Kisah seorang gadis yang terpaksa menjadi pelayan pebisnis misterius dan kejam agar organ tubuhnya tidak dijual oleh pria itu akibat ulah ibunya sendiri.
Namun, ia tetap berusaha melarikan diri dari sangkar Tuannya.
Sebuah rahasia besar sang CEO terkuak saat pelayan itu hadir dalam kehidupannya yang membuat pria itu marah besar dan berencana membuat hancur kehidupan gadis itu.
Bagaimana kelanjutan cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Anna pamit pada pengurus panti untuk bekerja siang hari di toko. Seperti biasa Anna menggunakan sepedanya yang terlihat sangat biasa itu.
Mengayuhnya dengan santai. Hatinya sudah sedikit tenang setelah ia meninggalkan rumahnya. Seharusnya memang dari dulu ia kabur. Pikirnya.
Namun tanpa sadar keasikan melamun, Anna menabrak mobil sport milik seseorang yang menyebabkan sedikit penyok di bagian belakangnya.
Anna mendongak ke atas melihat rambu lalu lintas.
“Ah.. lampu merah ternyata. Bagaimana ini..”
Anna menghampiri pemilik mobil dengan perasaan takut. Berlahan ia mengetuk pelan kaca mobil itu.
Saat kaca mobil itu turun, Anna melihat sorot mata yang indah dari orang itu.
Anna terdiam layaknya tersihir oleh tatapan pria itu.
“Kenapa?” Tanya pria itu menyadarkan Anna.
“Maaf, saya tidak sengaja menabrak mobil bapak."
“Sudahlah, tidak apa-apa. Lain kali kamu harus hati-hati.”
Anna bingung harus bagaimana. Pria ini meloloskan seseorang yang sudah membuat mobilnya rusak?
“Tapi,. Bukankah saya harus tanggungjawab?”
Pria itu menaikan satu alisnya dan tersenyum.
“Baiklah.. berikan nomormu.”
“Hah?” Anna semakin bingung. Apa ia harus memberikan nomor HP nya kepada orang asing.
Pria itu tertawa.
“Bukannya kamu mau tanggungjawab? Kalau gitu berikan nomormu. Akan aku beritahu nanti berapa biaya perbaikannya. Bagaimana?”
“Ah.. benar juga.” Anna pun setuju dan memberikan nomornya pada pria itu.
Setelah pria itu pergi, Anna kembali berpikir keras.
‘Berapa biaya perbaikannya ya. Sepertinya aku harus mencari pekerjaan lagi.’ Ucapnya dalam hati.
Anna pun melanjutkan perjalanannya menuju Toko.
Sesampainya di toko Anna pun merapikan dan memajang beberapa pakaian yang best seller menurut tokonya.
Membersihkan lantai dan mengepelnya seperti biasa.
Meskipun gajinya tak terlalu besar, tapi cukup untuk menghidupi Anna dan keluarganya saat itu. Dan sekarang ia bisa menabung dengan sisa uangnya.
Jam sudah menunjukan pukul 5 sore. Hari ini banyak pengunjung datang untuk fitting baju pengantin.
“Apa aku bisa menikah nanti?” Ucapnya pada diri sendiri saat bercermin.
“Anna..” Panggil Rani salah satu rekannya menyadarkan Anna pada kenyataan.
“Iya, kenapa?”
“ Itu ada pengunjung yang meminta kamu untuk melayani dan memilihkannya baju.”
Anna mengerutkan alisnya.Tak yakin dengan apa yang di dengarnya.
“ Ha? Kenapa aku?”
“Entahlah, sudah sana pergi. Jangan mengecewakan toko.”
Anna pun segera mencari pengunjung yang di maksud dalam ruangan khusus jas pria.
Terlihat hanya ada satu pria tinggi membelakanginya.
‘Mungkin itu’ ucapnya dalam hati.
“Permisi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” Ucap Anna sopan.
Pria itu pun membalikkan tubuhnya dan menatap Anna yang sedang tersenyum ramah.
Anna merasa canggung ketika pria itu memperhatikannya dari atas hingga ke bawah.
“Maaf, pak..”
Pria itu pun tersenyum.
“Pilihkan saya pakaian yang cocok untuk menghadiri pesta resmi.”
“Baik, Pak. Silahkan tunggu sebentar. Akan saya bawakan beberapa yang paling bagus untuk anda pilih.”
Anna pun berjalan menjauh dan segera mencarikan beberapa setelan jas yang cocok untuk pengunjungnya.
Dia merasa risih terus di tatap intens oleh pria itu. Meskipun memiliki wajah yang sangat tampan, namun aura pria itu sangat menakutkan bagi Anna.
Akhirnya Anna menemukan 5 setelan yang menurutnya cocok untuk pria itu.
Anna menunduk setelah di lihatnya pria itu masih menatapnya serius.
‘Apa ada yang salah denganku?’ Pikirnya sambil melihat tubuhnya sendiri.
“Ini, Pak. Menurut saya akan sangat cocok jika anda yang pakai.”
Pria itu pun mengangguk setuju.
“Ternyata matamu bagus juga. Aku suka semua yang kamu bawakan. Tapi..”
Anna menatap pria itu yang menggantungkan ucapannya.
“Bagaimana kita bisa tahu jika tidak di cobakan?”
“Ah.. iya, Pak. Silahkan di coba.”
Pria itu bangkit dari duduknya dan mendekati Anna yang berdiri canggung.
Semakin mendekat hingga membuat Anna refleks mundur.
Pria itu tersenyum lebar melihat raut ketakutan Anna. Tapi tak membuatnya berhenti mendekati Anna. Sampai jarak mereka hanya beberapa centi saja.
“Aku mau kau yang pakaikan.” Ucap pria itu dengan nada datar.
“Ta-tapi, pak..”
“Tidak ada bantahan.”
Anna masih diam tak bergeming.
“Kalau kau tetap tidak mau, akan ku bongkar pada sekitarmu bahwa kau anak dari seorang pelacur.”
Napas Anna tercekat.
Dari mana pria ini tahu bahwa ibunya pelacur.
Dengan sisa keberaniannya Anna membantah ucapan pria ini.
“Mungkin anda salah orang. Saya tidak memiliki ibu.”
Pria itu tiba-tiba tertawa.
“Evanna Kexia. 21 tahun. Tidak pernah di anggap dan di buang oleh keluarganya sendiri. Kau kan orangnya?”
Anna melotot tak percaya. Bagaimana masalah keluarganya sampai di ketahui orang asing.
“Jadi, kau mau pakaikan aku, atau aku sebar hal-hal yang kau sembunyikan dari orang-orang?”
Ancam pria itu lagi.
Mau tidak mau Anna menuruti pria itu untuk membantunya melepaskan pakaiannya dan mencoba jasnya. Tangan Anna bergetar hebatnya karena berusaha menahan air matanya.
Satu persatu Anna membuka kancing kemeja yang di kenakan pria itu. Terlihat jelas bentuk dadanya yang bidang terukir sebuah tato berbentuk ular.
Tiba-tiba Anna menghentikan aktifitasnya setelah pria itu memegang tangan Anna.
Anna terkejut dan mencoba melepaskan genggaman pria itu dengan sekuat tenaga yang di milikinya. Namun tetap saja ia kalah.
Anna memberontak.
“Lepaskan saya.”
“Tidak akan.”
“Pak, saya mohon.”
Seketika Anna terdiam membatu. Tubuhnya tidak bisa ia gerakan. Dia merasakan bibirnya bersentuhan dengan benda yang terasa kenyal dan lembut. Anna membuka matanya dan melihat pria itu menciumnya.
Anna mendorong tubuh pria itu ketika ia sadar sepenuhnya.
Terlihat air matanya sudah membasahi pipinya. Matanya yang menyala tanda ia sedang marah.
“Aku, Damian Xavier. Kau harus ingat itu.”
Plaak..
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Damian. Membuat ujung bibirnya berdarah terkena cincin yang di pakai Anna. Anna pun berlari keluar ruang ganti dengan tergesa.
“Sialan.. Beraninya dia menamparku.” Ucap Damian kesal..
.
.
.
Next 👉🏻
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩