CINTA DAN PENGKHIANATAN

BAB 12.

Irma keluar dari kamar setelah menidurkan anaknya dan dua anaknya lagi tertidur dipangkuan Dini dan Marten.

" Mungkin mereka capek mbak jalan jauh tadi "

" Iya mungkin, biar saya antar ke kamar "

Irma mengangkat anaknya satu persatu dan keluar lagi duduk bersama Dini dan Marten.

" Sebenarnya saya gak yakin suami saya udah meninggal, tapi saya menganggapnya sudah meninggal karena dia pasti ditahan maminya disana dan tak akan bisa lari lagi dan juga dulu dia sudah ada calon istrinya, mungkin saja sekarang sudah dinikahkan".

" Mbak gak boleh berprasangka, gak kasihan lihat anak² mbak sedih karena merasa sudah gak bisa lagi ketemu papa mereka ".

Irma menangis, Dini mengusap² punggung Irma.

" Sabar mbak"

Mereka sedang asyik ngobrol terdengar suara mobil masuk halaman, seorang pria yang cukup gagah turun dari mobil membawa banyak tentengan.

"Pah, bukannya kamu.. "

" Eh oh iya pa kenalin pah, ini bu Dini sama suaminya"

" Duduk pak, sebentar saya ke dalam".

Irma duduk kembali bersama Dini dan Marten.

" Alhamdulillah, itu suami saya dia sudah pulang dia gak meninggal".

Tak lama kemudian suami Irma keluar dan menyalami Dini dan Marten.

" Randi"

" Marten "

" Dini"

" Maaf mbak Irma kami permisi dulu, sudah dari tadi".

" Oh iya gak apa² kok "

" Nanti lain kali kita bisa ngobrol lagi".

" Terimakasih banyak ya, bu Dini sam bapak "

" Sama sama mbak "

Marten dan Dini pun pamit.

Setelah mereka pergi, Irma menangis dalam pelukan suaminya.

" Kamu masih hidup pah "

" Iya ma, papa melarikan diri dari rumah, papa sedih dengan mami ngabarin papa sudah meninggal tapi papa gak bisa berbuag apa², itu untung saja papa punya kesempatan untuk kabur, mobil kan gak papa bawa kerumah mami papa parkir dirumah kawan papa, anak² gimana ma ? ".

" Anak² sedih semua apa lagi si abang ".

" Yok kita bangunin anak² ma"

Mereka kekamar dan membangunkan Fajri dan selin.

" Bang bangun, Selin bangun sayang"

Mereka berdua terbangun dan mengucek² matanya.

Begitu mereka sadar ada papanya mereka menjerit dan menagis dipangkuan papanya.

" Papa, papa hidup lagi, apa abang mimpi ".

" Abang gak mimpi, ini papa sayang".

Fajri menghusap husap wajah papanya dan menciuminya sampai puas sambil menagis, Selin juga menangis .

"Syukurlah Papa gak meninggal ya ".

" Gak sayang, ini papa masih hidup, ayo keluar kita bongkar mainan yang papa beliin "

Mereka semua keluar, Ana juga sudah bangun dan digendong papanya.

" Hhhm sayang papah cantik"

Randi menciumi Ana yang sampai ketawa kegelian kena brewok papanya.

" Irma keluarkan kartu hp kamu sama Mas, nanti kita dilacak mami, mas ada beli kartu perdana untuk gantinya"

" Ya pa".

Setelah puas bermain denga papanya anak anak itupun tertidur.

" Pa sebenarnya apa yang terjadi sampe papa dikabarin meninggal sama mami ? "

" Waktu papa pulang mami senang banget, seminggu papa disana diservis luar biasa, rekening papa diisi sebanyak²nya, tapi dengan syarat papa harus bisa ninggalin kalian dan menikah dengan perempuan pilihan mami, papa ngikut aja, semua sudah dipersiapkan, papa tahu mereka memberi kabar sama kamu kalau papa udah meninggal, papa hanya nangis dalam hati, karena papa tahu kalian pasti sedih banget.

Hari ke tiga mau pesta calon istri papa itu ngajak keluar belanja untuk keperluan dia, disitulah papa punya kesempatan kabur, papa tarik semua isi atm cash karena papa takut atm papa di blokir dan papah jemput mobil dan pulang ".

" Irma menangis dalam pelukan suaminya.

"Kenapa masih nangis papah kan dah pulang , itu tamunya tadi siapa ? ".

" Mereka orang baik pa, Irma nyari kerjaan, karena Irma dengar ada proyek besar disana dan Irma mau minta kerjaan, trus kami kerumahnya disana Irma dikasih uang 500 ribu, kita kembaliin duitnya ya pa"

.

" Oke besok kita kembaliin"

"'besok kita anterin, sekalian papa mau ngobrol² juga sama suaminya"

" Ma "

" Hhhmmm"

" Gak kangen ? ".

" Kangen banget udah lama "

Randi melumat bibit istrinya dan menindihnya, mereka melakukannya tanpa suara karena takut anak² akan terbangun.

Dini dan Marten sudah sampai dirumah.

Tok tok tok

" Bu "

Terdengar langkah kaki menuju pintu dan membukanya.

" Maaf ganggu ibu tidur"

" Gak apa² nak "

Mereka masuk rumah.

" Dek bikinin kopi dong "

" Iya bang"

Dini kebelakang membuat kopi untuk Marten langsug dihidangkan ke depan.

" Ini mas, Dini ganti baju dulu ya".

" Iya "

Dini masuk kekamarnya tapi Marten bukannya duduk diluar malah membawa kopinya ke kamar.

" Hhhm dapat ".

Marten memluk istrinya yang baru ingin membuka baju.

" Bang sabar dong".

" Abang sabar, adek ini yang gak bisa sabar Marten menunjuk sesuatu dibawahnya.

Mereka naik ke atas ranjang Marten yang sudah tidak tahan langsung saja mengajak tongkat saktinya masuk ke dalam gua yang ditutupi semak belukar.

" Owh , sakit bang "

" Gak apa² abang pelan² kok ".

Marten mempermainkan tongkat saktinya untuk melihat keadaan di sekitar gua, dia keluar masukan sehingga pemilik gua mencengkram pundaknya dengan keras "

" Masih sakit sayang "

" Gak bang, udah enak"

" Enakkan ? "

" Hhhmmm"

Tak lama kemudian mereka sama sama mengeran melepaskan sesuatu dari milik mereka masing².

" Udah selesai sayang, yok kita tidur".

Merekapun tertidur sambil berpelukan.

****