Tetesan-tetesan air hujan meninggalkan jejak basah kilau bening di pucuk-pucuk daun mahoni ditambah semburat cahaya mentari yang mulai meredup bak permata.... indah itulah dipengelihatanku.
Kumengadah ke atas kelabu itu sudah beranjak pergi berganti cahaya kemerahan di sana....kuhirup perlahan aromanya sambil memejamkan mata masih terasa segar....
Ku buka mata....masa itu... kenapa tiba-tiba menyergap ku....kuraba hatiku....masa yang selalu menghantui hidupku....apakah jejak kelabu dihatiku kan berganti ataupun sudah terkikis? kata hatiku berkata....aku rindu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Flashback 9 Tahun Yang Lalu: Rutinitas Monoton kehidupan Liona Haura
...•...
...•...
...•...
...~Selamat Membaca~...
...°°...
Drtt...drtt...drttt....drttt....
Suara alarm hpku mulai berbunyi menandakan untuk segera mulai aktivitas. Aku segera bangun dan menata kamar tidurku. Perasaan baru saja aku memejamkan mata kok sudah pagi saja.
Kegiatanku sebelum bekerja di warungnya Mbak Rina dan Om Dio adalah mengantar dan menemani ibuku belanja di pasar untuk membeli barang-barang yang ada di toko kelontong ibuku yang sudah habis atau yang tinggal sedikit juga membeli bahan masakan untuk hari ini.
Selesai berbelanja dan pulang kelanjutan rutinitasku yaitu bersih-bersih luar rumah dan Kakak perempuanku membersihkan dalam rumah jika berada di rumah kalau kedapatan bisa pulang kuliah dari luar kota. Semisal tidak pulang kegiatan beres-beres rumah semua yang aku kerjakan. Adik laki-lakiku tidak membantu dan kedua orang tuaku tidak menyuruhnya.
Apa karena di keluargaku menganut sistem patriaki aku juga tidak tahu, tapi kalau benar menganut ayahku kalau di rumah waktu cuti atau pas habis pulang bekerja ya mau melakukan pekerjaan rumah.
Setelah beres-beres rumah aku segera membersihkan diriku untuk bersiap bekerja. Sebelum sarapan dulu masakan yang sudah dimasak oleh Ibuku tercinta ini.
"Bu, Liona izin bekerja dulu ya...." kataku kepada Ibu yang sudah berada di toko kecil depan rumahku.
"Jam berapa ini?" kata Ibu
"Jam 9 kurang 10 menit Bu." jawabku.
"Kalau bisa jangan malam-malam to pulange." kata Ibuku lagi.
"Nggih Bu, Liona usahakan, kan musim liburan pasti ramai warungnya Mbak Rina dan Om Dionya Bu." jawabku memberikan pengertian
"Ya sudah hati-hati kerjanya." kata Ibuku lagi.
"Nggih Bu." kataku
Setelah berpamitan aku mengambil sepedaku dan kukayuh sepedaku menuju rumah Mbak Rina dan Om Dio.
Aktivitas kerjaku di warung Mbak Rina dan Om Dio itu mulai membereskan dan bersih-bersih dari warung sampai rumah mereka karena tipe warungnya itu gandeng dengan rumah mereka. Warung bagian depan rumah dan rumah di area belakang. Lalu melayani tamu dimulai membuatkan minum, mengantar makanan juga membakar sate.
Kalau musim liburan seperti ini seringnya aku bekerja dimulai saat warungnya belum buka sampai warungnya tutup.
Aku masih ingat gaji pertamaku selama seminggu Mbak Rina memberiku uang sebanyak 50 ribu dengan rentang waktu 7 jam setiap hari selama seminggu itu.
Meskipun jumlahnya kecil aku coba mensyukuri itu.
"Liona kalau mau pulang makan dulu ya, sayurnya ada di belakang ambil lauknya lho..." kata Mbak Rina sambil lalu ke belakang.
"Nggih Mbak Rina" sahutku sambil aku menyelesaikan cuci piringku.
Kubasuh tanganku dan mengelap tanganku dengan kain bersih yang telah aku gantung sehabis aku selesai mencuci piring pelanggan terakhir tadi. Akhirnya pekerjaan hari ini telah usai.
Warung juga sudah di tutup oleh Om Dio. Aku tadi juga sudah menyapu dan mengepel warung juga agar tidak begitu kotor untuk besok pagi aku bersihkan.
Aku tengok benda lingkaran berjarum 2 itu, jarum pendek mengarah angka 10 dan jarum panjang menunjukkan 3. Tidak terasa waktu sudah hampir setengah 11.
Aku segera ke belakang mengambil makan agar aku bisa lekas pulang. Mengistirahatkan badan ini yang mulai mengkonfirmasi dan membunyikan alarm di otak bahwa ingin rileks dan ingin merebahkan tubuh.
Makan malam itu segera aku selesaikan dan aku cuci piring bekas makan malamku lalu aku pamit pulang kepada Mbak Rina dan Om Dio.
"Om Dio, Mbak Rina, aku pamit pulang ya...." kataku sambil Salim ke mereka
"Oh iya hati-hati perlu dianter tidak?" kata Om Dio
"Yah anterin yah, sudah malem ini" kata Mbak Rina kepada Om Dio
"Tidak perlu, terimakasih, aku berani ini jalan raya masih ramai" kataku menolak penawaran itu.
"Ya sudah kalau berani, hati-hati lho ya....
selamat liburan datangnya tetap datang jam 9 pagi lho ya soalnya ramai pasti banyak pelanggan dari jauh yang datang" kata Mbak Rina
"Nggih, siap Mbak Rina" kataku menimpali.
Setelah berpamitan aku mengambil sepeda yang aku letakkan di perkarangan rumah mereka. Sepeda yang setia menemani aku selama bekerja bersama Mbak Rina dan Om Dio.
Rumah sudah terlihat gelap dan pintu tertutup. Meskipun tertutup pintu rumah tidak terkunci jadi memudahkanku untuk masuk rumah. Di rumah hanya ada Ibu dan adik laki-lakiku, ayahku masih kerja belum cuti dan kakak perempuanku jelas belum pulang karena masih sibuk dengan kuliahnya.
Setelah meletakkan sepedaku aku segera bersih-bersih, untuk segera menjemput dan menyebrang ke alam favoritku yaitu alam mimpi.
Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.
Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.
I have everything I need to be happy right now. Walau belum sesukses orang lain, tapi cukup kok.
Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.
Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.