NovelToon NovelToon
SKUAT INDIGO 4

SKUAT INDIGO 4

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Spiritual / Horror Thriller-Horror / Iblis / Epik Petualangan
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Baras kabur dari neraka. Ia melarikan diri ke bumi untuk bersembunyi. Handari penjaga pintu neraka mengejarnya.

Baras merekrut makhluk gaib golongan hitam untuk membantunya melawan Handari.

Tapi itu tidak akan mudah. Karena golongan putih berpihak kepada Handari.

Terjadilah perang besar. Sejauh mana makhluk bumi terlibat dalam masalah ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DEPARTEMEN GAIB

“Fenomena apa yang terjadi?”,

“Sebuah kilatan cahaya yang tampak tidak biasa”, kata Menteri Agama.

“Kami sedang menyelidikinya”, jawab Hamka.

“Jangan lengah dan selalu berhati-hati”,

“Segera laporkan jika sudah mendapatkan hasilnya”, pesan Menteri Agama.

“Siap, laksanakan”, ucap Hamka.

Hamka menjabat sebagai kepala divisi lapangan. Ia bertugas di departemen gaib. Sebuah formasi yang dibentuk dibawah naungan dan bertanggung jawab langsung kepada kementerian agama di negeri ini.

Hamka sudah dewasa. Sempat menolak untuk menggunakan kemampuan spesialnya sebagai seorang indigo. Sekarang ia telah menemukan wadah yang tepat untuk memanfaatkan kelebihannya. Berjuang untuk bangsa dan negara dari sudut pandang alam yang lain atau dimensi gaib.

Sama pentingnya seperti anak-anak bangsa yang selalu berjuang agar negara dan para penduduknya lebih sejahtera. Hamka dan kawan-kawan indigonya yang berkerja di departemen gaib pun melakukan perjuangan yang sama. Demi keamanan dan kedamaian nusantara.

“Aku akan pergi untuk beberapa hari”, kata Hamka kepada staf lainnya di departemen gaib.

“Siapa yang kau inginkan dari kami untuk ikut?”, tanya salah seorang staf di sana.

“Kali ini aku harus melakukannya sendiri. Terlalu bahaya untuk kalian ikut denganku”, kata Hamka.

Hamka akan melakukan investigasi seorang diri. Ia akan pergi ke tempat dimana lokasi kilat petir dahsyat di waktu magrib itu menyambar.

Petir itu menyambar di kawasan hutan milik pemerintah daerah yang ditanami pohon-pohon jati. Malam itu juga Hamka berangkat ke sana.

*

Untungnya tempat sambaran petir itu jatuh berada di tengah-tengah hutan jati. Petugas kehutanan tidak perlu repot untuk mencegah jika ada masyarakat umum yang ingin melihat ke sana. Hanya beberapa oknum berkepentingan saja yang diperbolehkan masuk ke sana. Dan tentunya para wartawan yang ingin meliput fenomena alam tersebut.

Hamka tiba di lokasi. Karena memang sebuah peristiwa alam yang dianggap biasa, tidak terlalu banyak orang yang datang. Hanya tinggal beberapa orang saja yang masih berada di tempat kejadian perkara.

Daya hantaman petir itu begitu luar biasa sesuai dengan kilatan cahaya yang dihasilkannya. Beberapa pohon jati yang sudah tua dan tinggi tumbang secara cuma-cuma. Garis pembatas yang dibuat oleh para petugas cukup luas melingkari tempat petir menyambar.

“Mau kemana?”,

“Dilarang masuk melewati garis pembatas”, kata petugas yang berjaga.

Hamka tidak ingin membuang waktu. Ia menggunakan kemampuannya supaya tidak bisa terdeteksi oleh mata orang-orang awam. Hamka pun bisa mendekat ke titik jatuhnya sambaran petir dengan leluasa.

Sebuah fenomena yang aneh. Petir dengan begitu dahsyat menyambar di cuaca yang baik-baik saja.

Pada malam yang telah gelap itu ia memeriksa dengan seksama lokasi sambaran petir.

Hawa panasnya masih berasa. Panas yang Hamka rasakan sangat berbeda. Ia bisa menerawang nyala api yang membakar pohon-pohon itu sebelumnya. Api yang nyalanya belum pernah ia lihat. Jelas ini bukanlah sambaran petir biasa.

Pohon-pohon jati yang perkasa bisa hangus terbakar sampai menjadi abu. Abu hitam yang masih sangat panas bila disentuh.

Hantaman sambaran petir itu juga mengakibatkan lubang yang cukup besar.

Wajar jika hal ini dianggap sebagai kejadian alam biasa oleh para petugas yang sebelumnya melakukan investigasi sesuai dengan ranah ilmu dan hukum mereka. Tapi bagi Hamka ini adalah sebuah pertanda yang sangat jelas mencolok. Sebuah peringatan untuk divisinya di departemen gaib.

Hamka melanjutkan penyelidikan. Selanjutnya ia meminta keterangan para saksi. Tentu saja saksi yang dimaksud adalah para makhluk-makhluk halus baik setan, jin atau pun siluman yang melihat langsung peristiwa terjadinya sambaran petir di tempat tersebut.

*

Interogasi mulai dilakukan.

Hamka menghampiri satu koloni siluman tupai yang tinggal di sana. Rumah mereka berada di dekat lokasi petir menyambar.

“Siapa diantara kalian yang melihat petir menyambar itu secara langsung?”, tanya Hamka.

“Aku” “Aku” “Aku” “Aku” “Aku”,

“Aku” “Aku” “Aku” “Aku” “Aku”,

“Aku” “Aku” “Aku” “Aku” “Aku”,

“Aku” “Aku” “Aku” “Aku” “Aku”,

Semua anggota keluarga siluman tupai ingin bercerita.

“Salah satu saja yang bercerita”, tegur Hamka.

“Biar aku saja yang menceritakannya”, kata ibu Tupai.

Peristiwa bermula ketika waktu menjelang magrib. Para tupai sedang berada di luar untuk mencari makan. Karena hampir gelap tupai-tupai yang sudah berada di rumah meneriaki anak-anak mereka untuk segera pulang.

Di waktu itu tiba-tiba petir yang dahsyat menyambar. Sinar kilatnya menyilaukan mata. Pohon-pohon tumbang dan terbakar. Syukurnya tidak ada tupai yang menjadi korban.

Para tupai pun masuk ke dalam sarang mereka yang berada di dalam tanah. Mereka takut. Mereka merasakan hawa panas yang luar biasa dari titik jatuhnya petir yang datang menyambar.

Para tupai mengamati dari kejauhan.

Setelah kobaran api mereda. Dari lokasi jatuhnya petir menyambar keluar sosok misterius. Para siluman tupai belum pernah ada yang melihat sosoknya.

Sosok itu adalah anjing hitam besar. Badannya besar seukuran anak kuda. Terlihat ia sangat kuat. Warna hitamnya sangat pekat. Telinganya begitu panjang dan runcing. Matanya hitam lalu bisa menyala merah.

“Apa benar yang ibu kalian ceritakan?”, tanya Hamka.

“Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”,

“Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”,

“Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”,

“Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”,

Semua koloni siluman tupai memberikan jawaban yang sama.

“Kemana perginya anjing hitam itu?”, tanya Hamka.

“Ia berlari ke arah Gunung Besar”, jawab mereka.

“Terimakasih atas kesaksiannya”,

“Ini imbalan yang aku janjikan kepada kalian”,

“Jangan berebut, berbagilah”, ujar Hamka.

Hamka memberikan satu karung kacang pohon yang telah disiapkannya kepada tupai-tupai itu sebagai bentuk rasa terimakasih atas bantuan mereka.

*

Malam itu juga Hamka melanjutkan perjalanan ke Gunung Besar. Tidak tahu apa yang akan dihadapinya di sana Hamka lebih bersiap diri. Gunung Besar yang mempunyai kerajaan gaib tersembunyi dikenal memiliki penghuni-penghuni yang kuat dan sadis.

Hamka dengan kecepatannya tidak memerlukan waktu yang lama. Titik sambaran petir itu tidak jauh dari Gunung Besar.

Sampai di Gunung Besar.

Hamka dengan hati-hati langsung menyusup masuk ke dalam istana gaib yang berada di sana. Anehnya manusia yang tinggi ilmunya itu tidak merasakan keberadaan pasukan makhluk gaib Gunung Besar. Hamka yang datang dengan sembunyi-sembunyi hanya mendapati seorang jin lemah yang tengah menunggu di sana.

Hamka berniat langsung menghampiri jin itu untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi di Gunung Besar. Ada hubungan apa dengan kedatangan anjing hitam yang keluar dari tempat sambaran petir?

“Jangan kau datangi dia”,

Tiba-tiba langkah Hamka terhenti. Suara tua yang terdengar akrab di telinga menegurnya.

“Kyai”, Hamka sedikit terkejut menyebutkan nama itu.

Sosok yang datang kepadanya adalah jin qorin atau jin pendamping dari Sang Kyai yang beberapa tahun yang lalu telah tutup usia. Penampilannya mirip dengan beliau.

“Namaku Kalwan”,

“Seperti yang kau tahu Hamka, aku adalah jin pendamping dari Sang Kyai yang telah wafat”,

“Aku datang kemari untuk membantumu”, ucap Kalwan.

Kalwan dan Hamka meninggalkan Gunung Besar. Kalwan melarang Hamka untuk menemui jin yang sedang berjaga di sana. Hal itu dilakukan supaya pihak mereka yaitu kawanan jin jahat tidak menyadari bahwa bangsa manusia telah mengendus sepak terjang mereka.

Kalwan sendiri sudah tahu apa yang sedang terjadi. Tentang anjing hitam dan juga para jin penghuni Gunung Besar. Kalwan menjelaskannya kepada Hamka.

Anjing hitam datang ke kerajaan gaib di Gunung Besar. Anjing Hitam berhasil mengambil alih kekuasaan di Gunung Besar setelah berhasil mengalahkan Zan Siluman Banteng penguasa sebelumnya. Kini bersama pemimpin baru mereka Anjing Hitam, para jin dan siluman penghuni Gunung Besar sedang bergerak ke Rimba Hitam. Anjing Hitam sedang mengumpulkan pasukan.

Bagaimana Kalwan bisa tahu semua ini? Itu karena Kalwan punya mata-mata di antara penghuni Gunung Besar.

“Lalu apa langkah selanjutnya?”, tanya Hamka kepada Kalwan.

“Aku akan memberitakan kabar ini kepada perkumpulan gaib di bumi”,

“Tugasmu Hamka, mata-matailah Anjing Hitam dan pengikutnya”,

“Kau tidak perlu sampai bertarung dengan mereka. Cukup selidiki saja sejauh mana rencana dan seberapa besar kekuatan mereka”,

“Ajaklah kawan dari bangsa manusia. Walau bagaimana pun juga kaum kalian adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan tinggi derajatnya”, pesan Kalwan.

Hamka menyetujui rencana Kalwan. Ia juga tersenyum. Hamka tahu siapa orang yang tepat untuk ia ajak di misinya kali ini.

“Kalwan, apa kau sudah tahu siapa si anjing hitam itu?”, tanya Hamka.

“Aku belum benar-benar yakin siapa dia sebenarnya”,

“Firasatku mengatakan dia sangat berbahaya”,

“Jangan kau mendekatinya Hamka”, pesan Kalwan.

Hamka dan Kalwan pun berpisah untuk melanjutkan perjalanan tugasnya masing-masing.

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai semua
yu gabung dengan GC BCM
d sini kita akan belajar bareng bersama Kaka senior juga mengadakan event tertentu seperti lomba puisi, pantun, dll ya
caranya mudah hanya cukup Follow akun saya saja maka kalian akan aku undang langsung masuk GC kami. Terima Kasih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!