Karena tidak sengaja terluka oleh barang berbahaya dari seorang pelanggan gila. Hisa harus berakhir dengan penyakit aneh yang sekian detik menghancurkan bagian tubuhnya.
racunnya terlalu kuat membuatnya harus mencari beberapa bahan ramuan yang langka atau bahkan sudah menjadi legenda hanya untuk sekedar sembuh.
tapi...kejadian berbahaya yang tidak dia inginkan terjadi satu demi satu, mengejarnya sekuat tenaga seolah mencegahnya untuk hidup.
"Dewi keberuntungan, dimanakah engkau? aku sangat lelah hingga raga ku tidak sanggup lagi untuk hidup!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lulanan astraya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dia datang
jeda singkat karena dilempar tidak membuatnya lengah.
Dia menggoyangkan kakinya yang terjerat dengan putus asa sambil berteriak pada pemuda didepannya yang masih asik meneliti tubuh anomali.
"Hei, makhluk tersebut tidak akan bertahan lama jika tidak dibantai dengan senjata khusus!"
pria kekar itu sepertinya tidak terlalu memperhatikan senjata yang memaku tubuh anomali hingga tidak bisa membedakan sabit sebesar itu dengan senjata biasa.
Hisa menatapnya sambil mengangkat alis, dia menatap Aruba dengan pandangan geli sebelum menarik kembali pedang bulan sabit itu dari tubuh Dabael. Namun, jeda waktunya tidak lama sebelum dia menancapkannya kembali diatas kepala Dabael dan membelahnya menjadi dua bagian.
"AARRRRHHMM!!" teriakan terakhir melengking hingga bisa memecahkan gendang telinga sebelum gumpalan daging itu meleleh seperti lilin yang terbakar. Sebuah kepingan kristal terjatuh dan mengeluarkan suara renyah saat jatuh ke lantai, memiliki warna merah muda dengan kilatan hijau yang mungkin bagian dari anomali.
"uuu, cantiknya. baru kali aku melihat kristal berwarna merah muda seperti ini" Hisa berseru sambil berjongkok untuk mengagumi keindahan kristal tersebut.
Aruba sedikit tercengang melihat betapa mudahnya pemuda didepannya membunuh anomali hanya dengan sekali tebasan.
Dan juga kapan senjata sebesar itu muncul!, apakah itu senjata khusus. Darimana asal pemuda ini?!
"kau?...."
Hisa meliriknya dengan bingung seolah bertanya ada apa.
"siapa kau?" pertanyaan yang ragu dia ucapkan akhirnya terucap. Bagaimana tidak, melihat sosok mungil pemuda itu yang hanya setinggi bahunya begitu kuat dan tanpa rasa takut saat pertama kali melihat anomali. Awalnya dia mengira hanya anak nakal yang sengaja kabur dari rumah malam-malam.
Hisa akhirnya tersandar, dia menyadari bahwa dia lupa memperkenalkan diri.
Dengan senyuman sopan dan jentikan jari senjatanya menghilang diudara lalu dia berkata.
"oh! maafkan aku karena lupa memperkenalkan diri, halo aku Hisa elf dari Klan Zyum cabang dari klan elf tertua Bait. aku adalah pemilik toko barang antik di ujung jalan ini, profesi kedua ku adalah pemburu Dabael."
Senyumnya sangat manis hingga mata dengan pupil biru itu melengkung. Lihat...lihat siapa yang akan percaya pria semuda ini bisa seberani itu, walau dia tahu bahwa setiap cabang ras elf adalah bangsa terkuat setelah ras naga namun sudah rahasia umum kalau ras elf itu acuh tidak acuh bahkan terkesan dingin. Mereka tidak akan membantu bahkan jika teman mereka sedang sekarat.
Namun, melihat sifat ceria hingga terasa menyilaukan yang terpancar dari aura Hisa membuatnya meragukan apakah dia benar-benar ras elf yang dingin dan berdarah dingin menurut rumor.
Seolah melihat keraguan Aruba, Hisa hanya hanya menyibakkan rambut hitam tebalnya yang sedikit panjang memperlihatkan telinga lancipnya. Telinganya tidak terlalu panjang seperti telinga elf lain namun masih terlihat lancip dan runcing.
Seolah ingin lebih meyakinkan orang didepannya dia melambaikan tangannya dengan lembut, cahaya hijau dengan bintik kecil cahaya menyelimuti tangannya disertai gemuruh retak lantai yang ditembus oleh semacam akar tanaman.
Dia melambai-lambai dan memanipulasi tanaman tersebut dan menjerat kaki Aruba lalu mengangkatnya terbalik sebelum melepaskannya.
"percaya sekarang? Walau aku tidak sekuat Klan utama elf Bait namun Klan zyum juga memiliki kelebihan, mereka bisa memanipulasi tamanan apapun tergantung ketahanan fisik dan mental elf tersebut dan juga jangan terlalu percaya rumor yang beredar, bangsa elf tidak sedingin itu."
Hisa tersenyum lagi. Namun segera dia menunjukkan ekspresi terkejut, mulutnya terbuka dan matanya melebar.
"Ah....apa kau dari daerah lain? Seharusnya warga didaerah sini mengenal ku. Haaah pantas saja kau nampak terkejut melihat ku rupanya berasal dari tempat yang jauh" Hisa menyentuh dagu dengan tangannya berpose seperti detektif handal seolah dia telah menemukan petunjuk yang mengejutkan.
Terjadi keheningan singkat pada saat Hisa selesai berbicara.
"ah, membosankan....karena tidak ada yang aku temukan disini maka aku pergi dulu. Sampai jumpa paman!"
Paman!!
Dia baru berumur dua puluh lima tahun!! Belum tua bahkan masih lajang!!
"kemana kau pergi?" Aruba bertanya setelah berdiri dari lantai, dia menghapus debu yang tidak ada dan menatap tajam Hisa.
"pulang, memangnya apa lagi?"
Setelah mengucapkan kalimat pendek itu dia segera berlalu, saat akan membuka pintu tiba-tiba dobrakan kuat dari luar menghantam pintu yang membuat pintu terbanting dan terbentur dinding hingga mengeluarkan suara keras.
Seorang wanita yang akrab terlihat didepannya, wajahnya tidak lagi kuyu seperti tadi sore malahan digelap malam wajah itu nampak bengis dan jahat.
Matanya berputar dan melihat sekilas kristal merah muda dilantai, tiba-tiba matanya melebar dan memerah seolah ada yang membuatnya gila dia berteriak dan hendak memukul Hisa yang segera menghindarinya.
"mati! Mati kau!! Kau membunuhnya aaah!!" perilakunya semakin tidak jelas hingga nampak gila Aruba segera membantu dan menahan wanita gila itu kelantai.
"ada apa dengan dia?" Aruba bertanya pada Hisa dengan nada kebingungan.
Pemuda itu menunduk hidungnya lalu berkata dengan wajah ceria.
"kontaminasi energi anomali, tubuhnya berbau busuk seperti bangkai yang menandakan dia telah berhubungan dengan Dabael yang berupa kabut setidaknya seminggu ini."
Hisa sedikit menjeda ucapannya, lalu dia menggoreskan kukunya kelantai yang berdebu dengan linglung.
"Mungkin energi gelap pada Dabael kali ini lebih terkonsentrasi hingga bisa melahap tubuh anjingnya namun anjing tersebut tidak sepenuhnya mati dan malah membuat energi yang ada di tubuh anjing tersebut masuk pada wanita itu. Lalu Dabael akan memerintahkannya untuk mengirim korban padanya untuk dijadikan makanan.
Awalnya aku ingin segera membunuhnya di toko ku namun saat itu masih sore dan masih banyak orang yang berlalu lalang di depan toko ku.
Apakah kau masih ingin menahannya atau aku bisa segera membunuhnya?"
Hisa segera menjentikkan jari dan segera sabit besar muncul ditangannya yang berkilau dengan cahaya dingin.
Aruba segera menghentikannya.
"aku akan membawanya pada asosiasi penyihir, mungkin mereka bisa mengeluarkan energi jahat yang ada di tubuhnya. Dan kita bisa menyelidiki kejadian ini darinya"
Hisa segera mengangguk setuju dan melepaskan senjatanya.
"baiklah namun harap hati-hati, bahkan jika dia bukan seorang penyalur energi utama dia tetap terkontaminasi yang kemungkinan dapat menyalurkan energi jahatnya pada mu"
Setelah berkata begitu dia segera pergi dan menghilang dijalan.
Aruba menatapnya sebelum segera pergi sambil membawa wanita gila yang meronta itu.
Tidak ada bintang dilangit malam itu, bahkan angin yang bertiup terasa lebih dingin mematikan. Hisa menyenandungkan lagu asal-asalan dan sesekali melompat dengan lompatan kecil di jalan. Namun, dia segera berhenti dan mengeluarkan ekspresi menyakitkan.
Dia melupakan kristal itu!! Dan itu sangat cantik hingga ingin memajangnya di sekitar koleksi kristal lain yang dia peroleh.
Tamannya masih terlihat dari kejauhan namun dia terlalu malas untuk berbalik bahkan perutnya berbunyi nyaring, memprotesnya karena tidak diberi makan.
Antara memilih berbalik mengambil kristal itu atau pulang untuk makan, Hisa memilih untuk pulang. Bahkan jika dia tidak dapat mengoleksinya dia masih bisa mencarinya pada anomali lain.
seharusnya pria yang katanya dari guild lokal itu sudah mengambilnya.
"uuu, aku tidak terlalu suka bayaran yang diberikan wanita itu. Seharusnya aku meminta lebih."