Petualangan seorang putri dengan kekuatan membuat portal sinar ungu yang berakhir dengan tanggung jawab sebagai pengguna batu bintang bersama kawan-kawan barunya.
Nama dan Tempat adalah fiksi belaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resi Sundek & Jaka Satya
" Klang.. Klang.. Klang..!! " Suara besi yang ditempa para panjak Resi Sundek berkumandang terdengar sangat nyaring.
Sang Resi sedang membuat keris yang dipesan oleh seorang punggawa kerajaan Jhamapati. Di bantu empat orang panjak yaitu Kirman, Sura, Tejo, dan Jaka.
Keringat dan peluh keluar di sekujur tubuh mereka karena begitu panasnya tempat itu.
Secara beruntun keempat bawahannya menempa logam panas yang telah dilipat berkali kali itu. Sang Resi yang sebelumnya berpuasa dan membuat perhitungan rumit itu sudah meyakini kesaktian apa yang akan terkandung dalam keris buatannya itu.
Pamor yang dia taruh didalamnya adalah dari logam batu bintang yang dua hari lalu di temukannya.
" Baik berhenti sebentar " Perintahnya pada para bawahannya itu.
Dia kemudian mencelupkan keris yang masih belum di tatah itu ke dalam minyak.
"Nyosssshhhh... "
Dia menunggu beberapa saat kemudian membersihkan keris itu dengan kain.
"Baiklah kalian istirahatlah dulu aku akan membuat sketsa pada keris ini untuk diukir," katanya kemudian kepada para panjak nya.
"Baik, resi! Kami ijin istirahat dulu di luar" jawab Sura yang merupakan senior panjak disitu.
"Silahkan " sembari menjawab Empu Sundek membawa keris itu ke dalam ruang kerjanya yang khusus untuk mengukir keris.
Di luar keempat panjak itu seolah terbebas dari neraka yang panas dan pengap.
" Sepertinya kali ini kita mendapat pesanan yang lain dari keris keris sebelumnya apa kalian merasakannya " tanya Sura pada ketiga rekannya.
"Benar, hawa yang dikeluarkan pamor keris itu sungguh tidak biasa " sahut Tejo
"Panasnya luar biasa sampai kering kerongkongan ku" celetuk Kirman sambil menenggak air kendi yang terasa menyegarkan tenggorokannya.
"Entahlah ini kan untuk pertama kalinya aku ikut menempa keris " Jaka menimpali. Dia yang paling muda diantara panjak itu dan hari itu juga adalah kesempatan pertamanya menjadi seorang panjak atau asisten Empu.
" Apakah sebelumnya memang tidak sama seperti hari ini? " sambungnya sambil menerima Kendi yang di sodorkan Kirman dan mulai menenggak air kendi.
"Hah...apa kamu tidak merasa terbakar dan pengap tadi waktu menempa keris itu, memang berbeda dengan keris sebelumnya yang hawanya biasa saja " jawab Sura.
"Tidak paman Sura aku biasa saja tadi , lihat! Aku juga tak banyak berkeringat seperti sampean semua kan? " Jaka sendiri setengah heran.
"Oiya itu keris pesanan siapa ? " tanya Kirman
" Itu pesanan Punggawa Sudirga katanya akan dia berikan pada putranya."jawab Sura.
"Jaka kamu juga putra punggawa kan kenapa kamu gak ikut meneruskan ikut jejak ayahmu," sambung Sura pada Jaka.
"Tidak paman aku tidak mau menjadi prajurit di keraton aku lebih suka jadi seorang pande besi saja. " sambil merendah dia menjawab alasannya itu.
"Hahahaha... Kamu memang beda Jaka tak seperti anak pegawai istana lainnya " Sura merasa lucu mendengar jawaban Jaka tersebut.
Jaka seorang pemuda yang bertubuh atletis dan berotot adalah anak seorang punggawa istana.
Ayahnya berharap dia juga turut menjadi punggawa seperti dirinya atau setidaknya prajurit istana namun tak disangka putranya itu sama sekali tak berminat meneruskan jejaknya.
Dan malah memilih menjadi seorang panjak dengan alasan ingin menjadi seorang Empu yang bisa membuat senjata sakti.
Jaka memang lebih tertarik dengan hal-hal yang melibatkan tentang senjata dan pembuatannya tapi dia tidak menyukai penggunaannya yang biasanya menghilangkan nyawa seseorang.
Dia berguru pada Resi Sundek dan yang dipikirkannya betapa hebatnya bisa membuat senjata yang sakti mandraguna dia masih ingat pelajaran yang diberikan Resi Sundek bagaimana proses membuat keris yang baik dan benar.
Awal pembuatan keris dilakukan dengan menyatukan pamor dan besi. Caranya, bahan pamor dijepit dengan dua besi dan ditempa. Sehingga terbentuk lapisan atau lipatan pada besi dan pamor.
Paling tidak, dalam proses penempaan ini diperlukan minimal seratus dua puluh delapan lipatan.
Sedangkan bila menginginkan kualitas yang bagus, setidaknya diperlukan minimal dua ribu lipatan. Makin banyak lipatannya, makin lama pula waktu yang diperlukan.
Sebab pada dasarnya cara membuat keris adalah dengan pembakaran, penempaan dan pelipatan.
Selama proses tempa, sang empu dan para panjak memasukkan besi dan bahan pamor berulang kali. Sehingga udara terasa sangat panas dengan abu pembakaran yang beterbangan.
Sesekali, besi yang menganga panas akan dicelupkan minyak secara mendadak sebagai proses pendinginan.
Proses pendinginan ini disebut nyepuh. Tujuannya adalah untuk mendapatkan besi yang kuat dan keras.
Setelah melewati rangkaian proses ini, baja dan bahan pamor yang tadinya berat akan berubah menjadi sebilah keris yang ringan, tipis dan kuat.
Keris mentah kemudian ditatah dengan corak. Bisa berupa ukiran hiasan atau pola, seperti motif hewan, tumbuhan, wayang, ataupun rajah dan mantra.
Semua itu ada dalam benak Jaka dan begitu bersemangat menjalaninya.
"TENG.. TENG.. TENG!! " Sang Resi menarik tali lonceng tanda istirahat telah usai.
Mereka berempat beranjak dari tempat itu dan berjalan ke arah Resi Sundek.
" Sura, apakah ada pesanan lain selain keris ini ? " tanya Resi Sundek
" Tidak ada Resi terakhir pesanan Lurah Bronto dari dusun Kedawung sepuluh cangkul tapi belum diambil beliau bilang lusa akan dia ambil " jelas Sura .
" Dan kau anak muda adakah kesulitan yang kau alami selama bekerja di sini? " Resi Sundek beralih ke Jaka.
" Semua baik-baik saja Eyang Resi " jawab Jaka tersentak kaget karena tak menyangka akan ditanya.
"Maaf Eyang Resi kapan saya akan di ajari mencari bahan pamor untuk keris? " lanjut Jaka yang penasaran dengan bahan material pamor pada keris.
"Oh itu nanti aku sampaikan pada Sura agar kau ikut dengannya mencari bahan pamor, tapi sepertinya masih belum saatnya kamu le cah bagus "
" Pelajari dulu cara menempa dan melipat besi yang baik dan benar dulu " sambung Resi Sundek kepada Jaka. Dia merasa heran ada pemuda yang berminat menekuni profesi sebagai pande besi atau mungkin ingin menjadi Resi seperti dirinya?
"Baik Eyang Resi saya akan berlatih lebih giat lagi." jawab Jaka.
"Bagus segala sesuatu harus dijalani dengan kesabaran dan ketekunan supaya kau punya kepribadian yang lebih dari yang lain, mengerti thole? "kata Resi Sundek.
" Mengerti Eyang Resi. " ucap Jaka dengan cepat.
"Baiklah kalian semua boleh kembali ke rumah hari ini sudah cukup karena aku hanya tinggal mengukir keris itu dan Jaka besok kau akan aku ajari menatah keris dengan benar. "
" Dan ini bayaran untuk kalian hari ini. " . sambil berujar Resi Sundek memberikan kantong kecil berisi dua keping perak pada semua asistennya itu.
"Matur nuwun Resi " serentak keempat panjak itu mengucapkan terima kasih mereka sambil sumringah tersenyum.
Resi Sundek memang seorang Empu yang baik dan memahami kondisi pekerjanya, apalagi hari ini dia pun merasa tersiksa ketika harus memegang keris yang ditempa keempat Panjak nya itu.
Pembuatan keris kali ini baginya pun juga sangat berbeda dengan pembuatan keris sebelumnya. Dia mengamati panjaknya yang juga mengalami hal yang sama dengan dirinya kecuali satu panjak yang membuatnya heran yaitu Jaka.
Sang Resi heran kenapa Jaka tak seperti merasakan tekanan hawa panas yang dirasakannya juga rekan panjak lainnya?
" Ah sudahlah selanjutnya akan terjadi peristiwa apa jika keris ini sudah aku berikan pada Punggawa Sudirga. " Batin Resi Sundek ketika melihat para Panjak nya berjalan ke rumah mereka masing-masing dari kejauhan.
Ayo Thor ini request aku pengen novel ini jangan di tamatin dulu