Juliette, terlahir dari keluarga yang minim simpati dan tidak pengertian.
Membuat ia tumbuh menjadi gadis mandiri dan sulit berekspresi.
Di tengah perjalanan hidupnya yang pahit, ia justru bertemu dengan yang Pria semakin membuat perasaannya kacau.
Bagaimana kelanjutan hidup Juliette?
Akankah ada seseorang yang memperbaiki hidupnya?
Simak kelanjutannya, Behind The Teärs by Nona Lavenderoof.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lavenderoof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Tak Terduga
"Tidak mau! Pokoknya kau tidak boleh melanjutkan sekolah disana!" Kakak semakin kuat menggenggam tangan Juliet dengan kuku-kukunya.
"I said, let me go!" Juliet menghempaskan tangan kakaknya. Namun bersamaan dengan itu, sang kakak malah melepaskan pegangannya hingga membuat kakak terjatuh.
Akh! Brukk!
"Aww, sakit!" Ucap kakak, mengelus kepalanya.
"Kak Novi, are you okay?" Tanya Juliet terkejut, kakaknya tiba-tiba saja terjatuh.
"Kau sengaja mendorongku ya?" Tuduh Kakak.
"What? Tentu saja tidak!"
"Ibu! Tolong aku, bu! Juliet ingin mencelakaiku!" Teriak Novi, memanggil ibu.
"Kak Novi! Kau ini apa apaan!"
"Ada apa ini? Novi, kau kenapa? Juliet apa yang kau lakukan pada kakakmu!" Ibu datang dan langsung membantu Novi berdiri.
"Akh, sakit bu! Juliet mendorongku!" Novi mengusap bahu dan kepalanya.
"Apa? Tidak, bu! Ini ketidak sengajaan! Aku tidak melakukannya!"
"Dia sengaja melakukannya! Dia sengaja mendorongku dan membuat tubuh terguling dan kepalaku terbentur ke lantai. Padahal aku memohon dengan baik agar dia tidak kuliah. Tapi dia malah marah dan sengaja mencelakaiku, bu! Kepalaku sakit sekali, bu!" Tuduh Novi lagi, sambil menunjuk Juliet.
"Iya, sayang. Bagian mana yang sakit?" Tanya Ibu dengan lembut, khawatir pada anak pertamanya.
"Kau sudah gila ya! Kau benar-benar sudah kelewatan!" Bentak Ibu dengan nada tinggi, marah pada Juliet.
"Tidak seperti itu, bu. Itu hanya menghempas tangannya saja. Itupun tanpa tenaga yang kuat. Tidak akan sampai terjatuh. Paling tidak hanya jatuh terduduk saja. Tapi kakak malah menggulingkan tubuh kakak sendiri. Itu berlebihan, Kak Novi!" Jawab Juliet, mencoba menjelaskan dan hendak menghampiri sang kakak.
"Omong kosong! Jangan mendekat! Bisa-bisa kau akan melukaiku lagi! Lihat bu, dia mulai berbohong sekarang!" Sela Novi.
"Tidak, bu! Aku sama sekali tidak omong kosong dan aku tidak melakukannya! Kak Novi yang berbohong! Dia yang lebih dulu-" Belum selesai Juliet menjelaskan, tamparan sudah lebih dulu mendarat di pipi kanannya.
Plakk!
Suara tamparan menggema diruangan itu. Ibu menampar Juliet dengan sangat keras.
"Anak kurang ajar! Sudah salah masih mengelak!"
"Minta maaf pada kakakmu!"
"Tidak mau! Kenapa aku harus minta maaf untuk sesuatu yang bukan karena kesalahanku?" Jawab Juliet menolak. Meski tidak menduga dengan yang barusan terjadi.
"Jadi maksudmu, ini adalah salahku? Aku sengaja mencelakai diri sendiri?" Tanya Novi.
"Kau sendiri tau jawabannya. Lagipula sengaja atau tak sengaja itu hanyalah hal kecil. Tidak perlu bersikap berlebihan." Jelas Juliet dengan santai.
"Ibu, kau percaya padanya? Lihat wajahnya, dia bahkan berbicara tanpa rasa bersalah!" Adu Novi pada Ibu, kesal dengan sikap adiknya padahal jelas-jelas dia baru saja di tampar.
"Sebelum kau mengakui kesalahanmu dan meminta maaf pada kakakmu, jangan harap kau bisa pergi ke Harvard! Ingat baik-baik perkataanku!" Ancam Ibu, membela Novi.
"Masuk ke kamarmu!" Ibu mendorong Juliet agar masuk ke kamarnya.
Brukk! Ibu menutup pintu kamar Juliet dengan sangat keras.
"Ayo sayang!" Ibu mengantar Novi ke kamarnya.
Sementara Juliet yang berada dibalik pintu kamarnya segera keluar setelah memastikan Ibu dan kakaknya sudah pergi.
Ia kembali memunguti sobekan surat undangannya yang sudah tidak berbentuk.
"Akh, tanganku." Juliet memegang pergelangan tangannya yang terluka dan bercap-kan kuku kakaknya.
Berjalan menuju meja belajarnya, ia beralih pada kotak p3k dan mengobati pergelangan tangan yang kini berdarah akibat cakaran dari kuku kakaknya yang panjang.
Hope you enjoy this bab!
Thank you and happy reading!