Setelah menikah kebahagiaan Alina hanya berlangsung sebentar, ia mendapati grup chat rahasia keluarga suaminya di ponsel Danu yang isi chat nya itu sangat menyakiti hati Alina. Di grup chat yang terdiri dari suami, kakak ipar, bude dan mertuanya itu. Alina dihina fisiknya dan lebih sadisnya ternyata selama ini Danu tidak benar-benar mencintai Alina ia hanya ingin harta Alina. Terlebih lagi ternyata Danu juga miliki wanita simpanan yang merupakan cinta pertamanya. Segala Kebusukan suami dan keluarganya itu akhirnya terbongkar.
Di dalam masa keterpurukannya itu Alina bertemu dengan sosok Raffa yang merupakan teman SMA Alina. Raffa tanpa sengaja mengetahui masalah yang sedang dialami Alina, ia bertekad untuk membantu Alina, dengan terlebih dahulu mengubah Alina menjadi angsa cantik seperti dulu. Agar membuat suami dan keluarga berhenti menghina fisik Alina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon niya_23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
“Apa yang diinginkan Neti kali ini Salma?Jawab saya! Apalagi yang dia rencanakan!” Teriak Alina.
Salma tertunduk lesu kali ini ia benar-benar merasa putus asa dadanya seperti terhimpit dinding besar. Lidahnya tercekat sulit baginya untuk terbuka kepada kepada Alina sekalipun sedang di desak.
“Kenapa kamu diam saja Salma cepat jawab,” pinta Alina.
Dengan suara bergetar Salma mulai berbicara pelan.
“Kali ini Neti menyuruh saya untuk mencari tahu strategi Bu Alina untuk gugatan cerai, Neti ingin memenangkan harta gono gini,” ucap Salma dengan wajah yang tertunduk.
“Salma lihat saya,” pinta Alina sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Salma. “Apa yang sudah Neti janjikan kepada kamu hingga kamu tega berbuat ini kepada saya, padahal saya sudah menganggap kamu keluarga saya, kamu orang yang paling saya andalkan di kantor ini Salma. Apa uang yang saya berikan belum cukup untuk kamu Salma hingga kamu berbuat seperti ini hah!”
“Tidak seperti itu Bu, saya punya hutang budi kepada Neti yang tidak bisa saya bayar dengan uang,” ucap Salma kali ini air matanya mengalir deras di pipinya.
“Hutang budi apa?” Alina mengernyitkan keningnya.
“Neti adalah orang yang membantu saya keluar dari jurang kematian, Neti yang menolong saya dari hajaran suami saya yang seorang penjudi dan pemabuk, malam itu Neti menolong saya yang terkulai lemas di pinggir jalan dengan wajah babak belur akibat pukulan dari suami saya,” ujar Salma terisak. “Ia juga yang membantu saya hingga bisa bekerja di sini dan hidup layak,” sambungnya lagi.
“Tetapi, hal itu tidak membenarkan perbuatan kamu Salma!” teriak Alina.
“Maafkan, saya Bu, saya tahu saya salah saya juga sebenarnya terpaksa melakukan hal ini, apa mau dikata saya banyak hutang budi kepada Neti,” jelas Salma.
“Baik, kalau begitu tidak ada pilihan lain. Kamu harus saya pecat. Dengar Salma mulai hari ini kamu kemasi barang barang kamu lalu kamu tinggalkan kantor ini. Saya tidak mau melihat muka kamu lagi disini,” ucap Alina lalu perginya meninggalkan Salma yang masih tertunduk lesu.
Amarah Alina memuncak ia benar-benar sudah muak dengan tingkah keluarga Danu. “Baiklah kali ini Aku akan bertarung Habis-habisan untuk melawan para benalu itu. Tidak ada sepeser uang pun yang akan aku Hibahkan kepada keluarga Danu,” gerutu Alina.
Alina kini mulai mengumpulkan bukti-bukti untuk sidang perceraiannya. Diantaranya foto perselingkuhan Danu dan Astrid. Kedua bukti bahwa harta itu adalah miliknya sendiri bukan hasil kerja sama selama pernikahan berupa surat kepemilikan aset atas namanya sendiri.
Sidang mediasi telah dilakukan oleh kedua belah pihak, tetapi tidak kunjung mendapat kata sepakat, Danu di wakilkan oleh pengacaranya ia berusaha memutarbalikkan fakta dengan menuduh Alina telah berselingkuh. Dengan demikian proses perceraian akan dilanjutkan ke tahap sidang. Yang akan diadakan dua bulan lagi.
Sebelum sidang cerai pertama dilakukan Alina ingin fokus dahulu kepada dirinya sendiri ia yang sudah melalui program diet selama 4 bulan kini mulai membuahkan hasil tubuhnya konsisten turun 3-4 kilo perbulan kini ia tinggal mengejar berat badan ideal. Di sidang perceraiannya yang pertama ia ingin tampil cetar dan membuat keluarga Danu tertunduk hingga tidak berani menghinanya lagi.
“Al, lagi apa?” Nadia menelpon Alina karena merasa akhir-akhir ini Alina sangat sibuk.
“Nad, gue lagi lari nih,” ucap Alina tersengal.
“Lari? Sore-sore gini? Ini udah mau maghrib loh Al, lo sama siapa?”
“Sendiri,” ucap Alina singkat.
“Raffa kemana?”
"Gak tahu Nad, dia kayaknya lagi sibuk,” jawab Alina Sedikit kesal ia merasa akhir-akhir ini diabaikan oleh Raffa tidak seperti biasanya.
Alina terduduk di sebuah kursi taman, ia memandangi orang-orang yang berlalu lalang tampak orang-orang itu bahagia akan hidupnya berbeda dengan dirinya yang kini pernikahannya saja sedang diambang perceraian, sedih, kecewa menggelayuti hatinya ia juga ingin hidup bahagia seperti orang lain, tapi mengapa begitu susah untuknya. Ia tercenung lama di kursi itu. Memikirkan nasibnya yang kurang beruntung.
“Kak, tisunya kak?” tiba-tiba Alina dikagetkan dengan suara mungil seorang gadis kecil penjual tisu.
“Kakak kenapa? Kok, nangis. Lagi sedih yah, ini aku kasih tisu ini gratis buat kakak,” ucap gadis kecil itu. Alina tersenyum getir ia segera mengambil tisu yang diberikan gadis kecil itu.
“Terima kasih yah Dek,” ucap Alina lalu ia menghapus air matanya.
“Kamu gak sekolah?” tanya Alina.
“Sekolah, Kak pagi,” jawab hadiah itu tersenyum.
“Kamu disuruh Ibu kamu buat jualan Dek?”
“Enggak kok, Kak memang aku yang mau aku ingin ngeliat ibu gak susah aku mau bantu Ibu,” ucap gadis itu polos.
“Emangnya kamu gak capek?”
“Enggak aku seneng kok, bisa sekalian main juga di sini banyak teman aku. Aku jadi bahagia,” ucapnya lalu pergi karena dipanggil oleh temannya sebayanya.
Seketika Alina tersadar jika selama ini ia salah dalam mengartikan kebahagiaan, ia menggantungkan kebahagiaan dirinya kepada orang lain. Padahal harusnya ia bisa ciptakan sendiri kebahagiaannya.
Seperti anak penjual tadi ia tidak menuntut orang tuanya untuk membahagiakan dia, tapi ia mencari sendiri kebahagiaan itu walaupun dalam berbagai keterbatasan.
Alina lalu berlari kembali, tiba-tiba perasannya lega ia seperti menemukan kembali semangat hidup.
Waktu berjalan cepat dua bulan telah berlalu Alina menyibukkan diri dengan bekerja dan berolahraga. Kini tubuhnya sudah semakin ramping lebih enak dilihat, ia merasakan banyak perubahan semenjak mulai menurunkan berat badan. Wajahnya tampak lebih cerah dan kini wajahnya juga tampak lebih tirus, membuat Alina semakin cantik.
Hari ini adalah hari pertama sidang perceraian antara Alina dan Danu.
Sesuai jadwal Alina sudah datang di dampingi pengacara Pak Fadhlan. Seperti yang sudah ia perkirakan ia bertemu dengan Ibu mertua dan Kakak iparnya. Alina berjalan melewati mereka tidak ada sapaan dari Alina kepada keduanya. Yang ada hanya tatapan sinis, begitu pula dengan Ibu mertua dan kakak iparnya yang hanya bisa termangu melihat Alina. Penampilan Alina sungguh berbeda kini ia jauh lebih cantik dari yang terakhir mereka lihat.
Rambut Alina kini di hairstyles ikal membuat wajahnya terlihat kecil. Dia kini juga berjalan tegap dan lebih percaya diri ia duduk di sebelah kiri sudut pandang hakim.
Sedangkan Danu baru saja datang ke ruang persidangan dengan tangan yang diborgol. wajahnya tampak tua dari yang sebelumnya seperti orang yang tidak terawat cara berjalannya pun kin menunduk tidak ada lagi Danu yang arogan entah pelajaran apa yang ia dapat selama 8 bulan di penjara itu. Danu kemudian dituntun untuk duduk di sebelah kanan sudut hakim matanya menit ke arah Alina, ia terkejut ketika melihat Alina yang..
Guys jangan lupa like, subscribe dan komen yah...
Terima kasih💕....