Rekomendasi Cerita " She's My Wifeꨄ "
Introspeksi adalah kisah tentang Aldo dan Farin, pasangan yang telah bersama sejak SMA dan berhasil masuk universitas yang sama. Namun, hubungan mereka mulai terasa hambar karena Farin terlalu fokus pada pendidikan, membuat Aldo merasa kesepian.
Dalam pencarian kebahagiaan, Aldo berselingkuh dengan Kaira. Ketika Farin mengetahui perselingkuhan tersebut, dia melakukan introspeksi dan berusaha memperbaiki dirinya. Meskipun begitu, Farin akhirnya memilih untuk melepaskan Aldo, dan memulai hubungan baru dengan seseorang yang lebih menghargainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke Masa Sekolah 01
...»»————> Perhatian<————««...
...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....
...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...
...Untuk memahami apa yang terjadi antara Farin dan Aldo sekarang, kita perlu kembali ke masa lalu, saat mereka masih duduk di bangku sekolah. Saat itulah semua ini dimulai, ketika sebuah perkenalan sederhana mengubah jalan hidup mereka....
...• 2021 Awal dari Segalanya •...
Farin terbangun dengan suara burung berkicau di luar jendela kamarnya. Cahaya matahari pagi menyelinap melalui celah-celah tirai, memberikan kehangatan yang lembut. Dia mengusap matanya dan melihat jam di meja samping tempat tidur. Masih pukul lima pagi, waktu yang biasa ia bangun.
Farin bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar. Di dapur, ibunya, Ibu Mega, sudah siap dengan apron merah muda yang sering dipakainya saat membuat kue. Aroma manis dari adonan kue yang sedang dipanggang menyebar ke seluruh rumah.
“Selamat pagi, Nak,” sapa Ibu Mega sambil tersenyum ketika melihat Farin masuk ke dapur. “Bagaimana tidurmu?”
“Pagi, Bu. Tidurku nyenyak,” jawab Farin sambil mencium pipi ibunya. “Apa yang Ibu buat pagi ini?”
“Kue bolu dan roti manis. Ibu tahu kamu suka roti manis, jadi Ibu buatkan khusus untukmu,” kata Ibu Mega sambil memberikan sepotong roti kepada Farin.
“Terima kasih, Bu,” kata Farin sambil tersenyum. “Aku akan bawa beberapa kue ke koperasi sekolah seperti biasa, ya?”
“Tentu, Nak. Ibu bangga sekali melihat kamu selalu membantu Ibu,” kata Ibu Mega dengan penuh kasih sayang.
“Dari dulu, sejak kamu masih di SD, kamu selalu rajin bawa kue-kue ini ke sekolah untuk dijual di koperasi. Ibu masih ingat, waktu itu kamu yang minta sendiri, katanya mau belajar berdagang dan bertemu banyak teman. Sekarang lihatlah, kamu bukan hanya pintar belajar, tapi juga pandai berjualan. Ibu senang sekali melihatmu tumbuh seperti ini.”
Farin tersenyum dan mengambil beberapa kotak kue yang sudah dibungkus rapi dan memasukkannya ke dalam tas. Selain menyukai belajar, Farin juga menikmati berjualan di sekolah. Itu memberinya kesempatan untuk bertemu banyak orang dan melatih kemampuan komunikasinya.
Di Sekolah
Hari pertama di kelas 11 dimulai dengan rasa gugup dan antusiasme. Farin memasuki kelas barunya, melihat sekeliling, dan mengenali beberapa wajah yang dikenal. Kelas ini dipenuhi oleh siswa-siswa pintar, kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga berada. Namun, Farin tak terlalu memedulikan itu. Baginya, yang terpenting adalah bagaimana dia bisa terus belajar dan mencapai prestasi terbaik.
Di sudut kelas, Farin melihat Aldo. Dia tampak sedikit canggung dan tidak terlalu berbaur dengan yang lain. Farin mengenalnya sebagai anak yang pendiam dan jarang menonjol di kelas. Entah bagaimana, Aldo bisa masuk ke kelas ini. Mungkin karena dia anak orang kaya? Farin tidak terlalu memikirkan hal itu.
Saat pelajaran dimulai, Farin dengan cepat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Dia terkenal di sekolah karena kemampuannya yang luar biasa dalam matematika dan sains. Saat dia mengumpulkan tugasnya dengan hasil sempurna, teman-temannya memandangnya dengan kagum.
Sementara itu, Aldo masih bergulat dengan soal pertama. Dia tampak frustasi, berulang kali menghapus jawabannya dan mencoba memulai dari awal. Farin memperhatikan ini dari sudut matanya dan memutuskan untuk mendekati Aldo.
"Hei, kamu butuh bantuan?" tanya Farin dengan senyum ramah.
Aldo terkejut dan sedikit canggung. "Oh, uh, mungkin… ya, aku nggak bisa ngerjain soal ini."
Farin duduk di sebelahnya dan mulai menjelaskan cara menyelesaikan soal tersebut. Aldo mendengarkan dengan seksama, terpesona oleh kecerdasan dan kesabaran Farin. Sejak saat itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh di dalam hati Aldo—rasa tertarik yang perlahan berubah menjadi cinta diam-diam.
...***...
Mengerjakan Tugas Kelompok di Rumah Aldo
Beberapa minggu kemudian, guru mereka memberikan tugas kelompok yang harus dikerjakan bersama-sama. Aldo kebetulan satu kelompok dengan Farin, bersama beberapa teman lainnya. Kesempatan ini membuat Aldo sangat senang. Dia melihatnya sebagai peluang untuk bisa lebih dekat dengan Farin, meskipun dia tahu ada banyak saingan yang juga tertarik pada gadis pintar dan baik hati itu.
“Bagaimana kalau kita kerjain tugas di rumahku?” usul Aldo saat mereka berdiskusi. “Aku punya tempat yang nyaman, dan kita bisa nonton film atau main game setelah selesai tugas.”
Beberapa teman langsung setuju dengan ide itu. Siapa yang bisa menolak kesempatan untuk menghabiskan waktu di rumah besar dengan fasilitas lengkap? Farin awalnya ragu, tapi karena mayoritas teman-teman setuju, dia pun mengikuti dengan syarat bahwa mereka harus menyelesaikan tugas terlebih dahulu sebelum bersenang-senang.
Hari itu, mereka berkumpul di rumah Aldo. Rumahnya besar, dengan halaman luas dan kolam renang di belakang. Semua orang tampak terkesan, kecuali Farin yang lebih fokus pada tugas yang harus mereka selesaikan.
Mereka duduk di ruang tamu yang luas dengan meja penuh makanan ringan. Farin langsung memulai diskusi tentang tugas yang harus mereka kerjakan, sementara yang lain lebih tertarik untuk melihat-lihat rumah.
"Ayo kita mulai, supaya nanti kita punya waktu buat santai," kata Farin tegas, tetapi tetap dengan senyum di wajahnya.
Aldo, yang duduk di sebelahnya, berusaha mengikuti instruksi Farin. Namun, dia merasa sedikit gugup. Ini pertama kalinya dia berada sedekat ini dengan Farin di luar sekolah.
"Farin, gimana kalau kita bagi tugas?" usul Aldo. "Kamu bisa ngerjain bagian yang paling sulit, dan kita semua bisa bantu di bagian yang lebih gampang."
Farin mengangguk. "Oke, tapi kita tetap harus kerja sama ya. Biar hasilnya maksimal."
Mereka mulai mengerjakan tugas dengan serius. Farin memimpin kelompok dengan baik, memastikan setiap orang berkontribusi dan mengerti apa yang harus dilakukan. Aldo terus mengamati Farin dari sudut matanya, mengagumi cara dia mengatur semuanya.
Setelah beberapa jam bekerja keras, mereka akhirnya menyelesaikan tugas mereka. Semua orang merasa lega dan siap untuk bersantai. Beberapa teman Farin langsung menuju ke kolam renang, sementara yang lain mulai menonton film di ruang keluarga.
Farin masih di ruang tamu, merapikan catatan dan memastikan semua tugas sudah benar-benar selesai. Aldo mendekatinya, membawa segelas jus.
"Kamu nggak mau ikut bersenang-senang?" tanya Aldo sambil menyerahkan jus itu kepada Farin.
Farin tersenyum dan mengambil gelas itu. "Aku akan ikut setelah ini. Aku cuma mau memastikan semuanya sudah beres."
Aldo duduk di sebelahnya, merasa ada kesempatan untuk bicara lebih banyak dengan Farin. "Kamu hebat, Farin. Aku nggak tahu gimana kita bisa ngerjain tugas itu tanpa kamu."
Farin terkekeh. "Terima kasih, tapi kita semua kerja keras kok. Lagipula, aku senang bisa bantu."
Ada jeda sejenak, di mana mereka hanya duduk dalam diam. Aldo merasa hatinya berdebar, tetapi dia tidak tahu harus berkata apa lagi. Namun, dia tahu bahwa momen seperti ini jarang terjadi, dan dia ingin memanfaatkannya.
"Farin," Aldo akhirnya berbicara dengan suara pelan, "Aku... aku sebenarnya selalu kagum sama kamu. Kamu pintar, baik, dan... ya, aku suka cara kamu menghadapi semuanya."
Farin tersenyum kecil, tetapi sebelum dia bisa menjawab, salah satu teman mereka berteriak dari kolam renang, "Farin! Aldo! Ayo sini, kita main air!"
Farin tertawa dan berdiri. "Ayo, kita gabung sama yang lain."
Mereka berdua berjalan menuju kolam renang, di mana suasana berubah menjadi lebih santai dan menyenangkan. Farin segera disambut oleh teman-temannya yang langsung mengajaknya bermain air, sementara Aldo hanya berdiri di pinggir, memperhatikan dari kejauhan.
ingat perjuangan mendptkn Farinkn?
tp salut lah sma farin
langsung kicep tu ankmu..
tp yg penting tetep setia