Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04
"Bara," sahut Roy terkejut melihat sahabatnya tiba-tiba ada di Indonesia.
"Hay kawan," ucap Bara dan mereka langsung bersalaman.
"Kamu apa kabar?" tanya Roy.
"Aku sangat baik," sahut Bara.
"Kita duduk dulu," ucap Roy.
"Iya nih, pegel kaki."
"Hahah ... kenapa nggak bilang kalau pulang," ucap Roy, "kan bisa dijemput."
"Aku nggak mau repotin kalian," sahut Bara.
"Ya nggak papa kali, kita udah sahabatan dari kecil loh."
"Hahah ...." Bara malah tertawa.
"Ye, malah ketawa." Roy hanya tersenyum saja.
"Itu lukisan, siapa yang bikin?" tanya Bara.
"Baca aja Watermark-nya," sahut Roy. Bara pun berdiri dan membacanya.
"Anjani Galleri," ucap Bara.
"Skill-nya bagus banget loh," sahut Roy memuji.
"Oh ya," ucap Bara.
"Cantik juga sih," sahut Roy.
"Kamu suka dia."
"Mungkin, tapi sayang ...."
"Kenapa?"
"Dia sudah nikah."
"Tinggalin aja deh," ucap Bara, "bukan jodoh kamu itu."
"Iya sih, tapi dia cantik banget." Roy mengiba dengan nasibnya sendiri.
"Sabar aja Roy, jodoh pasti ketemu kok."
"Idih!"
"Lah, dikasih tahu juga."
"Hemm ...."
"Oh ya, aku pulang dulu yah."
"Cepet banget."
"Terus aku disini ngapain lama-lama."
"Ya kan bisa cerita pengalaman kamu mungkin selama di LA."
"Basi."
"Idih!"
"Haha ... dah aku pulang dulu," ucap Bara menepuk pelan pundak Roy.
Gavin sendiri sedang tidak mood di kantor.
"Pak Gavin," ucap Maya, sekretarisnya.
"Ada apa?" tanya Gavin.
"Pak Romi ada diluar " sahut Maya.
"Oh, baik. Suruh beliau," ucap Gavin.
"Iya Pak Gavin," sahut Maya lalu keluar, "Pak Romi, silahkan masuk."
"Terima kasih," ucap Pak Romi kemudian masuk.
"Papa," ucap Gavin, "duduk, Pa."
"Gavin, Papa mau tanya."
"Tanya aja."
"Kenapa banyak perusahaan yang memutuskan kontrak?" tanya Pak Romi.
"Itu bisa saya jelaskan, Pa," sahut Gavin.
"Kamu jelaskan sekarang!" tegas Pak Romi, "apa kamu tahu, ownernya langsung dari PT. Suryawinata menelpon. Katanya kinerja kamu tidak becus, saat meeting selalu melamun dan banyak presentasi yang salah!"
"Maaf, Pa."
"Pokoknya Papa nggak mau tahu, kamu perbaiki lagi!"
"Iya, Pa."
"Haih, baru juga 2 tahun Papa kasih jabatan ini ke kamu tapi kenapa malah kacau!" kesal Pak Romi kemudian pergi.
Gavin langsung menghamburkan barang di meja, "Sial!"
Toko Anjani Galleri sangat ramai didatangi pelanggan, Anjani begitu bahagia. Hari ini omset keuntungannya mencapai Rp. 20.000.000.
Bu Davia tidak rela jika Anjani jadi nyonya di rumah itu.
"Seharusnya sih, Alexa yang jadi Nyonya disitu. Ini nggak bisa, nanti malam aku harus kesana."
Jam 5 kemudian, baik Anjani dan Gavin sama-sama menuju rumah.
Di depan pagar, Gavin melihat Anjani mengendarai motor tersenyum tipis. Ia langsung tancap gas sehingga depan mobilnya menabrak Anjani sedikit, lalu jatuh.
"Aw," ringis Anjani.
"Hahah ..." Gavin malah tertawa puas.
Anjani hanya bisa menghela napas dan mendirikan motornya, lalu masuk ke dalam garasi. Ternyata kakinya sakit akibat terkena aspal, Gavin sama sekali tidak peduli.
"Siapa suruh ngalangin saya!" ucap Gavin setelah keluar dari mobil.
"Saya nggak ngalangin, kamu aja yang terburu-buru."
Gavin mendekat dan mencengkram dagu Anjani, "berani kamu sama saya!"
Anjani langsung menepis tangan Gavin, "Kamu diluar batas!"
Gavin langsung menarik tangannya dan pergi, ia juga baru ingat dengan perjanjian itu.
( "Sial!" batin Gavin. )
"Manusia aneh!" cibir Anjani kemudian masuk ke dalam setelah memasukkan motornya ke garasi. Baru juga membuka pintu sudah ada guyuran air yang Gavin letakkan di atas pintu.
"Hahaha ...." Gavin kembali tertawa.
"Kamu kayaknya enggak bahagia yah," ucap Anjani.
"Maksud kamu apa?" tanya Gavin.
"Ini terlalu kekanakan," sahut Anjani.
"Bilang apa tadi," ucap Gavin mendekatkan telinganya ke Anjani. Namun Anjani berbicara lagi, sehingga membuat Gavin marah, "ngomong, wanita tua!"
"Kamu nggak dewasa, Vin," ucap Anjani.
"Terserah saya! Hidup, hidup saya!"
"Ya sudah," ucap Anjani malas berdebat.
"Hey," sahut Gavin, "gara-gara kamu kasih tahu mama tentang persyaratan itu. Saya harus kasih kamu nafkah, jijik banget!"
"Bagaimana kalau kita berpisah aja secara hukum," ucap Anjani, "telinga saya sakit mendengar ocehan yang nggak berguna itu!"
"Br3ngsek!" marah Gavin langsung menampar Anjani, "dasar wanita tua!"
Anjani langsung membalas tamparan Gavin, ia tidak ingin jadi wanita lemah.
"Kamu bukan siapa-siapa saya, berhenti mengganggu!" tegas Anjani lalu pergi dengan muka yang datar.
Gavin memegang pipinya yang baru saja ditampar oleh Anjani, "Berani banget wanita tua itu!"
Di dalam kamar Anjani langsung ganti baju dan membuka ponselnya, ternyata banyak yang memesan lukisan.
Diluar sudah ada Bu Davia, ia mengetuk pintu.
"Ya ada apa?" tanya Gavin.
"Eh, Nak Gavin," sahut Bu Davia.
"Mama, ada apa?" tanya Gavin.
"Cuma mau lihat kamu sama Anjani aja," sahut Bu Davia.
"Ngapain Mama mau lihat?" tanya Gavin.
"Kamu sama Anjani belum ngapa-ngapain kan," sahut Bu Davia.
Gavin malah tertawa dan itu membuat Bu Davia bingung.
"Nak Gavin kenapa?" tanya Bu Davia.
"Ya kali saya buka segel perawan tua," sahut Gavin.
"Bagus Nak Gavin, Mama janji bakalan cari Alexa sampai dapat."
"Iya, Ma. Lagian, saya juga sudah bikin perjanjian sama Anjani."
"Perjanjian apa, Nak Gavin?"
"Saya nggak sekamar atau seranjang, nggak ikut campur urusan masing-masing, dan bila Alexa ditemukan kiya akan cerai."
"Mama setuju," ucap Bu Davia.
"Ya baguslah," sahut Gavin.
"Ya udah, Mama pulang dulu yah cuma mau mastiin aja."
"Iya, Ma."
Dari samping ternyata Anjani mendengarkannya. Ia kemudian berkata dalam hati, ( "Aku nggak nyangka, Mama sejahat ini." )
Gavin sendiri kembali masuk ke dalam dan menelpon seseorang.
[ "Hallo, gimana?" tanya Gavin, "owh ...." ]
Gavin sudah berusaha mencari keberadaan Alexa yang menghilang tiba-tiba, ia begitu khawatir.
( "Kamu dimana sayang?" batin Gavin bertanya-tanya. )
Anjani masih tidak percaya, apakah itu ibu kandungnya.
( "Apa salah saya, Ma," batin Anjani. )
Anjani tidak tahu harus berbuat apa agar kedua orang tuanya berhenti membenci dirinya, rasanya sangat sakit dibedakan.
Tiba-tiba pintu kamar Anjani digedor keras dari luar.
"Kenapa lagi sih, anak itu!" kesal Anjani lama-lama. Ia kemudian berdiri dan membuka pintunya, "ada apa?"
"Masak," ucap Gavin.
"Kenapa suruh saya?" tanya Anjani bingung.
"Kamu kan istri!" ketus Gavin.
"Pak Gavin, tolong batasannya yah."
"Apa maksud kamu, hah!"
"Saya bukan pembantu kamu," ucap Anjani.
"Bodo amat!" sahut Gavin dengan sinis, "kamu ini tinggal di rumah saya, anggap aja kamu masak sebagai bayaran tinggal disini."
"Kalau begitu lebih baik saya keluar dari sini, toh, sama-sama bayar juga kan."
"Yakin?" tanya Gavin meremehkan, "gimana nanti kata orang seorang istri menyewa sedangkan rumah suaminya besar!"
"Tinggal bilang aja, kalau saya harus bayar sewa." Anjani tidak mau kalah dengan Gavin.
"Dasar wanita tua!" kesal Gavin yang gagal menyuruh Anjani masak.
BERSAMBUNG
semoga datang karma pada mereka..
Anjani aja gak pernah gangguin hidup mu...kamu aja yang tiap hari usil...
orang ketus mank harus dibalas ketus 👍👍👍