apa jadinya jika pewaris tunggal keluarga konglomerat terobsesi kepada anak dari pembantu dirumahnya sendiri?
terbiasa bermain bersama dari kecil membuat Alvarez Abigail William mencintai diam diam anak seorang pembantu dirumahnya sendiri.
Viola Calista gadis cantik pemilik kornea mata berwarna biru itu sebenarnya selalu menolak saat berdekatan dengan sang tuan muda, karena sikap Alva sang tuan muda yang tak segan segan memaksanya untuk melakukan apapun yang Alva mau, tapi viola tidak bisa melakukan apapun karena statusnya hanya seorang pembantu.
akankah cinta Alva terbalaskan, ataukan viola akan pergi menjauh darinya karena perbedaan status sosial yang begitu tinggi diantara mereka?
yuk ikutin cinta penuh lika liku Alva dan viola
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanswii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"gak usah nungguin gue, loe pulang duluan aja gue ada kerja kelompok sama temen temen gue".
Bunyi pesan yang diterima Alvarez dari Viola, tanpa ingin membalas Alvarez meremas ponselnya dengan kuat, pikirannya jadi tertuju pada Alaric, cowok yang menyukai Viola, Alvarez tidak rela kalau sampai Viola terlibat kerja kelompok dengan cowok itu.
Alvarez membuka panggilan dan menekan nomor orang yang selama ini di jadikan mata-mata di sekolah Viola,
"ikutin Viola dan laporin apapun yang dia lakukan sama gue", tanpa menunggu jawaban dari orang di seberang Alvarez mematikan panggilan begitu saja.
Teman temannya yang memperhatikan wajah keruh Alvarez sudah paham penyebab cowok tampan itu jadi kesal seperti itu, pasti karena Viola si pujaan hati, siapa lagi yang bisa membuat Alvarez uring uringan seperti itu kalau bukan viola.
"clam bro, kenapa?", tanya Ezra,
"mau kerja kelompok, pasti ada tuh cowok", jawab Alvarez,
keempat temannya tergelak, lucu juga kalau seorang Alvarez sedang mode cemburu seperti itu.
"namanya juga kerja kelompok, jelas bareng bareng", timpal Kenzie,
Alvarez hanya mendengus malas mendengar ucapan Kenzie
Sedang disekolahnya Viola sedang membahas rencana kerja kelompok mereka, mereka belum menentukan tempatnya.
sekolah sudah bubar sejak setengah jam yang lalu, tapi mereka masih setia diparkiran sekolah entah apa yang sedang mereka tunggu karena kelompok mereka pun hanya bertiga.
Akhirnya mereka memutuskan untuk mengerjakan tugasnya dikafe yang letaknya lebih dekat dari rumah mereka yang memang searah.
Mencari tempat yang lebih sepi agar bisa mengerjakan dengan fokus, mereka bertiga duduk anteng dengan Viola yang fokus menghadapi layar laptop milik Kiara, sedang Lula fokus membaca buku paket dan Kiara sendiri membantu mencari bahan melalui ponselnya.
Banyak tatapan mata tertuju pada viola, gadis cantik tapi sederhana, mata biru indahnya, kulit putih bersih dan wajah blasteran yang sangat kentara, membuat banyak pasang mata cowok cowok yang juga sebagai dikafe itu menatap memuja.
Hal itu sudah biasa bagi Viola, Lula dan Kiara, karena memang gadis mereka pungkiri kalau paras Viola memang sangat cantik meskipun tanpa polesan make up apapun.
Tapi viola tidak pernah memperdulikannya, dia hanya cuek seolah tak melihat apapun, karena kadang dia akan risih diperhatikan seperti itu.
"pesona orang cantik emang beda ya Ki", ucap lula,
"ho'oh, dimana mana selalu jadi pusat perhatian", sahut Kiara,
Kiara hanya mendengus sebal, sudah kebiasaan kalau teman temannya itu selalu menggodanya.
"tapi bener lho vi, makin kesini wajah bule loe tuh makin kelihatan banget, kayak loe menag benar benar orang bule", kata Lula sambil menatap kearah Viola,
"bulepotan maksud loe", kata viola jengah karena bukan hanya kali ini dia mendengar orang berkata seperti itu padanya.
tidak dipungkiri kalau viola selalu kepikiran dengan omongan orang tentang parasnya yang memang tidak ada mirip miripnya dengan kedua orang tuanya malah lebih ke blasteran yang lebih menonjol ke bulenya.
terkadang juga viola memikirkan apakah mungkin dia bukan anak dari kedua orang tuanya, ataukah dia anka ibunya tapi bukan dengan ayahnya, atau mungkin malah dia hanya anak pungut?
Kalau sudah terpikirkan soal itu Viola jadi stress sendiri, apalagi warna matanya yang biru itu, dulu saat dia bertanya tentang warna matanya yang berbeda dengan kedua orang tuanya, mereka hanya akan menjawab kalau saat lahir mata Viola mangalami kelainan jadi kornea matanya memiliki warna yang berbeda.
tapi makin dewasa viola tidak bisa menerima alasan itu, ditambah dengan parasnya yang lebih mirip dengan orang luar, entahlah ingin bertanya tapi dia takut menyinggung perasaan ayah dan ibunya.
"tapi bener kali vi, wajah loe makin kesini makin gak ada muka orang Indonesianya sama sekali, bule banget, anak anak aja kalau gak tahu ayah dan ibu loe mereka pasti mikirnya orang tua loe berasal dari luar negeri", kata Lula,
"entahlah, gue gak peduli, yang penting bagi gue cuma gue anak ayah dan ibu gue cuma itu", kata viola.
Kedua temannya pun hanya mengangguk saja.
"oh iya, loe udah dengar belum gosip yang tersebar dibase sekolah?", tanya Kiara,
"gosip?", tanya viola,
"ho'oh, gosip loe sama Alaric", sahut Lula,
Viola mengerutkan keningnya tak paham, dia dan alaric memang ada apa antara mereka, pikirnya.
"loe pasti belum tahu kan?", terka Kiara karena viola memang orangnya tidak suka mendengarkan atau peduli tentang gosip gosip yang beredar di base sekolah mereka yang memang terkadang tidak begitu penting.
"emang kenapa sama gue dan Alaric?", Viola berbalik bertanya,
"gosipnya Alaric suka sama loe vi, loe gak bisa rasain apa perhatian dan sikap lembut Alaric sama loe", kata Lula, viola malah melongo mendengar ucapan Lula yang menurutnya sangat lucu,
"alaric selama ini cuek banget sama cewek yang mendekatinya tapi sama loe dia beda, malah kayak seneng seneng aja gitu", sahut Kiara,
"gak usah bikin gosip makin kemana mana deh kalian, kalau sampai Alva denger bisa ngamuk dia", kata viola yang selalu ngeri dengan ancaman alvarez kalau dia tidak boleh dekat dengan cowok lain disekolahnya.
"tuan muda loe itu memang posesif banget vi, heran gue, loe udah di klaim jadi miliknya", kata Lula,
"dia tuh cinta mati sama loe vi", kata Kiara membenarkan ucapan Lula,
"gak usah makin aneh deh ucapan kalian, gue sama Alva tuh bagai langit dan bumi, gak akan bisa mungkin bersatu, gue sadar diri dengan posisi gue yang cuma anak pembantu, keluarga William keluarga terpandang, mereka pasti akan memilih orang yang tepat untuk anaknya dan itu bukan gue", jelas Viola,
"tapi apa loe gak ada perasaan apapun sama Alvarez selama ini?", tanya Kiara penasaran,
"perasaan, perasaan apa maksud loe, gue sama dia udah terbiasa bersama sejak kita kecil, kalaupun ada perasaan tak lebih sebagai saudara", kata viola.
Lula dan Kiara pun mengangguk paham, memang benar apa kata viola keluarga William tidak akan begitu saja menerima orang yang akan bersanding dengan sang putra tunggal mereka, pasti mereka akan mencari yang setara dengan mereka baik dari segi materi, pendidikan dan latar belakang, dan posisi Viola hanya sebagai anak pembantu disana.
"udah udah kita kerjain tugas kita, gak akan selesai nih kalau kita ngobrol terus", ucap Viola,
"iya makin sore kita pulang bisa ngamuk ngamuk tuh tuan muda loe", goda Kiara yang membuatnya Viola menatapnya tajam,
Lula dan Kiara malah semakin tertawa melihat reaksi Viola yang selalu kesal kalau membahas tentang tuan muda yang posesif itu.
permasalahan d bikin panjang bukannya seru bacanya malah jenuh orang bacanya
lanjut thor
kenapa ga d persingkat bahwa kakeknya dalang dr semua yg menimpa viola
lama" jenuh setiap buka bab baru pasti itu lagi itu lagi masalahnya ..
berbelit belit