NovelToon NovelToon
Cahaya Untuk Zeyyan

Cahaya Untuk Zeyyan

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:16.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aryani

Cahaya adalah gadis yatim piatu yang memiliki adik perempuan bernama Syila, mereka di rawat oleh pamannya setelah kedua orang tuanya meninggal. Cahaya berjanji kepada adiknya untuk terus bersamanya, bahkan jika ia dijodohkan pun akan berusaha melawan.

Suatu ketika pamannya sedang dililit hutang dan tidak mampu membayarnya, akhirnya Cahaya yang di jadikan tebusan hutang tersebut. Ia dijodohkan dengan Zeyyan yang memiliki cacat fisik yaitu kelumpuhan, serta bersifat dingin. Syila sangat kecewa karena Cahaya mengingkari janjinya.

Cahaya mencoba untuk tetap tegar menerima kenyataan ini dan bersikap baik serta sabar, ia berharap suaminya bisa mengizinkan adiknya tinggal bersamanya, agar ia bisa memenuhi janjinya. Zeyyan sedikit terempati setelah tahu latar belakang kehidupan Cahaya, dan juga karena kesabarannya untuk mengurus dirinya.

Namun suatu hari, tunangan Zeyyan hadir kembali setelah menghianatinya dan membuatnya terpuruk selama ini dan berusaha merusak rumah tangga mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagaikan kopi hitam tanpa gula

Cahaya sedang membereskan piring kotor yang berada di meja makan, bersama adiknya yang duduk disebelahnya, tanpa membantunya karena Syila baru sembuh dari demam setelah dibuli beberapa hari yang lalu.

"Kakak, tidak bekerja?" Tanya Syila sambil melihat kakaknya.

"Kamu kan baru sembuh." Jawab Cahaya sambil fokus mencuci piring diwastafel.

"Kakakmu tidak akan bekerja lagi, besok dia akan menikah." Kata Diva yang tiba-tiba datang mengambil air minum.

"Apa? Jangan bercanda itu tidak lucu." Kata Syila ketus.

"Diva tidak bercanda, mulai sekarang kamu harus belajar mandiri dan tidak bergantung pada kakakmu terus." Kata Sita ikut nimbrung pembicaraan Diva.

"Apa itu benar, Kak Aya?" Tanya Syila kepada Cahaya, namun tidak dijawab.

"Kalau Kak Aya diam, berarti bener." Kata Syila kesal.

"Em. Itu." Kata Cahaya ingin menjelaskan, namun Syila sudah pergi lebih dulu dari sana sebelum Cahaya selesai berbicara.

"Syila!" Kata Cahaya memanggil adiknya namun tidak digubris sama sekali. Setelah selesai beres-beres Ia pun segera menyusul adiknya ke kamar.

"Syila!" Kata Cahaya sambil berjalan menghampiri adiknya yang sedang berbaring diatas tempat tidur sambil memeluk guling.

"Kakak jahat, Kakak mengingkari janji." Kata Syila masih dalam posisi yang sama.

"Bukan begitu, Syi. Kakak itu." Kata Cahaya tidak melanjutkan kata-katanya karena di potong oleh adiknya.

"Sudah, aku tidak ingin mendengar alasan apa pun." Kata Syila sambil menutup telinganya dengan bantal.

"Aku ingin sendiri." Kata Syila lagi.

Cahaya tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya pasrah dengan keadaan dan membiarkan adiknya seperti itu dan pergi meninggalkannya, karena ia tahu jika Syila sangat kecewa, itu terlihat dari perubahan sikapnya yang biasanya selalu manja padanya.

Setelah Syila tahu jika kakaknya akan menikah, ia hanya mengurung diri di kamarnya. Perasaan Cahaya semakin kacau dengan sikap adiknya itu, ia sudah berusaha membujuknya untuk makan namun sampai malam pun Syila masih tidak mau makan.

"Syila, tolong jangan seperti ini." Kata Cahaya sambil berkaca-kaca.

"Syila, hiks hiks." Kata Cahaya sambil menangis kerena sudah tidak bisa menahan air matanya.

"Iya, aku akan makan." Kata Syila yang akhirnya beranjak dari tempat tidurnya karena tidak tega dengan kakaknya.

.....

Waktu begitu cepat berlalu, hari pernikahan Cahaya dan Zeyyan pun telah tiba. Namun acara pernikahan tersebut hanya digelar dengan sederhana karena mereka hanya dinikahkan secara siri dan tidak mengundang banyak orang.

Bagaimana layaknya pengantin wanita biasanya, Cahaya dirias dengan secantik mungkin dengan memakai gaun pengantin berwarna putih yang elegan dengan jilbab dan hiasan yang senada dengan gaunnya. Cahaya terlihat begitu cantik dan anggun di hari yang menyedihkan baginya, ditambah Syila tidak mau menghadiri acara itu, ia pun tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa pasrah menjalaninya, seperti boneka yang dikendalikan sesuai keinginan pemiliknya.

Begitu pun dengan Zeyyan, hari ini adalah hari yang tidak ada artinya sama sekali baginya, hanya hari kedua yang buruk baginya, setelah apa yang terjadi pada dirinya satu tahun yang lalu.

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah."

Pernikahan itu berjalan dengan lancar, Zeyyan mengucapkan ijab kabul dengan lancar hanya perlu satu tarikan saja meski itu terpaksa, namun tak ada senyum bahagia dari pasangan pengantin ini, bagaikan kopi hitam tanpa gula.

#

Waktu berlalu acara itu pun sudah selesai, kini perangan pengantin itu sudah berada di kamarnya.

"Apa yang sebenarnya kamu inginkan?" Tanya Zeyyan dingin tanpa sambil menatap tajam istrinya yang sedang duduk di sofa sambil menunduk.

"Apa maksudmu?" Tanya Cahaya sambil meninggalkan kepalanya.

"Katakan saja jika kamu menginginkan uang, aku akan memberikannya berapa pun yang kamu inginkan asal kamu pergi dari sini." Jawab Zeyyan.

"Maaf, saya memang orang miskin tapi saya tidak serakah dengan harta." Kata Cahaya merasa tersinggung dengan pertanyaan Zeyyan.

"Saya tidak menginginkan apa pun dari dirimu." Lanjut Cahaya.

"Lalu kenapa kamu mau menikah denganku?" Tanya Zeyyan lagi, namun tidak dijawab.

"Katakan!" Kata Zeyyan dengan nada sedikit tinggi.

"Saya rasa anda sudah tahu dengan alasannya." Kata Cahaya sambil mengalihkan pandangannya.

"Sudah ku duga kamu menginginkan sesuatu dariku." Kata Zeyyan.

"Ingat satu hal, aku terpaksa menikahimu jadi jangan berharap lebih. Dan satu lagi, aku tak ingin disentuh olehmu." Kata Zeyyan sambil menunjuk istrinya.

"Dan kau tidur di sofa."

"Paham!"

"Iya." Kata Cahaya lembut sambil mengepalkan tangan karena perkataan Zeyyan yang dilontarkan pada dirinya. Sedangkan Zeyyan pergi keluar dari kamar meninggalkan Cahaya sendiri.

"Huft." Cahaya menghela nafas untuk menetralkan perasaannya.

"Astaghfirullohahazim, kuatkanlah hambamu ini Ya Allah." Kata Cahaya didalam hati.

.....

Hari semakin malam, tapi Cahaya belum juga tidur, ia masih saja gelisah memikirkan adiknya, berkali-kali ia mencoba menghubunginya sambil mondar-mandir kesana-kemari, namun tidak ada jawaban, ia sangat cemas jika terjadi sesuatu dengannya.

"Kemana dia, jam segini belum juga tidur." Kata Zeyyan sambil melihat sekeliling kamar dan tidak mendapati keberadaan istrinya, karena penasaran ia pun pergi mencarinya.

#

Syila tidak peduli dengan ponselnya yang terus berdering sejak tadi, ia hanya berbaring ditempat tidur sambil memeluk guling. Karena sudah lama mengurung diri di kamar, ia merasa haus kemudian beranjak bangun dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Belum sampai di dapur langkahnya terhenti karena samar-samar mendengar suara Aryo bersama anak dan istrinya berbincang-bincang sambil tertawa bahagia. Karena penasaran ia pun pergi menguping pembicaraan mereka.

"Ternyata memang tidak ada ruginya kita menampung anak-anak itu." Kata Sita.

"Iya bisa melunasi hutang malah dapat bonusnya." Kata Diva.

"Hahaha. Sudahku bilang mereka itu ada gunanya, yang menguntungkan buat kita." Kata Aryo.

"Ya benar juga, Cahaya begitu mudah dimanfaatkan." Kata Diva.

"Tentu, dia sangat menyayangi adiknya. Jika ingin lagi kita bisa menggunakan Syila untuk meminta Cahaya memberikan uang pada kita. Suaminyakan sangat kaya." Kata Sita.

"Bener baget." Kata Diva.

#

"Apa? Jadi Kakak dipaksa oleh mereka dengan menggunakan aku. Kasihan Kak Aya, pasti dia sangat hawatir karena ku abaikan." Kata Syila didalam hati, kemudian segera kembali ke kamarnya dan mengangkat telepon kakaknya.

#

Cahaya duduk dilantai sambil bersandar di tembok, masih sambil terus menghubungi adiknya berharap Syila mau memaafkannya dan mengangkat telponnya.

"Angkat Syila angkat." Kata Cahaya sambil berlibangan air mata.

"Kakak mohon." Kata Cahaya lirih.

#

"Sedang apa dia." Kata Zeyyan melihat istrinya dari jauh.

"Syila?" Kata Zeyyan mendengar samar-samar istrinya menyebut satu nama.

"Siapa Syila." Kata Zeyyan penasaran dan memantaunya.

#

"Halo, assalamualaikum." Ucap Syila dari telepon.

"Waalaikumsalam."

"Syila, alhamdulullah akhirnya kamu mengangkat telpon kakak." Kata Cahanya sambil mengusap air matanya dan tersenyum senang.

"Iya, Kak. Maaf."

"Kakak yang minta maaf."

"Tidak, Kak. Kak Aya gak salah, aku yang salah."

"Kak Aya terpaksa melakukan ini."

"Maaf sudah membuatmu cemas."

"Tidak, tidak apa-apa."

"Apa kamu baik-baik aja disana?"

"Iya, Kak. Aku baik."

"Kamu sudah makan atau belum?"

"Sudah, Kak."

"Syukurlah kalau begitu, jaga diri kamu baik-baik ya. Kakak belum bisa menjengukmu."

"Iya, Kak."

"Kakak juga jaga diri baik-baik disana."

"Nanti kalo suami kakak galak bilang aja sama aku, biar aku pukul pakai sepatu." Kata Syila mencoba menghibur kakaknya.

"Iya." Kata Cahaya sambil tetsenyum senang karena adiknya berhadil menghiburnya.

"Ya sudah ini sudah malam, kamu tidur ya."

"Iya."

"Assalamualaikum, Kakakku sayang."

"Waalaikumsalam, Adikku sayang." Ucap Cahaya dan mengakhiri panggilannya.

"Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah karena sudah mengabulkan doaku." Kata Cahaya didalam hati sambil tersenyum.

#

"Hah, pandai bersandiwara. Dia pasti menginginkan belas kasihan dariku." Kata Zeyyan kemudian pergi kembali ke kamar.

Bersambung......

1
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ☠ᵏᵋᶜᶟɳҽ♋Ꮶ͢ᮉ᳟
semoga Reni tak membully syila
Ade Diah
karyanya bagus, semoga dapat pembaca yang lebih banyak lagi, aamiin
Ade Diah
Luar biasa
Ade Diah
hai kak, udah ketemu menarik semoga terus berjodoh.
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ☠ᵏᵋᶜᶟɳҽ♋Ꮶ͢ᮉ᳟
bawa aja syi gak enak kan udah dikasih
Yus Wirda
ceritanya bagus
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ☠ᵏᵋᶜᶟɳҽ♋Ꮶ͢ᮉ᳟
su'udzon dluan si zeyyan
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ☠ᵏᵋᶜᶟɳҽ♋Ꮶ͢ᮉ᳟
awal bab menarik
alifahnabilah
lucu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!