Elena adalah agen rahasia yang sedang menjalankan misi untuk mengambil informasi pribadi dari kediaman Mafia ternama bernama Luca Francesco Rossi. Saat menjalankan misi Elana terjebak dan menjadi tawanan beberapa hari.
Menyamar sebagai wanita panggilan, setelah tidur bersama pria yang menjadi mafia berbahaya itu, Elena menyelinap dan berhasil mendapatkan informasi penting yang akan menghancurkan setengah kekuatan milik Luca.
Dan itulah awal dari kisah Luca yang akan memburu dan ingin membalas dendam pada Elana yang menipunya. Disisi lain Elena yang bekerja menjadi agen rahasia berusaha menyembunyikan putri kecil rahasianya dengan mafia kejam itu.
Sampai 4 tahun berlalu, Luca berhasil menemukannya dan berniat membunuh Elena. Dia tidak mengetahui tentang putri rahasianya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dadeulmian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3
Sophia terlihat gelisah sejak tadi, dia merengek ingin menemui mommy nya jadi pengasuh miliknya, Bi Buna. Menelfon Elena dengan segera.
"Halo nyonya,"
”Ada apa bi? Kenapa nelfon? Apa Sophia rewel banget hari ini?"
"Benar, nyonya. Dia jadi lebih rewel dan terus mengatakan jika ingin melihat nyonya."
"Tapi saya sedang bekerja bi. Apa Sophia tidak bisa dibujuk?"
"Maaf nyonya, dia terus menangis."
Bi Buna mendengar helaan nafas dan Sophia terlihat masih menangis disampingnya. Bi Buna tidak tahu apa yang membuat bayi ini terlihat gelisah dan terus terganggu sejak tadi.
Sophia terlihat memiliki perasaan buruk jika dia tidak menemui mommy nya sekarang. Jadi dia terus menangis dan BI Buna akhirnya mengalah.
"Apa nyonya masih disana?"
"Iya, Tapi saya masih bekerja. Tapi tidak apa, tolong bawa Sophia berjalan-jalan ditaman. Bilang padanya aku akan menyusul dia."
"Baiklah, nyonya. Maaf menganggu waktu nyonya."
"Tidak apa, terimakasih sudah menjaga Sophia yang masih nakal."
Panggilan berakhir dan BI Buna terlihat membujuk Sophia. Pada akhirnya bayi berumur tiga tahun itu terlihat mengangguk dan setuju untuk menunggu ibunya ditaman.
...ΩΩΩ...
"Agen Lumina, cepat pergi darisana. Aku melihat ada beberapa mobil mencurigakan bergerak ke arah anda."
Elena menoleh saat mendengar instruksi dari rekan miliknya. Mereka memakai alat yang bisa membuat mereka berkomunikasi.
"Baiklah, berapa mobil?"
"Sekitar 5."
Sialan.
Elena akhirnya mengambil tas miliknya dan buku jurnalnya. Dia berlari memutar gedung karena gedung itu tertutupi pagar besi. Entah bekas pabrik apa. Dia tidak tahu.
Tapi ini merepotkan.
Dia berlari sekuat tenaga dan saat dia hampir bisa keluar dari area gedung. Dia malah melihat sebuah motor masuk.
Elena akhirnya berhenti berlari dan segera bersembunyi.
"Siapa pria disana? Cepat keluar saja. Mobil-mobil yang mendekat padamu terlihat mencurigakan."
Elena berdecak saat Hawk terus mengatakan instruksinya. Dia juga tahu akan lebih bahaya jika dia terus disini.
Saat dia hendak mengambil langkah dan menyerbu pemotor itu.
Dia melihat Luca.
Orang itu adalah Luca. Mafia berbahaya yang selama ini mengincar kepalanya.
Dia berhenti bergerak dan kembali bersembunyi. Tidak baik, meskipun dia bisa mengalahkan Luca. Tetap saja akan membuang waktu jika dia berkelahi dengan Luca. Pasti mobil-mobil yang dibicarakan oleh Hawk adalah mobil bawahan Luca.
Dia harus mengambil langkah berani. Tapi pada akhirnya, dia akan mati ditangan Luca atau mati ditangan anak buahnya.
Tidak. Dia harus bertahan.
"Lumina, sepertinya mereka anak buah Luca."
Elena tahu!
"Aku tidak bisa membantumu. Dengan jarak ini aku hanya bisa menembak sekitar delapan orang. Tapi sepertinya Luca membawa 20 orang."
20?! Bukankah itu gila?!
Apakah Luca segila itu padanya?
Elena menghela nafas dan kembali bersembunyi. Dia melihat Luca yang perlahan membuka helmnya dan mengisi pistolnya menggunakan peluru.
Gila. Pria ini jelas sekali tidak main-main.
Dia akan mati malam ini? Tapi dia tidak ingin mati. Dia punya janji bertemu Sophia di taman. Dia tidak ingin menjadi ibu yang tidak menepati janjinya.
Bawahan Luca satu persatu datang dan berjalan keluar dari mobil. Mereka langsung berpencar seperti instruksi Luca dan mereka berlari masuk gedung, berlari disamping kanan dan kiri gedung.
Mereka mengepung seluruh gedung itu.
Elena menghela nafas ditempatnya bersembunyi. Pria ini berbahaya.
...ΩΩΩ...
Sophia terdiam dibangku taman. Dia masih merasa gelisah dan dia melihat Bi Buna yang duduk disebelahnya dan juga menunggu kedatangan ibu Sophia.
Tapi semakin lama dia menunggu, dia semakin bosan dan semakin terganggu.
Dia menoleh ke lingkungan disekitar dan menarik lengan Buna, "Bibi, aku ingin berjalan-jalan. Aku bosan."
"Apa kamu bosan? Yasudah kita bisa jalan-jalan sebentar sambil menunggu mommy datang ke kamu."
Mereka berjalan disekitar taman dan Sophia terus memegang boneka beruang miliknya. Sampai dimana dia tidak tahan lagi dan akhirnya menunjuk ke arah sebuah gedung.
"Bibi ayo kita jalan-jalan kesana."
Buna awalnya ragu tapi dia tidak bisa mengatakan tidak jadi dia membungkuk dan menggendong gadis kecil itu. "Baiklah, tapi nona kecil harus digendong bibi okay? Gak boleh lari-lari."
"Oke!"
"Baiklah."
Kaki Buna akhirnya bergerak dan berjalan masuk ke jalanan dimana beberapa meter darisana. Luca dan Elena berada.
...ΩΩΩ...
Lima belas menit berlalu.
Dan Luca masih tidak menyerah, pria itu bahkan menyuruh bawahannya untuk menelusuri gedung itu sekali lagi lagi sampai Elena benar-benar ketemu.
Tapi sampai kapanpun dia tidak akan ditemukan. Dia bersembunyi diluar gedung di sebuah sumur yang tidak terlalu dalam. Jika mereka mencari di dalam gedung. Mereka tidak akan menemukan dirinya.
Tapi tiba-tiba seseorang berteriak dari lantai tiga. Menunjuk tempat persembunyian Elena sejak tadi. "Disana! Dia bersembunyi disana!"
Dor!
Pria yang menunjuk Elena langsung tertembak dikepala. Pasti itu adalah tembakan dari Hawk.
"Agen Lumina! Cepat kabur aku akan membuat jalan untukmu."
Baik.
Elena akhirnya melompat dari sumur dan Luca melotot melihat itu, dia akhirnya bisa melihat wanita yang telah lama ia benci. Luca langsung mengangkat pistolnya dan menembak Elena.
Dor!
Dor!
Dor!
Suara tembakan terdengar jelas disana. Elena berlari zig-zag menghindar dari peluru yang datang dari arah manapun. Hawk juga menembak beberapa bawahan milik Luca namun Luca tidak peduli. Dia bersembunyi menghindar dari sniper Hawk.
Tapi tangannya sibuk menembak Elena.
"AHHH—"
Elena berteriak saat peluru itu menembak ke perutnya. Dia tanpa sadar hampir terjatuh ke depan tapi tetap bertahan.
Luca tersenyum lebar saat tembakannya mengenai wanita yang lincah itu. Dia mengangkat tangannya dan mengarahkan pistolnya ke arah kepala Elena. Satu tarikan saja dan masalah miliknya yang selama ini ia cari akan hilang.
"Mommy?!"
DOR!
Luca terkejut saat dia melihat bayi berlari di padanya. Anak kecil itu memeluk kaki Luca.
"Mommy, mommy, mommy jangan sakiti mommy Pia!"
Dor!
Suara peluru sniper terdengar kembali. Luca melihat bawahannya terjatuh dari atas gedung.
"Mommy Pia gak jahat..."
Elena mendongak saat dia mendengar suara anak kecil yang familiar. Dia segera berdiri dengan susah payah dan berusaha berlari pada Luca.
Tidak.
Jangan putrinya.
"Aku akan menembak Luca, jangan mendekat pada dia."
"JANGAN!" Bentak Elena pada Hawk. Hawk jelas terlihat terkejut dan Luca juga terkejut. Dia menoleh dan kembali tersadar. Dia akhirnya mengarahkan pistolnya kembali pada Elena yang berusaha berjalan padanya.
"Luca... Aku akan menyerah. Jangan sakiti anak itu, jika kamu ingin tubuhku aku akan menyerahkannya, jika kamu ingin kepalaku. Aku akan menyerahkannya. Tapi jangan dia. Kumohon... Kumohon..."
Suara Elena terputus, tapi dia tetap masih ingin berjalan mendekat.
Sedangkan Luca terlihat berpikir sebentar dan dia menunduk melihat wajah anak kecil yang menangis disana.
"Cukup jawab iya atau tidak, aku akan menembak mu dan membiarkan anak ini hidup." Luca mengeratkan jarinya dan melihat wajah anak kecil disana. Dia melihat mata biru yang khas di mata kecil anak itu. Jelas dia tahu mata itu. Karena itu adalah matanya. Gadis kecil ini memiliki mata miliknya.
"Dia anakku?"
"Ya."
DOR!