Vanesa, Gadis muda yang menerima pinangan kekasihnya setelah melewati kesedihan panjang akibat meninggalnya kedua orang tuanya, Berharap jika menikah sosok Arldan akan membawa kebahagiaan untuknya.
Namun siapa sangka semuanya berubah setelah pria itu mengucapkan janji suci pernikahan mereka.
Masih teringat dengan jelas ingatannya di malam itu.
"Arland, Bisa bantu aku menurunkan resleting gaunku?"
Sahut Vanesa yang sejak tadi merasa kesulitan menurunkan resleting gaun pengantin nya.
Tangan kokoh Arland bergerak menurunkan resleting di punggung istrinya dengan gerakan perlahan.
"Terima kasih"
Sahut Vanesa yang menatap Arland di pantulan cermin yang ada di hadapannya.
Arland menarik ujung bibirnya, Menciptakan senyum mengerikan yang membuat Vanesa melunturkan senyum miliknya.
"Vanesa, Selamat datang di neraka milikku"
Ucap Arldan pada saat itu yang kemudian meninggalkan Vanesa begitu saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harapan suami istri
Jepang
Masih dalam beberapa hari yang lalu
Di salah satu gedung pencakar langit di Jepang.
Tampak beberapa karyawan berlalu lalang sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing.
Namun suara hentakan heels yang beradu dengan lantai membuat mereka mengalihkan perhatian mereka.
Sosok wanita paruh baya terlihat melangkah masuk kedalam gedung tersebut. Buru buru para karyawan yang melihatnya lantas menundukkan kepala mereka ke arah wanita tersebut.
Siapa yang tidak mengenal wanita paruh baya itu, Meski sudah sangat lama tidak menginjakkan kakinya di perusahaan, Mereka masih bisa mengenalnya dengan baik.
Nyonya besar Teressa Damaresh, Istri dari Alexander Gelsi Damaresh, Pemilik dari Damaresh company, Tempat mereka bekerja saat ini.
Mereka tentu saja terkejut, Sebab ini pertama kalinya nyonya Teressa kembali menginjakkan kakinya di perusahaan semenjak kejadian mengerikan menimpa keluarga tersohor itu.
Dan kedatangan nyonya besar itu hari ini membuat mereka bertanya tanya.
Teressa tampak tidak peduli dengan tatapan seluruh karyawan yang tertuju kearahnya, Bahkan dia tidak menimpali ucapan mereka semuanya yang mengucapkan selamat datang kembali untuknya. Dia benar benar mengabaikan semuanya.
Wanita itu terus melangkah dengan cukup tergesa gesa, Mengambil arah kiri dimana lift khusus untuk para petinggi perusahaan.
Ting
Begitu pintu lift tertutup wanita itu dengan cepat mengeluarkan ponselnya, Mengecek apa ada pesan yang sedang dia tunggu tunggu sejak tadi.
Ting
Saat pintu lift terbuka, Teressa bergegas keluar, Berlari kecil ke arah ruangan suaminya di ujung sana.
Brakkkk
Dia membuka pintu di hadapannya dengan kasar, Membuat Alexander yang sedang mengecek beberapa berkas di hadapannya seketika terkejut.
Dia ingin marah, Berfikir jika karyawannya yang membuka pintu ruangannya dengan tidak sopan. Namun begitu dia mengangkat wajahnya amarahnya langsung redup di gantikan dengan ekspresi terkejut melihat kedatangan istrinya yang tiba tiba.
"Sayang"
Alexander langsung berdiri dari posisinya, Berniat menghampiri istrinya di depan sana yang terlihat berusaha mengatur nafasnya.
"Ada apa? Sesuatu buruk terjadi? Kenapa tidak mengabari ku untuk menjemputmu?"
Tanya Alexander dengan cemas.
Namun tiba tiba Teressa berlari ke arahnya, Memeluk tubuhnya dengan erat.
Dia jelas saja terkejut, Pikirannya mulai berkelana tidak jelas, Dia mulai menebak nebak apakah seseorang berani menyinggung perasaan istrinya? Dan jika itu benar dia tidak akan melepaskan orang itu, Tidak peduli siapapun mereka.
Alexander ingin bertanya, Namun mendengar isak tangis istrinya membuat dia mengurungkan niatnya, Memilih mengelus punggung istrinya yang bergetar.
"Alex"
Sahut Teressa pelan, Dia melepaskan pelukannya lalu menatap suaminya dengan matanya yang memerah.
"Ada apa hmm, Ada yang mengganggu mu?"
Tanya Alexander pelan yang menghapus air mata istrinya dengan lembut.
Teressa menggelengkan kepalanya cepat.
"Marida bertemu dengan seorang gadis yang mirip denganku, Matanya mirip denganmu, Dan warna kulitnya juga mirip denganmu"
Mendengar perkataan Istrinya jelas saja membuat Alexander terkejut.
"Aku sudah menghubungi uncle Hussain untuk mengecek gadis yang di temui Marida hari itu, Dan kau tau, Lihat ini"
Lantas Teressa memberikan ponselnya ke arah Alexander, Memperlihatkan sebuah video dari cctv yang di ambil dari tempat dimana Marida bertemu dengan gadis itu.
Alexander segera meraih ponsel istrinya, Mulai memperhatikan video tersebut dengan teliti, Lantas matanya terkejut ketika melihat gadis yang ada di dalam video tersebut.
"Ini"
Alexander kehilangan kata katanya, Paras gadis itu benar benar mirip dengan istrinya, Sedangkan untuk bola mata dan warna kulitnya tidak terlihat begitu jelas.
"Aku akan mengirim orang orangku untuk mencari tau siapa gadis ini"
Ucap Alexander yang kemudian menatap istrinya yang menangis kembali.
Teressa menganggukkan kepalanya.
"He em, Uncle Hussain juga sudah mengirimkan orang orangnya untuk mencari tau siapa gadis itu"
Timpalnya.
"Alex, Aku harap dia putri kita, putri yang selama ini kita cari, Aku harap dia adalah putri kecilku, Putri keluarga Damaresh"
Suara Teressa bergetar, Dia menjatuhkan tubuhnya di atas lantai dengan perasaan yang berkecamuk.
Rasanya dia ingin segera tau identitas gadis itu, berharap gadis itu adalah putrinya, Dia ingin memeluknya, Melepaskan semua kerinduan yang telah membuncah di dalam hatinya dan tertahan selama puluhan tahun lamanya.
Alexander dengan cepat meraih tubuh istrinya, Membawanya masuk kedalam pelukannya.
"Semoga ini adalah jawaban dari doa doa kita selama ini"
Ucap Alexander dengan pelan di telinga Istrinya.
Dia jelas mengharapkan hal yang sama dengan harapan istrinya. Bohong jika dia tidak merindukan putrinya, Bohong jika dia tidak iri dengan teman temannya yang putrinya sudah beranjak dewasa. Dia jelas sedih, Namun memilih mengesampingkan perasaannya demi menjaga perasaan istrinya.
****************
Kembali ke masa ini
Indonesia
Arldan yang baru saja menyelesaikan pertemuannya dengan Lucas akhirnya bisa bernafas lega, Karna pria itu tidak jadi membatalkan kerja sama mereka.
"Mona, Apakah bibi sumi sudah datang?"
Arldan berkata ke arah sekretarisnya
"Belum tuan, Apa bibi sumi perlu sesuatu?"
Tanya Mona kemudian, Dia tentu saja mengenal bibi sumi yang merupakan pelayan dari keluarga Santoso sejak dulu.
"Aku memintanya membawa berkas yang aku lupa karna terburu buru"
Jawab Arldan
"Jika dia datang, Minta dia agar membawanya ke ruanganku"
Sahutnya lagi
"Baik tuan"
Mona menjawab dengan cepat, Dan begitu Arldan hendak membalikkan badannya dia seketika teringat tentang keberadaan kekasih gelap pria itu.
"Tuan Arldan"
Arldan kembali menatap Mona yang memanggilnya.
"Nona Nova menunggu anda di ruangan anda sejak tadi tuan, Nona nova mengatakan jika dia ingin memberitahu anda sesuatu yang penting"
Arldan langsung terkejut ketika mengetahui Nova ada di perusahaannya, Sebab jika kakeknya tau keberadaan wanita itu, Jelas saja akan berdampak buruk padanya.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Dia langsung bergerak menuju ruangannya. Arldan pikir sepertinya selama ini dia terlalu baik pada wanita itu sehingga wanita itu mulai lancang dan tidak mendengarkan perintahnya.
Brakkk
Dia membuka pintu ruangannya dengan kasar, Membuat Nova di dalam sana terkejut melihat keberadaan Alrdan.
Saat pria itu ingin berteriak, Nova lebih dulu membuka suaranya
"Jangan marah, Dengarkan aku dulu"
Sahut wanita itu ketika tau jika Arldan akan memarahinya.
"Aku terpaksa datang kemari karna ingin memberitahu kamu sesuatu hal yang penting"
Lanjut Nova kemudian.
Arldan langsung mengurungkan niatnya, Dia kemudian menutup pintu ruangannya lalu duduk di samping Nova.
"Kau tau, Dengan kamu datang kemari itu cukup beresiko, Bagaimana jika kakek tau jika kamu datang di perusahaan"
Ucap Arldan dengan kesal.
"Tapi aku membawa berita penting untukmu"
Timpal Nova yang tidak peduli dengan kekesalan kekasihnya itu.
"Katakan ada apa?"
Tanya Arldan yang kini mulai penasaran dengan apa yang akan di katakan oleh Nova.
"Kau akan terkejut mendengarnya"
Ucap wanita itu yang menatap wajah kekasihnya dengan serius.
"Vanessa hamil"