Lizda adalah gadis muda yang polos. Bertemu dengan Daniel saat merantau dan terbuai jerat cinta nya hingga memutuskan untuk menikah. Satu per satu masalah mulai muncul. Masalah yang di anggap sepele justru menjadi bencana besar, hingga dirinya memergoki sang suami berselingkuh dengan wanita lain saat hamil.
Lalu Lizda memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi.
Apakah semua permasalahan rumah tangga adalah murni kesalahan sang laki-laki atau justru ada kesalahan perempuan yang tidak di sadari? Konflik rumah tangga dari kebanyakan orang ternyata bukan lah bualan semata.
Terima kasih untuk semua support kalian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
"Hahaha lucu sekali film nya, ternyata selera mu menonton film sangat bagus. Aku suka genre komedi gini," ucap Lizda yang sedang duduk di depan televisi yang ada di kamar Daniel.
Kegiatan mereka selama berpacaran juga tidak monoton, selain makan dan jalan bersama menonton film adalah salah satu hal kesukaan mereka. Daniel dan Lizda banyak mengalami first impression di dalam hubungan nya.
Daniel hanya tersenyum kecil menatap Lizda tak menanggapi ucapan nya.
"Eh kamu kenapa? Bosen sama film nya?" tanya Lizda.
"Nggak, kamu cantik!" ucap nya lirih di telinga Lizda lalu mengecup nya. Lizda terpaku dengan sikap Daniel saat itu, wajah nya mulai memerah dan jantung nya terpacu cepat.
Mereka mulai berci*man layak nya sepasang kekasih yang di mabuk asmara. Lama kelamaan ciuman itu menjalar ke seluruh tubuh Lizda.
"Sayang, stop. Aku masih perawan jangan sampai kita kebablasan." tangan Lizda menghentikan Daniel yang sedang mencumb* nya.
Berbeda dengan Lizda yang masih polos, Daniel ini sudah ahli nya di ranjang. Dia sudah menceritakan ke Lizda selama pacaran dengan siapapun dia menormalkan hubungan badan. Awalnya memang Lizda sulit menerima hal itu, tapi sikap Daniel yang manis setiap hari nya membuat dia melupakan nya.
"Sedikit saja kamu harus coba, aku tahu kamu menginginkan nya. Kamu itu hanya takut," ucap Daniel.
Lizda menggigit bibir nya antara rasa takut dan penasaran jadi satu, lalu goyah juga prinsip nya untuk tidak berhubungan badan sebelum menikah.
"Lihat kamu sudah basah di sini." Daniel benar-benar jago melakukan nya, baru awalan saja sudah membuat Lizda mencapai puncak nya.Darah segar yang keluar mendadakan mahkota Lizda sudah hilang ke laki-laki yang di cintai nya itu.
"Tenang, sakit nya akan hilang sebentar lagi." ucap nya setelah puas menggauli pacar nya. Kecupan di kening di darat kan nya untuk menenangkan.
Tengah malam Lizda tidak bisa tidur terus-terusan membolak balikan badan nya membuat Nini terbangun.
"Kamu kenapa? Mentang-mentang besok hari libur jadi ngga bisa tidur ya," tanya Nini.
"Kepikiran sesuatu," jawab Lizda.
Nini pun bangun dari tidur nya dan setengah duduk menyenderkan tubuh nya di tembok, dia seperti siap mendengarkan Lizda yang akan bercerita.
"Emm, aku malu sebenarnya cerita karena ini aib bagi ku." Lizda menggigit kuku nya menandakan dirinya cemas.
"Apa? Kamu sudah di tiduri oleh Daniel?" celetuk Nini sambil mengucek mata nya.
Lizda yang kaget dengan jawaban Nini seolah dia sudah tahu itu pun terdiam. Mungkin bagi Nini itu adalah hal biasa, Nini dan Daniel untuk soal pergaulan tidak perlu di tanyakan. Mereka hidup seperti tidak ada batasan.
"Ya sudah lah yang penting kamu tidak hamil anak nya." jawab Nini lalu kembali tidur. Ekspresi Nini saat itu tidak bisa di tebak atau pun di artikan.
Hingga waktu menunjukan pukul lima pagi...
Lizda yang masih terjaga ingin keluar kamar untuk menghirup udara pagi. Diri nya duduk di balkon kost melamun memikirkan kejadian semalam.
Tiba-tiba melihat sosok Daniel yang baru saja pulang dengan keadaan sempoyongan.
"Aku tahu kamu kerja di bar, tapi aku baru tahu kalau setiap pulang kamu mabuk begini." ucap Lizda yang terburu-buru mendekat ke arah Daniel yang sedang membuka pintu kamar kost nya.
"Arghh awas dulu!" Daniel mendorong Lizda yang berdiri di belakang tubuh nya.
Lizda seketika terdiam kaget dengan perlakuan Daniel yang beda dari biasa nya. Laki-laki itu biasa nya bersikap manis dan tutur kata nya lembut. Bahkan setelah mendorong tubuh Lizda dia menutup pintu kamar nya sangat kencang.
Brukkk!
Lizda merasa menyesal telah memberikan mahkota nya kepada laki-laki seperti Daniel. Karena kesal Lizda kembali ke kamar nya, mengumpat sendiri karena kejadian itu.
"Kenapa lagi sih, Liz. Jam berapa ini sudah marah-marah saja ada apa?" Nini terbangun kesal dengan suara Lizda yang di anggap nya mengganggu.
"Kamu mengenalkan aku ke laki-laki kasar dan manipulatif seperti Daniel, aku menyesal telah memberikan keperawanan ku pada nya!!" bentak Lizda.
"Tidak semua wanita bisa tidur dengan Daniel, harus nya kamu tidak perlu marah-marah. Dia memang punya sikap keras, selama pacaran kamu tidak tahu?" jawaban Nini terkesan membela Daniel, dari awal memang mereka dekat jelas saja Nini membela teman nya itu.
Lizda semakin kesal mendengar jawaban itu memilih pergi membawa tas kerja nya dan beberapa pakaian. Dia menangis sepanjang jalan, penyesalahan menyelimuti dirinya. Tujuan nya ini menemui teman kerja nya, Alea.
Tok Tok Tok
Lizda mendatangi kost Alea, untung saja Alea ada di kost nya. Membukakan pintu menyambut Lizda dengan hangat. Melihat Lizda menangis, Alea tidak ingin bertanya lebih sebelum Lizda sendiri yang bercerita.
"Maaf aku merepotkan mu, boleh aku berada di sini hari ini?" pinta Lizda di tengah tangis nya yang sesenggukan. Alea dengan senang hati menerima Lizda.
"Kita sama-sama merantau tidak ada orang tua dan saudara di sini, selama kamu merasa nyaman di sini aku tidak masalah. Kalau kamu berat dan ingin menceritakan masalah mu dengan ku silahkan," jawab Alea.
Akhirnya Lizda bercerita ke Alea tentang semua yang dia alami.
"Liz, mungkin emosi mu saat ini sedang tidak stabil karena kamu baru saja kehilangan hal penting dari hidupmu. Aku rasa ada baik nya kamu selesaikan masalahmu, coba kalau pacar mu sudah sadar kalian bisa bicara dengan kepala dingin," jawaban bijak dari Alea. Tetapi Lizda memilih bermalam di kost Alea dan bekerja besok hari nya.
Malam hari nya Daniel menelpon Lizda terus menerus, Lizda tidak ingin mengangkat nya. Dia ingin menenangkan diri nya lebih dulu, lagi pula Daniel tidak mengirimkan pesan apapun. Lizda mengharapkan permohonan maaf dari Daniel.
Sampai di hari esok nya saat Lizda di tempat kerja, terdengar suara ribut-ribut dari luar kantor.
"Liz, ada laki-laki yang berteriak di luar kantor memanggil-manggil nama mu!" seru Alea berlari menghampiri Lizda yang sedang di ruangan dengan teman-teman lain nya.
Lizda berlari keluar kantor melihat itu adalah Daniel dengan gaya nya yang sok jagoan, badan nya di halangi security untuk masuk. Daniel melihat Lizda berdiri di pintu masuk kantor nya.
"Lizdaa!! Jadi begini cara mu menghindari ku!!" teriak Daniel. Lizda sangat malu menjadi tontonan teman-teman kantor nya, sampai atasan nya pun keluar melihat kejadian itu.
"Lizda siapa itu?" bentak Ima.
"Pacar saya bu, maaf. Saya sudah putuskan dia tapi dia tidak mau," ucap Lizda berbohong.
"Selesaikan masalah mu cepat, jangan biarkan dia bikin onar di sini. Kalau sampai owner kita datang habis lah kita semua! Sana pulang lah dengan pacar mu!!" Ima mendorong tubuh Lizda untuk menghentikan kekacauan yang di buat Daniel.
Lizda berjalan ke arah Daniel menunduk malu di saksikan banyak orang...
Plakkk
Plakkk