NovelToon NovelToon
Petals Of Greedy

Petals Of Greedy

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Perperangan / Masalah Pertumbuhan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fadly Abdul f

Ini merupakan cerita kelanjutan, pelengkap ending untuk cerita Pelahap Tangisan dan baca cerita pertamanya sebelum cerita ini.

Di sebuah kota terdapat seorang gadis, dia dikaruniai keluarga beserta kekasih dan hidup selayaknya gadis remaja. Hidupnya berubah drastis dikarenakan kekasihnya meninggal sewaktu tengah bekerja, disebabkan itu Widia sangatlah terpukul akan apa yang terjadi dan tidak sanggup menerimanya. Dalam keadaan kehilangan arah, tiba-tiba saja boneka yang diberikan kekasihnya hidup dan memberitahu jikalau jiwa kekasihnya masih bisa tinggal di dunia.

Dengan harapan itu, Widia memulai perjalanan untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Akankah Widia mampu mengembalikan nyawa kekasihnya? Yuk! Ikuti petualangan Widia untuk merebut kembali sang pujaan hatinya. Tetap ikuti dan dukung cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fadly Abdul f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

03

Bab 03 Bunga Keserakahan

Widia pulang sembari meletakkan kotak martabak pada meja makan, kebetulan ibunya sedang memasak wanita itu berbalik dan mereka berbincang-bincang sebagaimana ibu serta anaknya pada umumnya. Berlalu satu setengah tahun, semenjak kekasihnya koma dan Widia mengunjunginya setiap hari, tanpa bosan menanti.

"Gwimana keadwaan pwacar kwamu?" Tanya ibu sambil menguyah makanan.

Widia menepuk jidatnya dan bicara, "pilih bicara dulu atau makan, mah!" Dengan diawali helaan napas panjang lanjut berkata, "aku gak ngerti, tiap denger suara aku Adii pasti ngasih respon. Tapi pas sama yang lain bahkan ibunya sendiri, dia gak respon apa-apa kayak meninggal."

Kondisinya tak pernah ditemui kasus ini baru pertamakali ada, sebab keadaan tubuhnya yang unik. Pernah sekali selama satu minggu, Widia tidak datang karena ada ujian dan fokus. Tubuh Adii berfungsi dengan baik dan kadang tidak bekerja, misal seperti adakalanya jantungnya berhenti bekerja tapi keesokan harinya berdetak kembali.

Widia tanpa sadar melamun sewaktu memikirkan semua kondisi abnormal kekasihnya. Selama setahun dia mempelajari kondisinya, namun tidak membuahkan hasil dan itu masuk akal karena dokter terbaik saja katanya tidak memahami kondisinya, dia mirip memiliki kehendak atas kehidupannya ataupun kematiannya sesuka hatinya.

"Ini hampir dua tahun, lho. Kamu masih setia sama pacar kamu, sayang?" Tanya ibu membuka percakapan.

"Mamah mau jodohin aku lagi? Nggak kayak kemarin aku kali ini bakalan bunuh cowok yang mau kalian deketin sama aku," ancam gadis ini, dia bersungguh-sungguh dan menunjukan ekspresi menyeramkan, seperti bukan gadis.

Ibu melemparkan senyuman paksa seraya bicara, "jangan lagi-lagi kamu mau celakain orang. Untung pelipisnya yang kegores garpu, bukan matanya. Lagian..." Ibu kali ini menggertakkan gigi dia lanjut bicara dan meninggikan suara, "kalian baru ketemu tuh cowok gak ngapa-ngapain kamu, lho!"

"Dia hampir semeter deket sama aku, tau!" Bentak Widia.

Widia mulai mengalami perubahan perilaku sesudah Adii koma dan menunjukan respon hanya kepada dirinya, dia menjadi mengisolasi diri. Mengurung diri dan memilih tidak berinteraksi sama sekali dengan orang lain, apalagi laki-laki termasuk ayahnya sendiri. Dengan ada seorang laki-laki saja melihat dia 'kan menganggapnya pelecehan.

Untungnya dia masih mau bicara dengan keluarga, meski sebatas ibu dan adiknya saja. Bahkan ibu menyadari dia mengalami perubahan pola tidur dan kehilangan minat akan aktivitas yang biasanya dinikmati, karena dorongan keluarga mereka. Itu yang diterka oleh suami dan dirinya.

"Mentang-mentang ada anak cewek, kalian mau ngejalin kerja sama dengan nikahin aku gitu? Ngeselin banget, aseli..." gumam Widia.

Begitulah yang ada di mata putrinya saat ini. Dikarenakan dorongan neneknya untuk menikah dan meneruskan perusahaan, serta menjalin kerjasama dengan pihak lain, dari dahulu itu telah menjadi kebiasaan keluarga mereka. Namun ibunya merasa kebiasaan yang diturunkan turun-temurun, pasti sulit diterapkan di zaman sekarang.

Dahulu orang-orang itu semasih belum terlalu mengenali apa itu cinta, antara dua lawan jenis. Sekarang waktu terus masih berjalan dan membawa perubahan. Dengan derajat perempuan makin setara dengan laki-laki, persepsi orang-orang yang hidup dalam waktu berbeda mungkin akan saling bertentangan dan salah satunya itu musti mengupaya memahami, yaitu orang yang lebih tua.

Cara pandang dan perilaku seseorang akan dapat diubah dengan mudah oleh mayoritas. Meski ada baik dan buruknya, orang yang lebih tua musti mengikuti zaman, membiarkan Widia menjalani kehidupannya sendiri. Tanpa menekankan hal-hal yang tidak relevan di zaman sekarang.

"Kurasa aku harus melupakan zaman dulu," batin ibunya.

Ibu Widia merasa ini agak terlambat, tapi dia menyadari jikalau mereka harus menyeimbangkan antara perkembangan zaman dan mempertahankan nilai-nilai penting dalam mendidik mereka. Sikap yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan terbuka. Tetapi tetap menjaga inti dari etika dan moral, yang mustinya menjaga anak mereka supaya tak keluar jalur.

"Maafkan ibu, ibu enggak akan memaksa kamu dan pasti ibu bakalan ngambil tindakan tegas sama nenek kamu kalau berniat ngelakuin hal itu lagi..." cakap ibu.

"Kayaknya mamah beneran mau marahin nenek, deh, kalo udah manggil diri sendiri sama panggilan 'ibu' kayak begitu," balas Widia menyeringai jahil.

Widia masuk ke kamarnya dan duduk di meja belajar, dia menatap tumpukan buku dengan pembahasan soal koma dan cara kerja tubuh manusia. Pencariannya tidak membuahkan hasil. Dia merasa tubuh Adii tidak mampu bertahan lama, tetapi kebalikannya, lelaki itu sekarang memiliki tubuh yang dimana selalu beregenerasi singkat.

Dipikir-pikir lagi pacarnya itu tidaklah normal. Baru seusai mengalami kecelakaan, bekas lukanya tidak ada. Pernah juga dia terluka dan lengan tergores pisau di dapur, tetapi Widia sekalipun tak pernah melihat bekas-bekas lukanya.

"Oh iya... Adii pernah berkelahi sama ayah karena pernah maksa aku pulang," gumam Widia.

Kala itu, Widia usai pulang dari sekolah bermaksud akan berkencan dengan Adii, tapi ayah menemukannya dan memaksa untuk pulang. Entah bagaimana dia yang baru saja datang, menghasilkan satu kesalahpahaman jikalau kekasihnya sedang digoda oleh om-om bejat. Tanpa pikiran jernih akhirnya keduanya berkelahi dengan serius.

Ayahnya belajar bela diri sementara Adii tidak. Waktu itu Widia yang panik tak sanggup melerai, mereka berkelahi serius dan meski dihadapkan dengan kekalahan, lelaki yang menantang ayahnya itu selalu bertahan. Bila dipikir lagi ketika itu kekasihnya menerima luka parah harusnya.

"Ini nggak normal," batin Widia. Tak lama 'ia memandang tumpukan novel yang mau dia buang, dengan pikiran yang telah semrawut dia bergumam, "...apakah mungkin Adii itu punya... kekuatan super atau semacamnya, 'kah?"

Bibirnya terbuka sedikit. Mengeluarkan tawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"..."

Dalam perenungan tak masuk akal itu, Widia meniadakan akal sehatnya dan membuka riwayat percakapan mereka dari tahun ke tahun semalaman. Jam dinding berdetak dan ibu yang sadar putrinya begadang memasuki kamar, meletakan secangkir minuman seraya mengintip apa yang tengah dikerjakan oleh putri pertamanya segitunya.

Tak bisa mengalihkan perhatian. Ibu membantu putrinya meski menerka Widia merasa putus asa, lalu melarikan diri dengan mengulang pembicaraan mereka.

Widia mengambil tumpukan buku dan mulai membuka laptopnya, dia beralih membuka-buka beberapa artikel mengenai orang zaman dahulu yang digadang-gadangkan mampu menggunakan kekuatan sihir atau gaib. Mereka berdua mulai mencatat dan mencaritahu, mendapati beberapa penemuan menarik.

"Bukankah ini berita kemunculan naga?" penasaran Widia memiringkan kepala, "bentar... kok kayak gak asing, deh?"

Mereka menonton video yang diunggah pada sosmed di sebuah hutan, menunjukan penampakan kurang jelas seekor naga dan seseorang sedang melawannya. Dalam rekaman itu Widia terus-menerus mengulang adegan saat orang itu menusuk naga, membawa sebuah boneka.

"P-Pakaiannya..."

"Baju apa?" Tanya ibu menemukan putrinya ini gemetaran seperti sedang mengingat sesuatu perihal, jelas sekali suatu ingatan terbit dalam benaknya. Tiba-tiba saja gadis ini mengambil ponselnya, menggeser layar dan menemukan bekas percakapan mereka, alhasil Widia kini bersandar sambil dipenuhi kelelahan lalu senyuman letih.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!