Pengembaraan seorang pendekar muda yang mencari para pembunuh kedua orang tuanya.Ia berkelana dari satu tempat ketempat lain.Dalam perjalanannya itu ia menemui berbagai masalah hingga membuat dirinya menjadi sasaran pembunuhan dari suatu perguruan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perguruan Kemuning.
Hari-hari Ki Supa dan istrinya sekarang penuh dengan kegembiraan.Sepulang dari ladang Ki Supa bisa melepaskan lelah dengan menggendong dan bercanda ria dengan bayi Kecil itu.
Nyai Damah yang dulu merasa gagal sebagai seorang wanita karena tidak bisa mempunyai anak, sekarang ia sudah tidak merasakan itu lagi setelah adanya Antasena.
Sore itu Nyai Damah yang melihat Ki Supa suaminya sedang menimang-nimang Antasena hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya.Ia merasa sangat bahagia melihat suaminya yang sudah lama merindukan seorang anak itu terlihat bahagia.
Nyai Damah yang saat itu sedang merapikan pakaian yang baru saja diangkat dari jemuran berkata kepada suaminya itu.
"Bagaimana dengan tanaman di ladang kita kang,"tanya Nyai Damah.
"Cukup baik dan subur nyai, mungkin beberapa minggu lagi kita bisa memanen tanaman jagung itu,"jawab Ki Supa, yang dari tadi menggendong Antasena.
"Kau tidak perlu khawatir dengan persediaan makanan kita Nyai,aku jamin kau dan Antasena tidak bakalan kelaparan nanti,"lanjut Ki Supa.
"Baguslah kalau begitu,aku cukup lega mendengarnya.Apakah senjata yang kakang buat itu sudah jadi?"tanya Ki Damah mengalihkan pembicaraan.
"Masih lama Nyai ,aku masih harus mencari satu bahan lagi untuk menyempurnakan pedang itu Nyai, yaitu batu besi yang ada di lereng gunung Kemulan."ucap Ki Supa.
Nyai Damah mengangguk angguk mendengar jawaban suaminya itu.
"Nyai.. !"Panggil Ki Supa.
"Ya Kakang,"jawab nyai Damah.
"Sepertinya Antasena mau tertidur , cepat kau bawa dia masuk kedalam kamar,"ucap Ki Supa.
Nyai Damah yang kebetulan sudah selesai melipat baju baju itu segera menghampiri suaminya dan membawa Antasena masuk kedalam kamarnya.
Karena hari sebentar lagi malam Ki Supa kemudian menutup pintu dan semua jendela rumahnya yang terbuka.Dan pada malam harinya ia pergi ke rumah belakang untuk melanjutkan pekerjaannya yaitu membuat sebuah pedang.
***
Pagi itu suasana gaduh mewarnai perguruan kemuning.Banyak para murid dan para guru dikumpulkan di halaman depan oleh ketua perguruan yang bernama yang bernama Jumantara.
Penyebab dikumpulkannya mereka itu tidak lain karena hari itu perguruan kemuning telah kehilangan kitab pusakanya yang bernama kita tapak Dewa terbalik.
Jumantara yang mencurigai para murid dan para guru di sana, pagi itu langsung melakukan pengecekan pada mereka semua untuk menemukan siapa pelakunya. Karena ia sangat yakin kalau kitab itu dicuri oleh salah satu orang dari perguruan kemuning itu sendiri.
"Dengarkan kalian semuanya,"ucap Jumantara berhenti sejenak sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh para murid dan para guru yang berbaris di depannya.
"Aku sengaja mengumpulkan kalian semua di sini, karena perguruan ini telah kehilangan satu barang berharganya.Barang yang hilang itu adalah sebuah kitab yang mempunya nilai sangat tinggi dan nama kirab itu adalah kitab tapak dewa terbalik."ucap Jumantara, dengan pandangan lurus ke arah para muridnya.
Para murid yang berbaris itu tampak terkejut mendengar perkataan ketua perguruan itu.Membuat mereka menjadi bergemuruh dengan saling bertanya satu sama lainnya.Siapakah yang telah berani mencuri kitab pusaka itu?
"Kalian semua nanti akan untuk menyentuh batu kristal hijau yang akan diletakkan di sini.Jika salah satu dari kalian ada yang membuat batu kristal hijau itu menyala, berarti dialah pelakunya.Dan pelakunya akan mendapatkan hukuman berat yaitu di jemur di bawah terik matahari sampai mati."ucap Jumantara.Para murid itu langsung di buat mendengar hukum yang sangat mengerikan itu.Dijemur dibawah sinar matahari tanpa makan dan minum adalah hukuman yang paling kejam dan menakutkan.Lebih mengerikan daripada kematian itu sendiri.
"Prangesti cepat kau keluar batu permata hijau itu...!"perintah Jumantara.
"Baik guru," Prangesti yang dari tadi berdiri di belakang Jumantara langsung maju ke depan dan meletakan batu itu di sebuah meja yang telah disiapkan.
Batu permata hijau adalah batu sakti yang mempunyai kesaktian yang mampu membongkar kebohongan seseorang.Dan merupakan benda langka yang hanya dimiliki oleh perguruan kemuning saja.
"Sekarang kalian berjalan ke arah batu itu satu persatu sambil menyentuhnya,"ucap Jumantara setelah batu itu siap digunakan.
Para murid kemudian mengikuti perintah Ketua perguruan itu dengan berjalan ke arah batu hijau sambil menyentuhnya.