tiga Dosen datang bersama Rektor ke kelas Kayana, Kathleen dan Bianca.
Kayana, Kathleen dan Bianca yang melihat kedatangan tiga Dosen bersama Rektor ke kelasnya langsung berdiri.
"Kalian! Periksa tas milik Kayana, Kathleen dan Bianca!" perintah sang rektor.
"Baik, Prof!"
Kayana, Kathleen dan Bianca tampak bingung dengan kejadian yang dilihatnya. Kenapa rektor memerintahkan tiga Dosen tersebut memeriksa tasnya.
"Prof, ada apa ini?" tanya Kayana.
"Nanti kamu juga akan tahu apa yang terjadi," jawab rektor itu.
Beberapa detik kemudian..
"Prof, kami menemukan dua amplop di dalam tas milik Kathleen!" seru seorang Dosen.
Kathleen seketika terkejut dan syok ketika menemukan dua amplop di dalam tasnya.
"Prof, saya tidak tahu kenapa dua amplop itu ada di dalam tas saya. Saya tidak mengambilnya," elak Kathleen.
"Alah, udah ketangkap basah masih berani ngeles." satu diantar enam mahasiswi yang menjadi musuh bebuyutan Kayana, Kathleen dan Bianca berucap.
"Diam kau!" bentak Kathleen.
"Prof, saya percaya sahabat saya. Sahabat saya tidak mungkin melakukan hal serendah itu," bela Bianca.
"Benar, Prof!" sela Kayana.
Namun sang profesor dan tiga Dosen itu tidak peduli. Bagi mereka, bukti sudah di depan mata, berarti Kathleen pelakunya.
Tanpa diketahui oleh orang-orang yang berada di di dalam kelas. Keenam mahasiswi itu tersenyum dengan tatapan matanya menatap kearah Kathleen.
"Ini baru untuk lo, Kathleen. Besoknya akan ada kejutan untuk dua sahabat lo," batin mahasiswi itu.
Sementara mahasiswa dan mahasiswi diluar kelas yang melihat kejadian itu, di dalam hatinya masing-masing percaya terhadap Kathleen.
"Kasihan Kathleen. Pasti ada seseorang yang memasukkan dua amplop itu ke dalam tasnya itu."
"Aku juga berpikir seperti itu."
"Eh, iya! Aku baru ingat!"
"Kenapa?"
"Bukankah Kathleen itu pacarnya Darka."
"Ach, iya! Itu benar!"
"Kalau begitu aku akan beritahu tahu Darka. Dia harus tahu!"
Setelah mengatakan itu, mahasiswa itu langsung pergi meninggalkan kelas Kayana, Kathleen dan Bianca untuk menemui Darka.
^^^
"Apaan sih kak," ucap Darren dengan kesal.
Darka tersenyum mendengar ucapan dan melihat wajah kesal adiknya.
Yah! Darka beberapa menit yang lalu mengatakan bahwa dia akan mencetak undangan pernikahannya dengan Brenda sebanyak 10.000 undangan. Bahkan dia juga mengatakan kepada adiknya itu bahwa dia akan menyayangi sebanyak 10 lagu di atas panggung.
Ucapan-ucapan dari Darka itu sukses membuat Darren melotot tak percaya akan ucapannya.
Sementara ketujuh sahabat-sahabatnya Darren, Gilang dan keenam sahabatnya hanya tersenyum sembari geleng-geleng kepala mendengar ucapan dari Darka dan melihat wajah kesal Darren.
Ketika Darren bersama ketujuh sahabatnya, kedua kakaknya dan keenam sahabat kakaknya tengah mengobrol, tiba-tiba datang salah satu mahasiswi.
"Darka!"
Mendengar namanya dipanggil membuat Darka langsung melihat keasal suara. Begitu juga dengan Gilang, Darren, ketujuh sahabat-sahabatnya dan keenam sahabat Gilang dan Darka.
"Iya."
"Itu Kathleen dalam masalah. Dia dituduh telah mencuri uang. Dan lebih parahnya, uang itu ditemukan di dalam tasnya Kathleen. Dua amplop besar."
Darka seketika membelalakkan matanya terkejut. Begitu juga dengan Gilang, Darren, ketujuh sahabat-sahabatnya dan keenam sahabat Gilang dan Darka.
Darka langsung berdiri dari duduknya, diikuti oleh yang lainnya. Dia menatap kearah mahasiswa tersebut.
"Sekarang Kathleen dimana?"
"Di kelas bersama Kayana dan Bianca. Di kelas mereka ramai banget, bahkan musuh mereka juga ada disana."
Tanpa menunggu lagi, Darka langsung berlari menuju kelasnya Kathleen yang juga jelasnya Kayana dan Bianca. Diikuti oleh Darren, ketujuh sahabat-sahabatnya Darren, Gilang dan sahabat-sahabatnya dan Darka.
^^^
"Prof, saya tidak akan pernah mengakui kesalahan yang bukan kesalahan saya." Kathleen menjawab perkataan dari sang Rektor dengan menatap wajah sang rektor tersebut.
"Sudah terbukti dua amplop itu ditemukan di dalam tas kamu, Kathleen!" bentak Rektor tersebut.
"Memang benar dua amplop tersebut ditemukan di dalam tas saya, tapi apakah Prof melihatnya? Apa Prof ada buktinya jika saya yang mengambil dua amplop itu lalu memasukkan ke dalam tas saya?" jawab dan tanya Kathleen.
Mendengar pertanyaan dari Kathleen membuat Kayana dan Bianca langsung tersenyum dengan tatapan matanya menatap kearah Rektor yang memang sejak tadi menuduh Kathleen. Berbeda dengan tiga Dosen itu. Mereka lebih percaya Kathleen. Hanya saja mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
"Maling mana ada yang ngaku," ejek salah satu dari enam mahasiswi yang menjadi musuh bebuyutan Kayana, Kathleen dan Bianca.
"Diam lo!" bentak Kayana.
"Hahahaha... Pawangnya marah," ejek mahasiswi kedua.
Sang Rektor menatap tajam kearah Kathleen. "Masih belum mau mengaku, Kathleen?! Apa perlu saya melakukan sesuatu padamu agar kamu mau mengaku," ucap dan ancam rektor tersebut.
"Berani lo nyentuh dia, maka gue pastikan lo kehilangan satu tangan lo!" ucap seseorang sembari melangkah masuk ke dalam kelas.
Deg..
Orang-orang di dalam kelas termasuk rektor seketika terkejut ketika mendengar ucapan dari seseorang. Dan mereka semua tahu akan suasa orang tersebut.
"Darka!" panggil Kathleen.
Darka tersenyum mendengar panggilan dari kekasihnya. Dia kemudian melangkah mendekati Kathleen.
"Kamu nggak apa-apa?" Apa dia menyentuh kamu?"
"Tidak!"
Ketujuh sahabat-sahabatnya, Gilang dan keenam sahabatnya dan sahabatnya Darka menatap kearah rektor dengan tatapan mata yang tajam. Mereka tak habis pikir dengan ucapan serta ancaman yang keluar dari mulut sang rektor.
Sementara Darren! Tatapan matanya menatap semua orang yang ada di dalam kelas itu. Dia menatap dengan menggunakan Isi Cristalnya yang berwarna keemasan.
Namun seketika tatapan matanya berhenti tepat pada enam mahasiswi yang sejak tadi tersenyum menatap kearah calon kakak iparnya yaitu Kathleen. Dan Darren melihat satu diantara keenam mahasiswi itu yang menjadi pelaku utama. Dengan kata lain, mahasiswi itu yang memiliki rencana tersebut, sedangkan lima mahasiswi lainnya sebagai bonekanya.
Darren seketika tersenyum di sudut bibirnya ketika mengetahui pelaku yang sudah memasukkan dua amplop tersebut ke dalam tas milik Kathleen.
"Apa anda yakin jika mahasiswi yang bernama Kathleen Radmilo yang sudah mencuri dua amplop yang berisi uang itu?" tanya Darren tiba-tiba.
Mendengar pertanyaan dari Darren membuat rektor tersebut langsung melihat kearah Darren. Begitu juga dengan semua orang.
"Bukankah buktinya sudah....." perkataan rektor tersebut terpotong karena Darren langsung bersuara.
"Iya atau tidak! Jawaban itu yang saya butuhkan. Bukan yang lainnya," ucap Darren dengan sorot matanya yang tajam menatap rektor tersebut.
"Iya, saya sangat yakin."
Darren seketika tersenyum dengan tatapan matanya semakin tajam menatap kearah Rektor itu.
"Bagaimana kalau kita taruhan?"
"Apa maksud kamu?" tanya Rektor tersebut.
"Anda paham maksud saya." Darren menjawab perkataan dari sang rektor.
"Apa taruhannya?"
Darren tersenyum di sudut bibirnya. "Mudah saja."
Darren menatap semua orang yang ada di dalam kelas itu tanpa ada yang terlewatkan. Setelah itu, dia kembali menatap kearah Rektor tersebut.
"Jika anda benar bahwa mahasiswi bernama Kathleen Radmilo bersalah karena ditemukan dua amplop di dalam tasnya, maka anda bebas memberikan hukuman padanya. Tapi...."
Darren sengaja menghentikan ucapannya sesaat. Dia kembali menatap semua orang yang ada di dalam kelas, lalu tatapan matanya berhenti tepat di enam mahasiswi itu.
"Jika mahasiswi yang bernama Kathleen Radmilo tidak bersalah. Dengan kata lain, dia dijebak oleh seseorang. Maka anda dan orang-orang yang yang telah menjebaknya itu akan menerima hukuman langsung dari kakak saya yaitu Lian Darka Smith, karena dia adalah kekasih dari mahasiswi bernama Kathleen dan saya sendiri yang berstatus calon adik iparnya. Bagaimana?"
Deg...
Sang rektor seketika terkejut ketika mendengar ucapan, pertanyaan sekaligus tantangan yang diberikan oleh mahasiswanya. Begitu juga dengan enam mahasiswi itu. Seketika tubuh keenam mahasiswi itu bergetar ketakutan.
Sang rektor masih bungkam. Dia belum memberikan jawaban apapun kepada Darren sehingga mereka Darren, Gilang, Darka dan sahabat-sahabatnya tersenyum menyeringai.
"Dengan anda diam, itu tandanya Anda setuju dengan tantangan dari saya. Baiklah!"
Darren menatap semua orang yang ada di kelas itu dengan tersenyum menyeringai dan tatapan dinginnya.
Melihat seringai di bibir dan melihat tatapan dingin dari Darren membuat tubuh semua orang bergidik. Jujur, mereka takut dengan seringai dan tatapan itu.
"Sebenarnya aku sudah mengetahui siapa pelaku yang sudah memasukkan dua amplop itu. Hanya saja aku ingin orang itu mengaku disini," ucap Darren dengan tatapan matanya menatap kearah enam mahasiswi itu.
"Kenapa Darren menatap kearah enam mahasiswi yang berdiri di samping rektor itu?"
"Apa mereka pelakunya?"
Itulah yang dipikirkan dan diucapkan oleh semua orang yang ada di dalam kelas dan diluar kelas, termasuk tiga Dosen itu.
Darren tersenyum menatap kearah enam mahasiswi itu sehingga membuat keenam mahasiswi semakin tampak ketakutan. Terlihat mereka yang gelisah saat ini.
penasaran kelanjutannya
semangat
up lagi ya