Terlihat jelas setiap tarikan bibirnya menampakkan kebahagiaan di raut wajah gadis itu. Hari di mana yang sangat di nantikan oleh Gema bisa bersanding dengan Dewa adalah suatu pilihan yang tepat menurutnya.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu timbullah pertanyaan di dalam hatinya. Apakah menikah dengan seseorang yang di cintai dan yang mencintainya, bisa membuat bahagia ?
1 Oktober 2024
by cherrypen
Terima kasih sebelumnya untuk semua pembaca setia sudah bersedia mampir pada karya terbaruku.
Bantu Follow Yuk 👇
IG = cherrypen_
Tiktok = cherrypen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cherrypen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 3. AMP
Hampir satu minggu dua kali Dewa membawa Gema pergi dinner di restoran yang romantis serta memberi banyak hadiah seperti bunga mawar merah
dan perhiasan.
“Bik Sumi, biar saya sendiri yang menyiapkan makan siang untuk Mas Dewa.”
“Baik Nyonya.”
Gema yang tengah sibuk di dapur mempersiapkan makan siang, dari arah belakang kedua tangan Dewa melingkar di perut Gema.
“I Love You, sayang,” bisik Dewa seraya meniup pelan nafasnya di telinga istrinya sampai membuat Gema
merinding mendengarnya.
Gema memalingkan wajahnya ke kanan menatap wajah Dewa yang sudah meletakkan dahunya di bahu Gema.
“Mas Dewa duduk saja, sebentar lagi makanannya selesai,” ucap Gema.
“Permisi, Tuan, ada tamu yang ingin melamar menjadi supir,” ucap Bik Sumi.
Deg
Mimik wajah Dewa seketika berubah rahangnya mengetat tatkala kata-kata supir terdengar di telinganya.
“Jangan biarkan dia masuk! Suruh di luar saja!” ketus Dewa.
Gema menatap wajah Dewa penasaran. Kenapa setiap mendengar perihal supir, Dewa langsung berubah seakan tidak suka. Sampai di rumahnya sendiri pun tidak ada supir pribadi padahal mereka termasuk dalam golongan orang-orang berada.
Dewa mendorong kursinya ke belakang kasar sampai muncul suara gesekan antara lantai dan kaki kursi. Dia melangkahkan kakinya cepat seraya bahunya condong ke depan hingga pada ambang pintu.
“Selamat siang, Tuan. Perkenalkan saya Rendi.”
“Ada perlu apa kamu ke sini?!”
“Saya, ingin melamar sebagai supir di sini. Apakah Tuan membutuhkan seorang supir?” jawab laki-laki itu.
Dewa menarik napas dalam. Ia teringat akan kejadian masalalunya di saat Roky melamar kerja.
Dewa kecil bermain bola di halaman rumahnya. Datanglah seorang laki-laki tinggi dan tampan memasuki halaman rumahnya. Saat, itu yang
menerima salamnya pertama kali adalah Mamanya. Sebuah awal mereka saling melempar senyum.
“Saya Roky, Nyonya."
“Masuklah Roky,” sahut Papanya Dewa dari arah belakang.
“Papa kenal?”
“Iya, sebelumnya melamar di Perusahaan Papa, tapi Papa memutuskan untuk datang ke rumah.”
Mereka berdua akhirnya menerima Roky, bekerja sebagai supir di kediaman Baskara, Papanya Dewa. Selain Roky mengantarkan Baskara ke kantor ataupun keperluan lain. Dia juga mengantarkan Dewa kecil ke sekolah bersama Mamanya, Sania. Terkadang, Mamanya sendiri minta di antar ke moll,
arisan dan kegiatan lainnya, disinilah awal di mulainya perselingkuhan mereka di belakang Papanya.
“Silahkan di minum kopinya, Pak.”
Dewa tersentak mendengar suara Gema yang menyuguhkan kopi di atas meja.
“Gema, siapa yang menyuruhmu keluar! Masuk, sekarang juga aku bilang masuk!” bentak Dewa seraya ujung jari kanannya mengarah ke dalam rumah. “Dan, Kamu angkat kakimu dari rumah saat ini juga, aku tidak membutuhkan supir seperti kamu!” decak Dewa meninggikan suaranya pada laki- laki itu.
Rupanya sikap baik Gema menawarkan kopi membuat laki-laki itu membuat marah dan terbakar api cemburu.
"Kenapa masih berdiri di sini! Kamu mau selingkuh sama dia!" Dewa membentak Gema sembari menunjuk ke arah laki-laki tersebut yang tengah keluar dari pekarangan rumah.
PlAK ....
Seketika tangan Dewa melayang menampar pipi Gema sampai memerah.
“Mas.” Gema memegang pipinya. Netranya berkaca-kaca menatap wajah suaminya yang menatapnya tajam.
Dewa melempar cangkir berisi kopi ke halaman kemudian menarik tangan Gema masuk ke dalam lalu melemparnya ke lantai. Gema tidak dapat lagi menahan air mata di pelupuk matanya. Ia berusaha menahan sakit lantaran suaminya menamparnya lagi, bahkan mencubit bahunya sampai membiru dan juga menendang kaki Gema.
“Mas Dewa, berhentilah, aku sangat kesakitan, tolong hentikan!” pinta Gema sembari sesenggukan.
Kedua tangannya hanya memeluk dirinya sendri, berlindung dari kekerasan yang di hantarkan Dewa. Hatinya sakit seperti tersayat-sayat dengan belati tajam, lelaki yang dia perjuangkan di hadapan orang tuanya, telah tega melakukan kekerasan terhadap dirinya.
“Mas Dewa, apa kau ingat dahulu? Kamu berlari mengejarku saat aku sudah selesai kelas hanya untuk memberikan sekuntum mawar merah
untukku. Dari dahulu kamu selalu bersikap dingin dengan semua wanita, akan tetapi tidak terhadapku. Meskipun, sikapmu posesif terhadapku sebelum kita
menikah aku masih bisa memakluminya, itu kamu lakukan karena takut jika aku berselingkuh. Padahal, itu tidak membuatku merasa terkekang sama sekali. Kamu sering tidak mengijinkanku banyak bicara dengan laki-laki lain karena kamu pencemburu. Aku tetap bisa memahami dan menjaga batasanku, tetapi kenapa kamu sekarang
berubah seperti monster yang menakutkan Mas,” batin Gema seraya mengingat masa lalunya.
Diamnya gema membuat Dewa tersadar. Ia seketika berhenti marah-marah dan bersikap kasar saat matanya tertuju pada setetes darah di ujung bibir Gema akibat tamparannya.
“Oh … Sayangku, sayang maafkan aku,” pinta Dewa
memelas sembari mengacak-ngacak rambutnya yang sudah kalap.
Dewa menggerakkan kakinya maju mendekati Gema. Akan tetapi, dengan bercucuran air mata Gema menyeret tubuhnya mundur dengan kedua tangannya
berusaha menghindari Dewa seraya menggelengkan kepala. Dewa bersimpuh di hadapan istrinya sembari menundukkan kepala sambil menangkupkan ke dua
tangannya di atas kepala.
“Gema, ku mohon maafkan aku kali ini saja,” ucap Dewa sembari matanya berkaca-kaca.
Lagi-lagi Dewa hanya bisa meminta maaf, tetapi tidak merubah sikap agar Gema merasa nyaman di
pelukannya. Merasa sudah tidak mendapat maaf lagi dari Gema. Dia berusaha untuk memukul dadanya yang bidang, berkali-kali bahkan menampar pipinya sendiri mencoba menarik simpati Gema.
Melihat Dewa melukai diri sendiri. Gema tak tega melihatnya, begitu besar cintanya terhadap Dewa sampai tidak mengindahkan rasa sakit yang sudah di torehkan sampai ke sudut jantungnya.
“Mas, jangan sakiti dirimu. Iya Mas, Gema memaafkan Mas Dewa,” sahut Gema menggenggam kedua tangan Dewa kemudian mencium punggung tangannya.
Pemicu kemarahan Dewa adalah karena teringat masalalu orang tuanya. Mamanya berselingkuh dengan supir pribadi Ayahnya, sampai mengakibatkan
kedua orang tuanya bercerai. Sejak saat itu dia menjadi pribadi yang pecemburu, karena sejak Mamanya berselingkuh, dia merasa kurang mendapat perhatian. Hampir setiap hari dia tanpa sengaja melihat adegan bercumbu antara sania dengan supir
pribadi Ayahnya bahkan berhubungan intim di kamar supirnya.
Trauma yang mendalam di rasakan sampai dia bertemu dengan Gema, bahkan setelah menikah
sikap Dewa semakin menjadi-jadi dan berubah drastis, ada rasa takut jika Gema berselingkuh di belakang dia sama seperti yang di lakukan Mamanya.
***
Satu tahun pernikahan telah berlalu. Sikap Dewa juga sudah menunjukkan perubahan yang sebelumnya tempramental kini menjadi lebih lembut.
Dering ponsel Gema bergetar ada sebuah pesan masuk.
To Gema:
Hay Gema, apa kabar? Masih ingat kan ama gue, ini Merry teman SMA kamu. Gema, 1 minggu lagi tepatnya hari senin jam 15.00 ada reuni nih, di Gedung serbaguna sekolahan kita. Ayoo … datang ya, semua teman-teman se angkatan kita pada hadir loh… pokoknya kamu datang ya? Gue kangen banget ama sahabatku yang satu ini. Sejak kamu menikah sekarang kamu seperti artis saja susah di temui. Peluk jauh untukmu sahabatku.
Setelah Gema selesai membaca pesan dari sahabatnya. Dia berjalan seraya melompat kecil mencari Dewa yang sedang memcuci mobil di pekarangan rumah.
“Mas Dewa ada yang ingin gema sampaikan,” ujar l Gema manja.
“Ada apa?”
“Minggu depan ada acara reuni SMA, Gema minta ijin menghadirinya, ya, Mas?” pinta Gema seraya menunjukkan pesan dari sahabatnya Merry.
Mata Dewa melirik ponsel Gema yang di arahkan ke sebelahnya.
“Itu reuni khusus cewek semua, kan?” ujar Dewa sambil menggosok kaca mobil yang masih penuh dengan busa sabun.
“Yang namanya reuni pasti ada cowok juga cewek Mas, seluruh angkatan Gema akan datang menghadiri, boleh ya, Mas? Please, Gema mohon?”
harap Gema, menaikkan kedua sudut bibirnya seraya tersenyum manis.
To be continued 👉