NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Lily

Rumah Untuk Lily

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Cerai / Mengubah Takdir
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Egha sari

Rumah sudah kokoh berdiri, kendaraan terparkir rapi, tabungan yang cukup. Setelah kehidupan mereka menjadi mapan, Arya justru meminta izin untuk menikah lagi. Istri mana yang akan terima?
Raya memilih bercerai dan berjuang untuk kehidupan barunya bersama sang putri.
Mampukah, Raya memberikan kehidupan yang lebih baik bagi putrinya? Apalagi, sang mantan suami hadir seperti teror untuknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Egha sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3. Baik-baik, Nak.

Di rumah ibu, Raya beristirahat dengan baik, tidur siang, yang bahkan tidak pernah ia lakukan saat masih di rumahnya dulu. Ia terlalu sibuk mengurus keadaan keluarga kecilnya, ketimbang dirinya sendiri. Jangankan untuk tidur siang, ia bahkan sering lupa makan dan mandi.

Saat bangun, Raya melihat sang ibu sedang duduk di dapur. Wanita yang sudah lebih dari setengah abad itu, termenung.

"Bu," tegur Raya dan ibu langsung menoleh setelah, menghapus wajahnya.

"Ibu menangis?"

"Tidak, Nak. Ibu tidak menangis."

"Bu. Semua akan baik-baik saja. Jangan mengkhawatirkanku." Raya jongkok, sembari memegang kedua tangan ibunya yang keriput. "Bu, maafin Raya, sudah membentak ibu."

"Tidak, Nak. Ibu yang seharusnya minta maaf dan mengerti perasaan kamu." Ibu membelai rambut putrinya. "Mulailah hidup baru dengan baik. Jangan memikirkan apapun, yang sudah selesai, tidak perlu kamu ingat lagi. Masalah Lily, percaya sama ibu."

Raya bangkit dan memperhatikan makanan diatas meja. Ada pisang goreng yang masih hangat dan segelas teh.

"Tadi, ibu Nining bawa pisang dari kebun. Ibu langsung menggoreng sebagian."

"Lily, mana Bu?" Raya duduk disebelah ibu. Ia menyambar gelas berisi air putih.

"Di halaman, sedang main sama Rafi. Dia juga sudah makan. Ibu senang, Lily tidak pilih-pilih makanan."

"Bagaimana dengan ayah?"

"Ibu hampir lupa. Tadi ayahmu menelpon, sepertinya ada yang memberitahu dia, kalau kamu pulang ke rumah. Ibu tidak bilang tentang masalah kamu. Tapi, dia mengirim uang cukup banyak. Katanya, buat kamu dan Lily." Ibu menatap putrinya, yang sama sekali tidak memberikan respon. "Nak. Ayahmu memang pernah berbuat salah. Tapi, dia masih peduli sama kamu. Apalagi, cucunya."

"Sepertinya, ibu masih cinta sama ayah. Sampai sekarang, ibu masih saja membelanya."

"Bukan seperti itu, Nak. Ayah kalian hanya berbuat salah kepada ibu, bukan kepada kalian. Jadi, jangan pernah membencinya, cukup ibu saja."

"Aku tahu, Bu. Lagipula, waktu tidak bisa diulang kembali."

Raya menaruh piring yang berisi pisang goreng dan cangkir, keatas nampan. Ia mengajak ibu menuju teras, untuk melihat Lily bermain dihalaman rumah.

"Cucu ibu, bahagia sekali. Setelah makan, ia tidak berhenti bermain."

Raya memperhatikan putrinya. Anak yang baru berusia tiga tahun itu, tertawa puas berlarian tanpa lelah. Tiba-tiba, sesuatu terbesit dalam hatinya.

"Bu, tolong bantu Raya. Aku tidak mau, mas Arya tahu, Lily berada disini."

"Baik. Ibu akan berusaha semampunya," jawab ibu, yang tidak mau lagi bertanya tentang alasan Raya melakukan itu.

Raya memanggil Lily dan Rafi untuk menikmati pisang goreng, bersama. Mereka berkumpul, sembari mengobrol dan bercanda.

Malam hari, Raya mengatur pakaian Lily kedalam lemari. Ia juga memasukkan sebagian pakaian miliknya. Dengan begitu, ia bisa mengurangi barang bawaan.

"Sayang, sudah makan?"

"Udah, Mama. Lily, mam ayam goleng sama oma."

Raya menggendong putrinya, naik ke atas tempat tidur. Sudah waktunya, ia menjelaskan situasi mereka. Meski tidak semuanya, karena Lily yang masih tiga tahun, tidak akan pernah paham.

"Apa Lily, suka tinggal sama oma dan om Rafi?"

"Suka. Lily suka lali-lali kejal ayam. Om Afi huga ada oyen."

"Lily mau tinggal disini?"

"Mau-mau." Lily mengangguk sembari tersenyum lebar.

"Sayang." Raya memeluk putrinya dengan erat, menahan air mata yang nyaris jatuh. "Mama, mau kerja. Apa Lily bisa tinggal sama oma dan om Rafi. Nanti, Mama akan pulang."

"Mama mau pelgi?" Bibir Lily melengkung ke bawah, siap untuk menangis.

"Tidak, sayang. Mama hanya pergi kerja, cari uang untuk Lily." Air mata Raya sudah jatuh sempurna. Ia mengigit bibirnya, berusaha menahan tangisnya. "Jika nanti uangnya sudah banyak, Mama akan pulang jemput Lily."

Huaaaa....

Gadis kecil itu menangis, sembari memeluk erat ibunya. Raya sendiri membeku di tempat dengan cucuran air mata. Ia tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.

"Lily, sayang." Ibu datang memeluk cucunya. "Mama akan pulang cepat. Lily tinggal sama Oma dulu, yah. Besok kita jalan-jalan lihat bebek disawah, mau tidak?"

"Bebek?" Lily melepaskan pelukannya.

"Iya, sayang."

"Mau-mau, om Afi huga."

"Iya, sama-sama om Rafi, naik motor."

"Yeeee... Lily mau liat bebek."

Gadis kecil itu langsung keluar kamar, menghampiri Rafi yang tengah nonton TV. Dari dalam kamar, Raya bisa mendengar suara Lily yang tengah berceloteh kepada pamannya.

"Istirahatlah. Biar ibu, yang antar Lily tidur sebentar." Ibu hendak keluar kamar. Namun, kembali membalikkan tubuhnya. "Ibu hampir lupa. Ini buat kamu."

"Tidak usah, Bu. Aku masih ada uang." Raya mengembalikan amplop yang diberikan ibu.

"Nak, kau butuh pegangan."

"Bu, Raya masih punya uang dan tabungan. Jangan khawatir. Simpan itu, untuk kebutuhan kalian, sampai aku bisa mengirim uang."

"Baiklah. Tapi kalau kamu butuh, telpon ibu."

Raya kembali mengemas barang yang akan ia bawa. Hatinya sudah merasa tenang, saat mendengar suara Lily tertawa didepan kamar. Dengan begini, beban pikirannya akan sedikit berkurang.

Semua sudah siap. Raya segera menelpon Retno. Teman satu kampung, sekaligus teman seperjuangan saat keduanya menginjakkan kaki dikota besar, sebelum akhirnya Raya menikah.

"Halo, Ret."

"Ya, halo. Aku lagi di luar, Ra. Kunci kamar, ditempat seperti biasa."

"Bukan. Aku mau tanya, kalau ada lowongan di tempat kamu."

"Kamu mau kerja, Ra?"

"Iya, aku mau kerja."

"Bukannya, Arya dan mertua kamu, tidak mau kamu bekerja."

"Ceritanya panjang, nanti ketemu baru aku jelasin. Oh iya, sekalian carikan aku kamar kos yang bagus tapi agak murah."

"Untuk siapa?"

"Nanti aja, aku cerita. Tolong, yah."

"Oke, oke. Nanti aku telpon."

Raya meletakkan ponsel diatas lantai. Menghela napas lega, dengan harap bisa mendapatkan tempat tinggal dengan cepat. Untuk sementara, mungkin dia akan menumpang di tempat Retno.

Pukul sembilan malam, Raya memeluk Lily yang tertidur pulas. Gadis itu, memeluk boneka panda pemberian sang ayah, sebagai hadiah ulang tahunnya, yang ketiga. Dan sepertinya, ia tidak akan mendapatkan hadiah seperti itu lagi, tahun depan.

Raya menepuk-nepuk paha Lily, dengan lembut. Ia juga beberapa kali mendaratkan kecupan. Ia ingin memberikan pelukan terakhir, sebelum ia pergi besok.

"Tuhan, aku titip putriku kepada-Mu. Tolong jaga dan lindungi dia, begitu juga dengan ibu dan adikku."

Doa yang membuat Raya menangis, untuk kesekian kalinya dan tanpa suara. Ia melepaskan pelukan dan duduk diatas lantai yang dingin. Ia menangis sepuasnya dan mengeluhkan semua yang ia alami.

Kadang ia menengadah ke atas langit, seolah bertanya, apa salahku? Kenapa takdirku seburuk ini? Apalagi, ia mulai membayangkan sang suami menikah lagi, memeluk wanita lain, memperhatikan dan menyayangi wanita itu. Lambat laun, memori yang mereka bangun pun tergantikan dengan memori baru.

🍁🍁🍁

1
🌻Nie Surtian🌻
seenaknya saja suruh orang keluar kerja...😡
Rini Susanti
aku suka gaya penulisannya.aku tunggu kelanjutannya ka
retiijmg retiijmg
knp adrian lemah?
tidak mau memperjuangkan raya
retiijmg retiijmg: syukurlah klo arland
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈: soalnya jodohnya bukan adrian, tapi aland...
total 2 replies
Tini Laesabtini
lanjut....
Tini Laesabtini
mencaci ,mengumpat dilarang tp buat pelakor aku sgt setuju ,lanjutkan....👍
Tini Laesabtini
cerita yg bagus kenapa yg like dikit
Tini Laesabtini
novel yg bagus ,alur yg menarik sekelas dg penulis yg udh tetnama
Tini Laesabtini
dua ceritamu sudah aku lalui ini yg ke 3, penasaran coba baca yg on going,awal yg bagus cerita yg menarik 👍👍👍👍👍
🌻Nie Surtian🌻
Nach begitu Raya...baru keren...jangan mau di tindas terus..
Amie Layli
bagus raya,jangan pernah takut sama orang2 yg sudah menyakitimu.
retiijmg retiijmg
ayo raya lawan jgn mau dihina,direndahkan & diinjak2 harga diri km.
bntar lg km ketemu sm laki2 yg tulus yg mampu bahagiakan km.
plg suka crita klo perempuannya tangguh & kuat
Amie Layli
semangat raya,buktikan ke arya kalau kamu bisa sukses,bisa memberi kehidupan yg layak untuk lily tanpa bantuan si arya
🌻Nie Surtian🌻
Tetap semangat Raya...💪💪💪 Demi Lily, ibu dan adikmu...
irma hidayat
yang kuat raya Tuhan lagi menguji kesabaranmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!