Vivian, kelinci percobaan dari sebuah lembaga penelitian, kembali pada satu bulan sebelum terjadinya bencana akhir zaman.
selama 8 tahun berada di akhir zaman.
Vivian sudah puas melihat kebusukan sifat manusia yang terkadang lebih buas dari binatang buas itu sendiri.
setidaknya, binatang buas tidak akan memakan anak-anak mereka sendiri.
.
.
bagaimana kisah Vivian memulai perjalanan akhir zaman sambil membalaskan dendamnya?
.
jika suka yuk ikuti terus kisah ini.
terimakasih... 🙏🙏☺️😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menjual apartemen
Kring~
telepon Vivian berdering
"hello, sellen, ada apa kamu meneleponku?" Vivian tersenyum dan berpura-pura tidak tahu.
Semua sesuai prediksi, tapi ternyata, sellen menghubunginya lebih cepat. Tidak lebih dari satu hari ikan itu akhirnya mengambil umpan.
"Vivian, aku mendengar dari orang lain bahwa kamu ingin menjual apartment mu?."
"He Hem.. Aku memang sedang ingin menjualnya."
"Bagaimana jika kamu menjualnya kepadaku. 1,5 milyar. Bagaimana?"
"kamu bercanda?." Vivian cemberut mendengar tawaran tidak masuk akal dari sellen. "Ayah membelinya seharga 2 milyar, belum lagi perabotan di dalam yang setidaknya menghabiskan ratusan juta."
"Dimana kamu bisa menjual apartemen mu dengan cepat dan harga yang mahal?." Sellen masih tidak mau menyerah dengan tawarannya.
"Tidak. Aku masih bisa menunggunya selama satu bulan lagi. Tidak mungkin untuk rugi terlalu banyak." Vivian menolak dengan tegas.
"Ayolah... Itu hanya rumah tua ok."
"sekali tidak. Ya tetap tidak. Jika kamu tidak mau menaikkan harga juga tidak apa-apa. Kris masih mau membelinya dengan harga 2,1 milyar. Jika dalam satu Minggu masih tidak ada penawar dengan harga yang lebih tinggi, maka tempat ini, aku akan menjualnya pada Kris."
"Ayolah... Kamu kan kekasih kakak sepupuku. Masak kamu tega memberikan harga yang begitu tinggi?."
sellen berusaha membujuk Vivian agar menurunkan harga jual apartemen dengan menggunakan nama sepupunya. Yang tidak pernah ia duga adalah, Vivian sudah putus dari Leo pada pagi hari.
"Kami bukan lagi kekasih. Terimakasih." Vivian tidak terlalu suka sellen membawa-bawa nama Leo.
Mendengar berita putusnya hubungan antara Leo dan Vivian, sellen justru tidak terlalu bahagia. Bagaimanapun, Vivian yang di mata sellen adalah wanita dengan rasa cinta yang besar untuk sepupunya itu, akan sangat mudah di bodohi dan di manfaatkan.
Contohnya, jika di hari normal, saat sellen membawa-bawa nama sepupunya, Leo. Pasti Vivian akan mempertimbangkan harga yang ia berikan.
Meskipun, ada penawar yang menawarkan harga yang jauh lebih tinggi darinya. Atau ketika dia mengeluh bahwa ia sangat menginginkan suatu barang baru yang telah dimiliki Vivian, wanita itu akan dengan bodohnya memberikan barang tersebut secara gratis.
"BAGAIMAN KALIAN BISA PUTUS?." Sellen tanpa sadar menaikkan volume suaranya.
"putus ya putus. Memangnya ada apa lagi yang harus di bicarakan."
"O, oke... Tapi... Bisakah harganya tidak terlalu mahal?... Kamu tahu, orang tuaku tidak begitu baik hati untuk memberikan uang yang cukup besar untuk membeli apartemen." sellen berbicara dengan nada seolah dunia berhutang puluhan juta kepadanya.
"Jika memang tidak mau, ya tidak apa-apa. Toh masih banyak orang yang suka apartemen di daerah sini."
Vivian juga tidak terlalu peduli sebenarnya tentang siapa yang akan membeli apartemen miliknya tersebut. Selama harganya wajar, tidak menjadi masalah di tangan siapa pada akhirnya apartemen itu akan berakhir. Namun, sangat disayangkan jika umpan yang sengaja ia pasang tidak dimakan dengan baik.
"Beri aku waktu selama 3 hari. Aku akan membayar 2,2 milyar untuk apartemen mu." sellen akhirnya membuat keputusan untuk menaikkan harga tawarannya.
"2,5 bagaimana?. Jangan terlalu murah, aku sangat membutuhkan dana yang cukup besar dalam investasi kali ini. Jika harganya terlalu murah, aku tidak akan melepaskannya." Vivian mengucapkan kebohongan tanpa mengubah ekspresi wajah.
sellen sangat kesal dengan Vivian yang tidak bisa di ajak bekerjasama. Ia pun menggerakkan gigi dengan geram. "Bagaimana perempuan ini menjadi sangat sulit untuk dihadapi?." ucap sellen dalam hati.
"2,3 milyar, itu tawaran ku yang paling terakhir. Bukankah harga itu lebih tinggi dari pada harga yang ditawarkan oleh Kris?."
sellen akhirnya membuat keputusan untuk menaikkan harga tawarannya. Tapi ini jelas harga terakhir yang mampu ia bayarkan. Sellen berharap Vivian akan menerima penawarannya kali ini, jelas, ia tidak ingin kris, pria yang ia sukai membantu Vivian.
Sellen tahu, bahwa Kris sendiri memiliki cinta bertepuk sebelah tangan untuk Vivian. Karena Vivian selalu menganggap Kris sebagai adik. Hal ini pulalah yang membuat sellen membenci Vivian. Apalagi, ketika sellen mengetahui bahwa Leo dan Vivian putus. Ia menjadi lebih khawatir.
"emm... Itu..." Vivian bertindak seolah dia ragu untuk melepaskan apartemennya dengan harga segitu.
"Baiklah. Aku akan memberikan apartemennya kepadamu." ucap Vivian dengan nada yang dibuat seolah-olah dia menderita kerugian besar.
"Benarkah?," bahagia "Bagaimana kalau kita menyelesaikan prosedurnya hari ini?."
sellen sudah membayangkan bahwa dia akan mengusir Vivian dari apartemen barunya tersebut.
Tanpa sellen sadari, Vivian di ujung telepon juga menyunggingkan senyum penuh kemenangan.
Sejak merencanakan untuk menjual apartemen miliknya, Vivian juga sudah bersiap-siap untuk meninggalkan tempat tersebut.
Jika ingatannya benar.
Pada permulaan bencana banjir di akhir zaman, gedung apartemen ini akan di kuasai oleh tim penyelamat dari pemerintah karena merupakan salah satu gedung yang masih kokoh berdiri setelah terjadinya gempa bumi.
Setelah dikuasai oleh pemerintah, mereka memasukkan para korban bencana kedalamnya, apartemen yang dulunya merupakan kawasan elit dengan penjagaan 24 jam sehari, sudah tidak bisa menjadi tempat yang disebut aman lagi. Karena di apartemen, akan sering terjadi perkelahian kecil setiap hari, dan perkelahian besar setiap tiga hari.
Hal seperti itu biasa di alami Vivian pada kehidupan sebelumnya. Ia bahkan harus merelakan gedung apartemen miliknya sebagai kantor pusat tim penyelamat karena berada di lantai tertinggi.
.
.
Sellen dan Vivian akhirnya selesai melakukan transaksi jual beli.
Setelah mengumpulkan uang hasil penjualan apartemen. Vivian bergegas untuk menyewa sebuah gudang di pinggiran kota. Ia telah menghubungi pemilik gudang tersebut pada pagi hari, dan berencana untuk menyewa gudang selama satu bulan.
"Sepertinya aku akan menggunakan gudang ini untuk beristirahat selama satu bulan." pikir Vivian yang tidak ingin mengeluarkan uang untuk menyewa sebuah rumah baru.
"Siapa yang ingin menyewa rumah jika sudah ada yang siap pakai."
Setelah mengunci gudang, Vivian lalu duduk di sebuah ruangan yang dulunya merupakan kantor di gudang tersebut. Ia juga mengeluarkan makanan yang ia masak sebelumnya dari dalam ruang.
Setelah menghabiskan makanannya, Vivian kemudian memasuki ruang untuk membersihkan diri dan beristirahat.
.
.
Vivian bangun agak terlambat pagi ini. Ia merasa sangat segar karena ini adalah kali pertama dirinya tidur tanpa mencemaskan apapun. Jika itu adalah akhir dunia, maka mereka yang masih hidup akan selalu dihantui oleh perasaan cemas.
"Baru kali ini aku bisa tertidur tanpa harus memikirkan tentang makanan dan penghianat."
Vivian lalu turun dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
.
"Baiklah, hal pertama yang akan kita lakukan hari ini adalah membeli makanan." Vivian kemudian melipat kertas catatannya setelah melihat list kegiatan apa saja yang akan dilakukan untuk mempersiapkan akhir dunia.
kenapa lemot mikirnya?
Cepat minumkan ke Peter
Nanti repot bawa pulangnya Nek
aku juga pengen hehe...
pengen juga punya ruang hehe
author juga terimakasih atas dukungannya 😊