Apa jadinya jika seorang gadis remaja sudah bisa mengeluarkan ASI? Ya hal itu yang dialami oleh Shireen. Entah keajaiban darimana, tiba-tiba gadis berparas cantik nan manis itu bisa mengeluarkan ASI. Ia sadar dengan keanehannya, setelah sesaat ia bangun dari koma. Ia memberikan ASInya itu kepada bayi kembar seorang duda. Siapa sangka justru pertemuan Shireen dengan Sugar Daddy itu menjadi sebuah ikatan cinta.
Lantas siapakah seorang duda itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham Dan Meminta Maaf
"Sam aku pulang dulu ya. Semoga Azel cepat sembuh, dan baik-baik saja," ucap Lilian dengan wajah cemasannya. Ia mengusap-usap kepala Azel dan Azriel yang sudah tertidur pulas.
"Ya, terima kasih Lilian," balas Samuel.
Lilian pun pulang. Dengan tidak sengaja ia berpapasan dengan Inah yang ingin masuk ke dalam kamar Samuel.
'Perempuan ini tidak baik,' gumam hati Inah. Menatap wajah Lilian dengan aura tidak suka. Tanpa mau bertanya, Inah pun melewatinya.
"Permisi Tuan, apa saya boleh masuk?"
"Masuklah!"
Inah memandang Samuel dengan air muka yang cemas. "Ada apa Bik? Kenapa kau begitu cemas?" tanya Samuel.
"Itu Tuan, Anu hmmm."
"Kenapa? Bicaralah yang jelas!"
"Hmm, sebenarnya kejadian tadi bukan kesalahan nona Shireen," ucap Inah.
"Apa maksudnya? Aku tidak mengerti."
"Gini Tuan. Sebenarnya tadi nona Shireen disuruh menyediakan susu di botol dengan nona Lilian, nona Shireen langsung memeras susunya di kamar. Ya, nona Lilian yang memangku nona Azel dan membawanya ke atas sofa. Setelah itu saya ke dapur, dan saat saya kembali ternyata nona Azel sudah terjatuh. Saya menyimpulkan ini kesalahan nona Lilian yang meninggalkannya untuk mengangkat telepon. Kebetulan saat itu, Tuan pulang dan melihat nona Shireen tengah mengangkat tubuh nona Azel, setelah ia habis dari kamarnya. Tuan pasti paham penjelasan saya."
'Astaga, bisa-bisanya aku menyimpulkan kejadian tadi karena kesalahan gadis itu. Aku lupa dia yang berjasa untuk anakku. Bagaimana aku harus meminta maaf. Perkataanku tadi pasti sangat menyakitkan,' batin Samuel.
"Kesimpulannya, nona Lilian memfitnah nona Shireen yang jelas-jelas itu bukan kesalahan, melainkan kesalahan dia sendiri."
"Aku paham Bik. Aku akan meminta maaf setelah ini," balas Samuel.
"Ya sebaiknya seperti itu Tuan. Saya merasa nona kembar tadi tidak tahu apa-apa dalam kejadian itu, tapi mereka menyambung untuk menyalahkan nona Shireen. Maafkan saya juga yang tak bisa mengawasi mereka tadi, hingga terjadinya kesalahpahaman ini. Saya harap tidak ada hal yang dilakukan oleh nona Shireen, setelah dia disalahkan," terang Inah.
Saksi tak terlihat memang Inah. Namun, ia tak bisa membela Shireen tadi, sebab tak ada haknya dan takut semakin memperkeruh suasana. Ya, yang ia takuti pertikaian yang berkepanjangan.
Samuel memijit pelipisnya. Masalah kantor menumpuk, ditambah di rumah. Sungguh membuatnya merasa pusing saat ini. 'Huh, lagi-lagi aku melakukan kesalahan terhadapnya,' ucap lirih hatinya.
Samuel pun bergegas untuk turun kamar dan menghampiri kamar Shireen. Tangannya sudah memegang kenop pintu, tetapi tak terbuka dan ternyata terkunci.
Ia mengetuk pintu itu berkali-kali. "Aku mohon buka pintunya, aku ingin bicara!" ucapnya. Namun tak ada sahutan sama sekali dari dalam.
Samuel menghela napas, ia berbalik badan dan mengurungkan niatnya. Mungkin esok adalah waktu yang tepat untuk melakukan niatnya itu. Sekarang ia berpikir, pasti Shireen sudah tertidur.
Keesokan paginya.
Samuel sudah rapi dengan pakaian formalnya. Ia bangun pagi-pagi hanya untuk bisa menemui Shireen sebelum berangkat kerja. Sedangkan kedua bayinya masih tertidur lelap.
Pria yang gagah itu berjalan menghampiri Shireen. Ia menuju kamarnya untuk membicarakan perihal semalam.
Pintu tak terkunci, kini ia bebas bisa masuk ke kamarnya. Namun, pemandangan yang ia dapat ialah sesuatu yang tak mengenakkan hatinya.
"Hikkss, hmm hikkss!"
Pria itu melihat ibu ASI bayinya, sedang merapikan baju di lemari dan memasukannya ke dalam sebuah tas besar. Sudah pasti diduga, ini adalah pemikiran Samuel jika Shireen ingin pergi.
"Aku mohon maafkan aku."
Shireen terlonjak dan menghentikan isakan tangisnya, ia melepas semua baju yang ia pegang. Merasakan tubuh kekar merengkuh badannya yang pendek dari arah belakang. Sekujur tubuhnya yang panas berubah menjadi hangat akibat rengkuhan itu.
"Aku mohon jangan pergi. Aku minta maaf atas ucapanku semalam. Aku sudah salah paham terhadapmu. Aku mohon maafkan aku," lirih Samuel. Wajah tampan pria ini, bersembunyi di ceruk leher Shireen.
"Lepasin Om!" Shireen berontak, berusaha melepaskan rengkuhan itu. Bukan melonggar, tapi justru semakin melekat dan erat.
"Tidak akan, sebelum kau memaafkanku dan membatalkan niatmu itu!" tegas Samuel.
"Aku gak mau lanjut lagi Om, lebih baik Om cari lagi ibu susu untuk baby kembar Om," ucap Shireen. Sudah terdengar gemetar seakan ingin mengeluarkan isakan tangisnya lagi. Hatinya merasa perih, saat mengingat ucapan Samuel semalam.
"Sekarang Om mau menyalahkan aku 'kan? Pasti Azel kenapa-napa gara-gara aku, hikkss!" lanjutnya benar-benar terisak-isak menangis.
Samuel mengeratkan pegangan tangannya yang berada di perut Shireen. "Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak akan menyalahkanmu, karena ini bukan kesalahanmu! Jika aku tahu yang sebenarnya, aku tidak akan mengatakan itu kepadamu. Maafkan aku."
Entah kenapa hati Shireen merasa luluh, mendengar ucapan yang begitu lirih dari mulut Samuel. Hatinya menghangat, dan ingin mengurungkan niatnya.
Samuel membalikkan badannya, lalu ia memeluk erat tubuh Shireen dari arah depan. "Apa kau tega membiarkan anakku mual dan sakit perut lagi, karena tak mendapat susu yang cocok. Air susumu adalah makanannya, bagaimana nasib bayiku jika kau pergi?"
Akhirnya Shireen luluh dan membatalkan niat yang benar-benar ingin ia lakukan hari ini juga. Ya, pergi dari rumah Samuel adalah hal yang membuatnya tenang. Mungkin, tapi sekarang ia urungkan hanya karena melunak mendengar suara lirih Samuel.
"Oke Shireen maafin, dan Shireen juga gak jadi pergi. Tapi, ada syaratnya ...," ucap Shireen.
Cup.
Karena merasa senang, Samuel sampai mengecup sekilas bibir Shireen yang merona itu. Seketika kedua pipi Shireen bersemu. "Apapun itu syaratnya aku pasti turuti, asal kau benar-benar tak jadi pergi. Kau mau barang mewah, atau berbelanja sepuasnya? Atau kau mau langsung kunikahi sekarang? Aku bisa!"
Shireen menepuk pelan dada Samuel, sedangkan ia sendiri tengah menahan senyumnya. "Issh! Apaan sih Om. Aku bukan cewe tukang porot! Jadi, aku cuma minta Om pindahkan Azel dan Azriel di kamar yang dekat denganku."
Samuel berpikir sejenak. "Hmm aku masih cemas jika mereka pisah kamar denganku," ucapnya.
"Oke kalo gitu biar mereka tidur satu kamar denganku bagaimana? Om, ayolah ... Azriel dan Azel pasti baik-baik aja bersama Shireen. Ini juga memudahkan Shireen untuk menyusui mereka," bujuk Shireen.
"Baiklah. Tapi, aku bebas melihat mereka di kamarmu. Dalam kondisi apapun kau saat itu," ujar Samuel.
"Aku gak ada hak melarang seorang ayah untuk melihat anaknya. Terhalang tembok, bukan berarti buat Om tidak bebas bermain dengan anak Om," balas Shireen.
"Oke aku setuju, terima kasih atas pengertianmu. Dan, sekali lagi maafkan aku."
Shireen tersenyum dengan mengangguk. Samuel membalas dengan tatapan yang penuh arti. Tangannya bergerak mengelus pipi Shireen, setelah itu ia selampirkan di pinggang rampingnya. Shireen pun merasa aneh diperlakukan seperti ini.
"Kau sangat cantik."
Cup ...
Bersambung ....
Cap cip cup. Hanya komen and like, sudah cukup wkwk.