Bagaimana perasaan kalian jika orang yang kalian cintai, yang selalu kalian jaga malah berjodoh dengan orang lain?
Ini kisah tentang Jean Arsa Anggasta seorang calon CEO muda yang ditinggal nikah oleh kekasihnya. Ia menjadi depresi dan memutuskan untuk tidak mau menikah namun karena budaya keluarganya apabila seorang anak laki-laki sudah berumur 25 tahun maka mereka harus segera menikah. Maka mau tidak mau ia harus menikahi Ashana Daryan Fazaira sepupunya. Seorang gadis yang juga telah dibohongi oleh kekasihnya yang telah berselingkuh dengan sahabatnya.
Lalu apa yang terjadi jika pernikahan tanpa cinta ini dilakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Setelah melewati kurang lebih 5 jam penerbangan akhirnya Sanara dan Aditya sampai di Jakarta. Mereka mengabaikan beberapa panggilan telfon dan ketika sampai di rumah keluarga Anggasta, mereka mendapati keluarga Narendra ada disana.
Mereka saling menatap dengan sinis. "Aku dengar putri kalian membawa lari putra kami" ucap Mahesh.
"Mohon maaf sebelumnya pak Mahesh, putra bapak lah yang sudah membawa lari putri kami" ucap Aditya.
"Itu bohong, jelas-jelas putri kalian yang tergila-gila sama putra kami" ucap Indri.
"Oh ya? Putri kami? Jadi maksud anda putri kami kabur dari Amerika dan lari ke Indonesia gitu?" Sanara begitu kesal.
"Sudah-sudah, gak usah ribut. Lebih baik kita terus hubungi mereka dan coba cari tau keberadaan anak-anak kita. Coba hubungi teman terdekat mereka atau siapapun itu" ucap Aditya.
"Sebenarnya ini ada apa sih?" Zarina ikut bingung karena belum paham dengan yang terjadi.
"Kak Keira, kabur ma" bisik viona.
"Keira kabur?? Kok bisa? Maksudnya gimana sih mama gak faham"
"Kawin lari" bisik viona.
Zarina sungguh terkejut, ia lalu melihat disekitar ruang tamu. Dan ia sama sekali tidak menemukan Jean. Zarina berfikir Keira kawin lari bersama Jean.
"Keira kawin lari?? Sama siapa? Jean?" Batin Zarina.
"Tapi kenapa Narendra disini?" Batin Zarina.
Zarina ikutan panik.
Disaat keadaan rumah sedang ricuh Luna memanfaatkan keadaan itu untuk menyelinap masuk kedalam rumah.
Ia mengendap-endap masuk melalui pintu belakang dan diam-diam naik ke atas tangga.
"Drama lagi drama lagi" Batin Luna.
"Tante dari mana aja?" Kejut Raniya.
"Ada urusan" ucap Luna cuek.
Ketika Raniya hendak turun, Luna memanggil nya kembali.
"Oh ya, itu mereka kenapa pada ribut dibawah?" Tanya Luna.
"Katanya sih Keira kawin lari sama pacarnya" jawab Raniya dengan bahagia.
"Ha?? Seriusan?" Luna kaget.
"Iyah Tante, makanya mereka pada ribut" ucap Raniya.
"Terus kenapa kamu keliatan bahagia gitu?"
"Aduh Tante Luna, kalau Keira jadi nikah itu berarti Jean bakal di jodohin sama aku. Hanya aku yang akan jadi calon istri dari Jean Arsa Anggasta" Raniya sangat bangga.
Luna menatap nya dengan ekspresi jijik.
"Iyah kalau Jean mau sama kamu" ucap Luna sembari pergi dari hadapan Raniya.
"Dih bilang apa dia barusan?"
Raniya pun turun ke bawah dan menemui Zarina.
***
"Coba pikirin lagi keputusan kalian" ucap Jean.
"Keputusan kami udah bulat" ucap Alvin.
"Ya paling nggak bicarakan baik-baik sesama keluarga, Gak gini caranya" ucap Jean.
"Percuma Je, mereka gak bakal setuju. Ini satu-satunya jalan" ucap Alvin.
"Terus kenapa kalian manggil kami kesini? Kalau itu udah jadi keputusan kalian yah udah silahkan langsungkan aja pernikahan nya" ucap Shan.
"Tolong jadi saksi pernikahan kami" ucap Keira dengan memohon.
"Kak Lo yakin? Jangan buat mama sama papa khawatir" ucap Shan.
"Ga ada pilihan lain" Alvin memegang kedua tangan Keira.
"Sorry Je, gue gak bisa nikah sama Lo. Tapi gue harap Lo bisa nikah sama Shan" ucap Keira.
Shan dan Jean saling bertatapan satu sama lain.
"Gue sama Jean itu gak mungkin" batin Shan.
Mereka pun menjadi saksi pernikahan Keira dan Alvin.
***
Mereka berempat sampai dirumah keluarga Anggasta.
Keira dan Alvin saling bergandengan tangan, saling menatap dengan penuh cinta. Shan dan Jean berjalan di depan mereka lalu membuka pintu rumah. Semua mata tertuju pada mereka.
"Shan, Jean kalian habis darimana?" Tanya Aditya.
"Kenapa kalian gak bisa dihubungi?" Tanya Sanara.
Jean dan Shan perlahan menoleh kebelakang, semua orang reflek mengikuti gerakan mereka dan terkejut melihat pasangan memakai baju pengantin.
Kedua keluarga itu sangat marah dan menghampiri mereka.
"Kami sudah menikah" ucap Alvin.
Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Alvin.
"Apa-apaan kamu Alvin? Kamu udah buat malu keluarga!!" Mahesh sangat marah.
"Ayo pulang!!!!" Mahesh menarik kasar lengan putranya dan mencoba membawanya pergi dari rumah itu. Namun Alvin menepisnya kasar ia tetap tidak melepaskan genggaman tangan wanita yang telah menjadi istrinya.
"Kalau mau pulang, kalian harus ajak istriku pulang juga" ucap Alvin.
"Pernikahan ini gak sah" ucap Sanara.
"Pernikahan ini sah ma, mama dan papa harus menerimanya" ucap Keira.
"Apa kamu bilang?? Sah? Ini semua gak sah!! Dasar wanita penggoda" Indri mencoba menampar Keira namun Alvin mencegahnya.
"Jangan sentuh istriku" ucap Alvin.
"Kenapa kalian melakukan semua ini?" Tanya Aditya.
"Om Aditya, saya benar-benar minta maaf karena telah mengambil jalan ini. Saya sangat mencintai Keira, apapun ceritanya kalau keluarga saya tidak bisa menerima kehadiran Keira. Saya akan pergi dan membawa Keira pergi jauh" ucap Alvin.
"Kurang ajar kamu Alvin" ucap Mahesh.
"Aku hanya mencintai Keira, dan aku gak akan bisa hidup tanpa Keira" ucap Alvin.
"Oke kalau itu keputusan kamu, jangan pernah menginjakkan kaki kerumah ku lagi" ucap Mahesh.
"Kamu bilang apa Mahesh??" Indri tak percaya.
"Ayo kita pulang" Mahesh menarik lengan istrinya dan membawanya pergi dari rumah keluarga Anggasta.
"Papa kecewa sama kamu Keira" ucap Aditya.
"Keira minta maaf"
"Ayo kita pergi" ucap Alvin.
Keira memeluk ibunya, meskipun kesal namun Keira tetap lah putrinya. Tapi tidak dengan Aditya yang memilih pergi bahkan tidak menoleh sedikitpun kepada Keira.
"Jaga diri kalian, saya titip Keira. Jangan pernah buat dia nangis" ucap Sanara.
"Iyah Tante" kata Alvin.
Mereka pun pergi.
"Kita salah" ucap Shan.
"Gue juga mikir gitu, tapi mau gimana lagi? Itu sudah jadi keputusan mereka" kata Jean.
"Mereka mau tinggal dimana? Bahkan om Narendra gak izinin mereka datang kesana" Shan khawatir.
***
Setelah berita kawin lari Keira, Wira segera mempersingkat jadwal mereka di Bandung. Mereka segera pulang ke Jakarta.
"Kalian berdua tau, tapi diam aja?" Wira mengintrogasi Shan dan Jean.
"Kenapa kalian gak menjawab panggilan telfon pada saat itu?" Shan dan Jean kehilangan kata-kata. Mereka bingung harus jawab apa, dan memang benar adanya kalau mereka sengaja mengabaikan panggilan telfon pada saat itu.
"Maaf pah" hanya itu yang bisa Jean katakan.
"Astaga Jean!!" Kesal Wira.
Namun siapa sangka dibalik sedihnya mereka karena pernikahan yang tidak direstui dua keluarga membuat hati Luna amat sangat bahagia. Kini dia hanya perlu menyingkirkan Raniya, karena seminggu setelah kejadian itu Raka datang melamar Shan.
"Wah, udah lamaran aja ya" Jean mengagetkan Shan yang tengah melamun.
Shan hanya tersenyum malu.
"Jadi Lo kapan nih?" Tanya Shan meledek.
"Gak ah, gak mau nikah gue"
"Yaudah lah terima aja Raniya dengan penuh ketulusan" ledek Shan.
"Gak bisa gitu Lo nikah nya sama gue aja?"
"Dih!! kayaknya Lo terobsesi banget ya sama gue, jangan bilang kalau Lo udah mulai naksir gue?? Curiga Shan.
"Gue gak akan pernah naksir sama Lo, gak akan pernah!!! Lo lupa ya sama perkataan gue di cafe waktu itu?"
"Yee mana tau kan, perasaan dan hati seseorang itu kan bisa berubah-ubah"
"Ngawur aja Lo"
"Kok ngawur?? Itu tuh kenyataan... Awalnya nih ya Keira itu seneng banget ketika denger dia mau di jodohin sama Lo. Wah gue gak bisa menebak sih presentase kebahagiaan dia berapa persen. Ehh ketika dia tau kalau mantannya rela nyamperin dia ke Indonesia, dan ngajak dia nikah hatinya langsung berubah" ucap Shan.
"Itu artinya dia belum bisa move on, makanya dia dengan mudah menerima pernikahan itu" ucap Jean.
"Hmm Iya dehh... Kalau gitu berarti Lo belum bisa move on juga dong?" Shan kembali meledek.
"Udah. Udah move on gue"
"Terus kenapa Lo gak mau nikah?" Tanya Shan.
"Yah karena... Karena gue gak mau aja" jawab Jean.
Shan tertawa, terlihat sekali bahwa pria di hadapannya itu tengah berbohong.
"Lo itu gak bisa bohong"
"Gue mau nikah asal calon istrinya itu..." Jean mengantung perkataan nya. Ia menatap gadis cantik di hadapannya itu dengan mata yang binar.
"Itu apa??? Ngomong nya jangan digantung dong!!"
Jean mendekatkan wajahnya kepada Shan yang tengah kesal. Pria itu langsung mengecup kening Shan.
"Udah ah gue mau mandi"
"Nyeselin banget sih Lo" kesal Shan sambil menghapus kasar bekas kecupan di keningnya itu.
Jean berjalan membelakangi Shan sedangkan di belakang Shan masih mengelap keningnya dengan telapak tangannya.
***