Samael dan Isabel, dua bersaudara yang sudah lama tinggal bersama sejak mereka diasuh oleh orang tua angkat mereka, dan sudah bersama-sama sejak berada di fasilitas pemerintah sebagai salah satu dari anak hasil program bayi tabung.
Kedua kakak beradik menggunakan kapsul DDVR untuk memainkan game MMORPG dan sudah memainkannya sejak 8 tahun lamanya. Mereka berdua menjadi salah satu yang terkuat dengan guild mereka yang hanya diisi oleh mereka berdua dan ratusan ribu NPC hasil ciptaan dan summon mereka sendiri.
Di tengah permainan, tiba-tiba saja mereka semua berpindah ke dunia lain, ke tengah-tengah kutub utara yang bersalju bersama dengan seluruh HQ guild mereka dan seisinya. Dan di dunia itu, di dunia yang sudah delapan kali diinvasi oleh entitas Malapetaka, orang-orang justru memanggil mereka; Kiamat Dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#3 – Our HQ Has Moved Location
Jezebel, kembali bersama dengan Tiamat yang memijatnya dengan penuh keterampilan, kini sedang menunggu Mikael untuk kembali dari inventaris guild untuk menyimpan kubus hitam. Sementara lima Battlemaiden yang bersamanya kini sudah kembali dan berdiri di hadapannya sambil menunggu perintah berikutnya.
Jezebel yang bersandar dengan malas pun mengangkat tangan kanannya, memberikan isyarat kepada Tiamat untuk berhenti memijat. "Kalian, pergi lah. Aku ingin kembali ke dimensi ku dengan kakak ku."
Salah satu Battlemaiden ciptaannya yang merupakan seorang Devil bernama Lilith pun berkata, "Saya harap anda cepat kembali, master. Karena ketahuilah bahwa kami selalu mengkhawatirkan kalian, dan selalu bermimpi agar kalian selalu bersama kami selama-lamanya tanpa adanya waktu jeda tanpa kalian."
Jezebel terpaku dan agak tersentak sesaat mendengar hal itu. "Baik, aku dan kakak ku akan cepat Kembali."
'Ya, sampai jumpa minggu depan, karena aku akan berlibur selama seminggu di Raja Ampat, hehehe,' Pikirnya sementara itu, sambil menahan senyuman nya.
Terlihat keenam Battlemaiden mengangguk dengan perasaan lega. Dan dengan begitu, keenam nya pun langsung beranjak keluar dari lantai 100 menuju lantai 99.
Setelah aula tahta sepi, beberapa pelayan pun muncul.
Mereka adalah tipe NPC produksi dari spesies Antropomorfik dari berbagai macam binatang. Mereka bisa ada di lantai 100 karena Mikael yang men-summon mereka untuk sekadar melengkapi istana dan bersenang-senang saja.
Mereka juga bukanlah tipe petarung, dengan level yang hanya berada di sekitaran level 300 dengan job-class tipe produksi seperti palace maid, chef dan sebagainya. Dan mereka semua dipanggil sebagai Anthromaid.
Di sisi lain, sesaat para Anthromaid seksi mulai memasuki aula tahta, Jezebel yang tampak bosan kini menatap ke arah para Anthromaid sambil menggelengkan kepala.
"Dari sisa-sisa kristal summoning level rendah, dia malah memanggil Antromaid sebanyak ini. Aku harap dia akan menggantinya," gumam Jezebel, kemudian agak menelan ludah sambil mulai menunduk dan memegang dadanya. "Haaa … sepertinya kesukaannya dengan yang besar masih sama."
Di tengah lamunannya, ia mengingat bagaimana Mikael pertama kali memperkenalkan nya tentang game ini sekitar delapan tahun lalu. Saat itu, dia sama sekali tidak mengerti tentang game, apalagi gawai DDVR.
Sebagai seorang kakak laki-laki, Mikael benar-benar mengayomi nya dan mengajarkannya banyak hal, termasuk game.
Namun di kala itu, di saat pengetahuannya tentang game masih sedikit, Mikael lah yang membuatkan nya karakter yang kini dia gunakan sebagai Jezebel. Sedangkan dirinya hanya tinggal main saja dan mengikuti alur sang kakak yang begitu antusias.
"Dasar, dia memang sudah mulai suka dengan dada besar sejak bocah ternyata," gumam nya sambil tersenyum bernostalgia.
Di tengah lamunannya, Mikael pun tiba dan kini berdiri tepat di belakang singgasana nya.
"Ayo, seperti biasa kita ke kamar dulu untuk logout," kata Mikael.
Jezebel bangkit dari singgasana nya. "Ayo … dan jangan lupa untuk teleportasikan para NPC utama yang masih berada di luar HQ untuk kembali."
"Oh, iya, hampir lupa," angguk Mikael sambil mulai membuka tampilan menu Guild, dan sebagai ketua guild, dia bisa melakukan apapun pada menu tersebut.
Di sana, Mikael langsung memencet simbol dengan tulisan [Teleport all inhabitants into HQ] yang berada di bawahnya. Kemudian langsung mengunci HQ dengan menekan tombol yang berada tepat di sebelahnya yang bertuliskan [Forbid all residents from leaving HQ].
"Sudah," kata Mikael sambil menutup kembali tampilan menu nya.
Jezebel tersenyum, sedang ingatan nostalgia nya masih tersisa dari lamunannya. "Ayo, kita ke kamar," katanya dan mulai berjalan.
Mikael pun mulai mengikutinya dari belakang.
***.
Di dalam kamar, di dalam dimensi lantai 100 yang mana terdapat tidak hanya aula tahta, namun seluruh kompleks istana dan daratan sebesar pulau bali juga berada di dalamnya, kini Jezebel dan Mikael duduk bersebelahan di atas ranjang kings bed.
"Sebelum logout, aku ingin membicarakan sesuatu, deh," kata Jezebel membuka pembicaraan.
"Oh, tentang apa?" tanya Mikael dengan santainya.
Jezebel menurunkan pakaiannya sedikit sehingga membuat belahan nya terlihat lebih panjang. Kemudian mulai agak menyodorkan nya ke arah Mikael. "Kamu masih suka dengan yang sebesar ini, kan? Ayo mengaku! Dan itulah sebabnya kamu men-summon para Antromaid seksi itu kemarin, kan?"
Mikael terdiam untuk sesaat. Matanya seakan sedang menatap tembok. Tidak berekspresi dan berkedip dengan normal. "Ya … memang. Aku tidak hanya suka, tapi mendambakan, hehe," jawabnya dengan tawa meledek. "Aku hanya ingin meramaikan komplek istana saja sih, sebenarnya. lagipula, lantai 100 meski dimensi nya sangat besar, ini masih sangat sepi."
Jezebel menarik kembali pakaiannya, kembali menutup setengah belahan nya yang memang sudah terlihat sejak awal. "Kenapa tidak menggunakan yang versi grup saja, daripada versi perorangan? Bukankah dengan satu kristal kamu bisa memanggil banyak sekaligus."
"Yah … itu karena kalau versi grup, aku tidak bisa memodifikasi penampilan mereka, hehehe," kekeh Mikael.
Jezebel tersenyum lebar dan tampak menyindir. "Dasar … laki-laki. Memangnya, apa yang menarik dengan dada besar sih, kak? Jujur, aku sebagai perempuan merasa agak aneh dengan selera kamu."
Mikael agak memiringkan kepalanya sambil mengusap dagu nya dan menatap dada Jezebel. "Hmmm … entahlah. mungkin … karena insting seorang pria sejak purbakala? Setahu ku sih ya, kami, laki-laki, sejak purbakala memang suka mencari wanita yang paling subur untuk dikawini, dan ciri-ciri kesuburan wanita yang menonjol … ya tentu saja, adalah pada buah dada nya."
"Punya ku juga besar, kan?" tanya Jezebel tiba-tiba dengan polos nya.
"Ya … kan memang aku yang buat, hehehe," tawa Mikael dengan lepas dan bangganya.
"Bukan, bukan, bukan yang ini, tapi di dunia nyata. Besar juga, kan?" tanya Jezebel mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Mikael.
Mikael sontak memundurkan kepalanya, mencoba menjauh dari wajah Jezebel yang terus mendekat. "Ya … bagaimana, ya … menurut ku sih … itu masih terbilang—"
Plak!
Jezebel memukul kepala Mikael dengan cukup keras. "Ih, masa sih?! Dasar!" katanya sambil mulai merajuk dan menyilang tangan nya. "Lagipula, di dunia nyata mana ada dada sebesar ini, hm!?"
"Hehehe, iya iya, lagipula itu kan hanya ketertarikan ku yang aku lebih-lebihkan saja, dan ku pikir semua laki-laki juga seperti ku, suka menghiperbolakan ketertarikan mereka." Mikael tertawa lepas sambil mengelus-elus kepala adiknya. Kemudian ia mulai mengusap dagunya seakan sedang berpikir dalam. "Namun tetap, Secara realita sih aku lebih suka yang biasa-biasa saja, ya."
Spontan, Jezebel dengan mata berbinar-binar pun kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Mikael. "Serius? Jadi selama ini …." Ia kembali menurunkan pandangannya dan bersedekap dengan dua tangan nya ke bagian bawah lehernya. "Entah kenapa aku merasa lega," lanjutnya berbisik pelan.
Mikael memiringkan sebelah alisnya sambil menatap heran Jezebel. "Kita sedari tadi membicarakan apa, sih? Terlalu aneh tidak, sih? Sepasang kakak adik membicarakan hal seperti ini."
Jezebel menaikkan pandangannya sambil tersenyum miring. "Hehehe, di jaman sekarang mana ada yang dianggap aneh? Jika menikah dengan AI saja dianggap normal, kenapa membicarakan ukuran buah dada antara saudara yang bahkan tidak sedarah dianggap aneh?"
"Sebenarnya sih ini bukan tentang sedarah atau tidak. Tapi ini lebih ke arah historis kita sebagai kakak adik. Kecuali sejak awal historis kita adalah sepasang kekasih, maka mungkin itu akan normal-normal saja."
"Aku sih masa bodo dengan itu semua, hehe." Jezebel tersenyum dan menyeringai gembira. "Oh iya, besok pagi kita berangkatnya kan?"
"Mhm," angguk Mikael. Kemudian mulai mengecek waktu pada layar menu. "Oh, sudah menjelang pagi … dan … hah!!?? Oh iya, empat jam lagi pesawatnya akan—"
Boom~!
Tiba-tiba suara dentuman yang dibarengi oleh getaran terdengar dan dapat dirasakan oleh keduanya. Lalu Mikael dengan sigap pun berdiri sambil menghadap ke arah jendela yang langsung mengarah keluar.
Di sisi lain, Jezebel memegang tangan Mikael dan masih duduk dengan santainya. "Ada apa barusan? Apakah kita diserang? Haa … baru juga mau logout, kenapa harus sekarang?!"
Tatapan Mikael terus berfokus menatap keluar, sementara area di luar lapisan firmament kini sudah berubah. Kini penampakan di luar bukan lagi ribuan bintang dan galaksi yang berwarna-warni, melainkan kegelapan yang seutuhnya.
"Dimana bintang-bintang nya?" gumam Mikael, terpaku pada pemandangan di luar.
"Ada apa, kak?" tanya Jezebel sambil berdiri, sehingga pandangannya tidak terhalang oleh tinggi jendela. "Wow, apa yang sedang terjadi?!"
Dentuman kedua pun terdengar dan mulai menggetarkan seluruh HQ. kemudian diikuti dengan suara gemuruh yang sangat berisik.
Jezebel sementara itu langsung memeluk erat-erat lengan besar Mikael, sedang Mikael dengan sigap memegangi tangan Jezebel.
Mikael pun mengeluarkan skill [Eye of Omniscience] untuk mengirim bola mata sihir agar bisa melihat ke luar, dan [Share Vision] untuk membagi penglihatan dengan Jezebel.
"Mari kita lihat, apa yang sebenarnya terjadi," kata Mikael.
Mata besar yang hampir transparan yang ia keluarkan pun mulai terbang keluar, lalu langsung turun menukik. Dan dari matanya itu, Mikael dan Jezebel pun saling berbagi penglihatan.
"Apa itu?" kata Jezebel, melihat sebuah riak ruang seakan mulai menghisap seluruh HQ mereka ke bawah.
Dan dengan cepat mulai tenggelam dan melewati riak ruang yang kini berada bagian tengah HQ.
"Apakah ini perbuatan dari Artefak dewa broken lainnya?" ucap Mikael bertanya-tanya.
"Sepertinya ada yang terbang mendekat," balas Jezebel yang dapat melihat seseorang terbang mendekat dari ujung pandangannya.
Mikael yang memiliki kendali penuh atas skill nya itu pun melirik ke arah sosok yang datang. Lalu dengan matanya itu, ia memperbesar penglihatannya, dan secara bersamaan juga mulai membaca jendela status pada sosok tersebut.
"Level nya tanda tanya. Aku belum pernah melihat entitas seperti itu sebelumnya dengan skill ku ini. Siapa sosok ini sebenarnya?"
"Apa yang kamu lihat?" tanya Jezebel yang hanya bisa berbagi penglihatan normal, tidak dengan kemampuan melihat jendela status.
"Wanita elf ini level nya tanda tanya. Dan juga, job-class nya ada lebih dari tiga."
"Tampaknya elf ini adalah seorang world boss. Apakah kamu mau melawannya? Apakah menurut mu sejam cukup? Setidaknya kita bisa mengejar penerbangan dengan waktu segitu."
"Tunggu dulu," ucap Mikael. "Sepertinya dia sudah balik badan dan pergi."
Di tengah pemantauan dan perbincangan itu, perlahan suara gemuruh dan getaran hebat pun mulai berhenti sementara riak ruang yang sudah berada di atas HQ mereka juga telah menghilang tanpa jejak.
"Haa … akhirnya berhenti juga." Jezebel melepas pelukan nya, dan bersamaan dengan itu ia melepas penglihatannya pada skill milik Mikael. "Kalau dia sudah pergi, kita langsung logout saja, yuk."
Mikael menonaktifkan semua skill yang barusan ia gunakan. "Tunggu," katanya sekali lagi sambil mulai berjalan lebih dekat ke arah jendela. "Apakah kamu tidak lihat, HQ kita sekarang sudah tidak berada di tempat yang semestinya? Apa kamu tidak merasa aneh dengan ini semua?"
HQ mereka kini berada di atas langit awan dan langit biru, sedang di atas mereka adalah kegelapan dengan bintang-bintang yang tampak redup, sehingga HQ mereka tampak seperti berada di lapisan termosfer. Sementara [eye of omniscience] miliknya sempat melihat daratan salju yang luas dan menghampar tepat di bawah tempat HQ mereka kini berada.
"Kita berada di atas atmosfer saat ini, dan aku barusan juga melihat bahwa di bawah kita," ucap Mikael berhenti sejenak, "bahwa tepat di bawah kita adalah daratan es."
"Hmmm … ya aku melihatnya, dan namanya juga sebuah game. Apapun juga bisa terjadi di dalam game ini, kak, bahkan hal aneh seperti para Antromaid yang kemarin kamu summon sekalipun," balas Jezebel terdengar agak menyindir.
Mikael terus berjalan dan mulai membuka kaca jendela. "Bukan, bukan, bukan itu yang kumaksud. Tapi … entah kenapa, ini terasa lebih nyata saja. Apakah ini update baru?" tanyanya sambil menoleh menatap Jezebel.
Jezebel mengangkat kedua bahunya sambil berkata, "Entahlah, aku bahkan tidak memperhatikan kalau game ini pernah update atau tidak. Sudah yuk kak, kita logout saja."
Mikael mengangguk, kemudian langsung berjalan menuju ranjang. Setelah itu, keduanya pun mulai berbaring bersebelahan.
"Ok, sampai bertemu di dunia nyata, hehe," kekeh Jezebel dengan manisnya.
Mikael yang masih terpikirkan pun hanya bisa menatap ke atas langit-langit sambil mulai membuka jendela menu.
Namun, di luar dugaan mereka berdua, jendela menu tidak dapat keluar dan ditemukan.
"Tunggu, tunggu, tunggu, kenapa jendela menu nya tidak ada?" kata Jezebel bertanya-tanya, sementara jari jemari nya terus mencoba berbagai gestur.
"Tuh, kan, apa aku bilang. Ini pasti update terbaru. Hmmm, sepertinya mereka juga mereset gestur untuk membuka jendela menu nya," balas Mikael dan mulai menggunakan gestur default untuk mencoba membuka.
Sementara itu, membutuhkan waktu sejenak untuknya sadar akan kosong nya tampilan antarmuka yang kini tampil di depan matanya. Tidak seperti sebelumnya yang memiliki kotak mini map, stats bar, dan lain-lain. Kini semuanya telah hilang.
"Aku baru sadar, kalau semua tampilan yang ada di pandangan kita ternyata hilang. Apakah aku tidak sengaja menonaktifkan semua tampilan itu?" gumam Mikael sambil sementara gestur default nya tidak berhasil membuka jendela menu. "Jendela menu juga tidak bisa dibuka dengan gestur default."
"Iya, semuanya hilang. Selain itu, sepertinya gestur nya berubah, deh, dan bukan hanya ke-reset. Kok update-nya seperti ini, sih? Semua pengaturan gestur berubah. Ugh … aku sedari tadi tidak bisa berbuat apa-apa dengan gestur ini," keluh Jezebel, masih mencoba berbagai gestur.
Mikael pun bangkit dan duduk di atas ranjang, kemudian mencoba membuka jendela menu dengan perintah suara. "Halo … Sera … tolong buka jendela menu."
Dengan waktu yang hampir bersamaan, Jezebel juga ikut bangkit dan duduk. "Halo Sera, tolong force logout kita berdua."
Keduanya kini saling tatap sesaat tidak ada reaksi apa-apa terhadap perintah suara mereka. Lalu di tengah kebingungan itu, angin menghembus dari luar dan mengenai wajah mereka berdua.
"Hmmm … aroma nya enak sekali," kata Jezebel yang sontak langsung menyadari akan sesuatu. "Aroma? Huh?"
"Loh, iya ya, kok aku bisa mencium bau?" balas Mikael sambil mengendus-endus, dan malah mulai mendekatkan hidungnya ke arah tubuh Jezebel. "Hmmm … wangi sekali."
Jezebel yang tidak sempat merespon, justru ikut mengendus bau badannya sambil mengangkat ketiak nya. "Loh … iya, tubuhku juga ikut ada wangi nya."
Kini keduanya kembali terdiam sementara saling tatap satu sama lain.
"Ini aneh … apakah mereka memutuskan untuk mengupdate rating game ini menjadi 18+ setelah 10 tahun diluncurkan?" kata Mikael, sementara matanya mulai tertuju pada dada Jezebel. "Apa aku boleh memegangnya? Aku penasaran, apakah ini benar-benar sudah di-update atau belum."
Jezebel dengan santainya justru langsung menyodorkan dadanya. "Oh, nih, pegang saja, kak."
Dan tangan Mikael pun tenggelam di dalam keempukan buah dada Jezebel yang besar, yang mana tanpa disengaja Jezebel malah berdesah sambil menahan kegelian dari sentuhan tangan Mikael.
"Hebat … bahkan kamu bisa merasakannya juga?" kata Mikael yang justru terlihat antusias sambil terus memeras milik Jezebel. "Padahal sebelumnya, area-area seksual pada tubuh tidak bisa disentuh. Jangankan disentuh, area kemaluan bahkan tidak hadir di game ini."
"B-bodoh! Hentikan!" Jezebel langsung menepis tangan Mikael sedang pipinya merah tersipu.
Mikael dengan lugu nya pun langsung berdiri sambil menggaruk-garuk kepalanya. "Pembuktian terakhir … jika punya ku ada, berarti game ini sudah di-update menjadi 18+. Mari kita coba! Hiyaaat!"
Mikael melepas semua pakaiannya sampai bertelanjang bulat. Dan dari sana, tanpa sepengetahuan nya, "belalai" besar nan panjang pun tampak menggantung bebas di antara dua paha nya.
"Kyaaaah!" dan Jezebel pun berteriak menjadi jadi sambil menutupi wajahnya.
Dan di hari itu, keduanya akan segera mengetahui jika mereka bukan lagi ada di dalam sebuah game. Dan segera, kehidupan baru mereka pun akan segera dimulai di dunia yang baru dan asing ini.
***.
Bersambung ….
***.