NovelToon NovelToon
Mendadak Jadi Sugar Baby

Mendadak Jadi Sugar Baby

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Konflik etika / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / PSK / trauma masa lalu
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Byiaaps

Apa benar kalau zaman sekarang cari uang halal itu susah?

Hidup di lingkungan sekitar yang toxic, membuat Binar harus bertahan hidup dengan caranya sendiri.

Cara seperti apa yang ia pilih?

Jangan lompat bab untuk menghargai karya penulis, bila tak suka bisa skip saja, jangan mampir hanya untuk membaca secara acak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

“Maaf, Bu, Pak Adrian ada di rumah pribadinya saat ini bersama Nyonya Binar,” ucap salah seorang satpam di rumah orang tua Adrian kepada Mira.

Mira yang ingin bertemu anak sulungnya itu pun menanyakan di mana rumah pribadi Adrian.

"Saya tidak tahu, Bu, karena itu privacy beliau, sehingga Pak Adrian tidak pernah memberitahukan pada kami,” jawab satpam tersebut yang langsung ditegur oleh Mira karena dianggap sengaja menyembunyikan.

Menegaskan sekali lagi bahwa ia dan teman-temanya juga tak tahu rumah Adrian, satpam tersebut meminta dengan hormat Mira untuk segera pulang.

Tak berhasil menemui Binar di rumah orang tua Adrian, Mira lanjut menuju ke kantor sang menantu.

PT Healthy Food

Sayangnya, saat di sana pun ia tak berhasil bertemu Adrian karena dihadang oleh satpam kantor.

“Maaf, Bu, kalau belum ada janji tidak bisa menemui Pak Adrian,” tegur satpam.

Meski sudah mengatakannya berkali-kali bahwa ia adalah mertuanya, tapi tetap saja nihil.

“Ibu bisa menghubungi Pak Adrian terlebih dahulu, kalau memang kami sudah dapat instruksi dari beliau, kami antarkan Ibu masuk ke dalam. Karena kami bekerja hanya sesuai dengan instruksi Pak Adrian,” jelas satpam membuat Mira semakin murka.

Ia yang sudah jauh-jauh mengunjungi rumah dan kantor menantunya, tapi tak diizinkan bertemu. Apalagi, kondisinya saat ini mengharuskan ia untuk kontrol ke dokter SPKK sebulan sekali. Setiap kontrol dan menebus obat, ia harus mengeluarkan banyak uang.

“Duh bagaimana ya, uangku sudah mulai menipis, sedangkan aku masih harus terus kontrol, ah sial!” umpatnya lalu bergegas pulang.

Sampai rumah, ia berpapasan dengan Amel yang juga baru tiba di rumah.

“Loh, mobilmu kemana? Kenapa kamu berantakan sekali, Mel?” tanya Mira ketika melihat rambut anaknya acak-acakan.

Menangis, Amel mengaku bahwa barang-barangnya diambil oleh anak Om Rehan.

“Amel tidak bisa menghubungi Om Rehan, Bu, ponsel Amel diambil. Mana tasnya juga, Amel tidak ikhlas karena tas itu harganya 15 juta,” kesal Amel bergegas masuk ke dalam rumahnya.

Semakin gundah, Mira yang akan menggantungkan hidupnya pada Amel pun kini pupus sudah. Justru Amel yang meminta dibelikan ponsel baru untuk aktivitasnya sehari-hari. Tentu, Mira tak memiliki uang untuk itu.

“Ke mana tabunganmu, Mel? Cepat urus ATM mu yang hilang ke bank!” titah Mira.

“Sulit, Bu, KTP dan semua kartu Amel ada di sana. Amel harus urus surat kehilangan dulu di kepolisian,” keluh Amel seakan tak ingin repot.

Mira pun memerintah anaknya untuk segera mengurusnya, tanpa alasan apa pun lagi.

“Minta uang sama Kak Binar saja deh, Bu. Ibu tolong telepon kakak,” rengek Amel.

Karena kesal dan sedang lelah, Mira membentak anak bungsunya itu dan mengatakan bahwa Binar tak bisa dihubungi dan ditemui. “Sana cari kakakmu kalau bisa. Punya anak 2 2nya tidak ada yang bisa diharapkan!"

***

Sementara itu, hari ini Binar yang masih pucat, berencana untuk kabur. Berhasil tidaknya, itu urusan belakangan. Yang terpenting adalah ia berusaha lebih dulu.

Saat para ART sedang sibuk dengan pekerjaannya, Binar dengan tasnya berjalan menyusuri tangga menuju lantai 1. Tapi sayang, saat sudah sampai di pintu, pintunya terkunci. Kesal dan panik kian menjadi satu, kala terdengar suara langkah Nia yang akan membersihkan lantai 1.

Ia bergegas sembunyi dan mencari pintu keluar lainnya. Di ujung, ia menemukan dapur kecil yang memiliki akses pintu keluar. Dapur ini hanya dipakai untuk membuat minuman tamu, sehingga jarang dipakai jika tak ada tamu. Syukurnya, pintu ini tak dikunci dan ia pun berhasil keluar rumah, setelah mengunci pintu dapur dari luar.

Tapi, lagi lagi ia mendapat halangan kala mengetahui di dekat gerbang ada 2 orang satpam yang tengah berjaga.

Tiba-tiba, dari atas terdengar teriakan Yuli yang begitu kencang, sehingga membuat perhatian para satpam ini terpecah. Mereka segera berlari ke atas. Sementara Binar masih bersembunyi di semak-semak.

“Sepertinya Mbak Yuli tahu kalau kamarku kosong,” ujar Binar lirih.

Ia yang tak punya banyak waktu, menjadikan kesempatan ini untuk segera berlari menuju gerbang, meski tubuhnya ingin ambruk karena masih belum sepenuhnya sehat.

Gerbang depan yang ternyata digembok, membuat ia berputar balik ke arah dapur, karena tak jauh dari sana, ia sempat melihat gerbang kecil yang sepertinya juga merupakan akses keluar dari rumah ini.

Dengan sekuat tenaga ia mempercepat langkahnya saat keluar dari gerbang kecil yang syukurnya tak terkunci itu.

“Loh, tapi kok bukan jalan raya, malah ada rumah lagi,” bingungnya setelah berhasil keluar melalui pintu gerbang kecil.

Setelah berpikir sekian detik sembari berlari ke arah pagar depan, entah kekuatan dari mana, ia memutuskan untuk melompati pagar yang tak tinggi itu, menuju jalan raya.

Sementara itu, di dalam, para ART dan satpam tengah berlari menemui Yuli.

Setelah mendapat keterangan dari Yuli bahwa Binar tak ada di kamarnya, mereka bergegas menyebar ke seluruh ruangan. Sayangnya, tiap sudut ruangan yang diperiksa, tak ada Binar di sana. Hingga mereka ke dapur pun, ternyata pintu dapur masih terkunci.

“Berarti tidak mungkin kalau dia kabur lewat dapur ini,” ujar Nia mencoba menganalisa.

Yuli lalu memerintahkan kedua satpam untuk memeriksa luar rumah hingga ke jalanan, sementara ia dan yang lain akan mengecek CCTV.

***

Adrian yang mulai hari ini akan ke pabrik diantar oleh Pak Sapto dengan mobil kantor, masih terus memikirkan apakah benar Binar bukan selingkuhan ayahnya dulu.

Ia lalu memutuskan untuk menanyakan langsung pada Pak Sapto, meski awalnya ragu.

“Pak, wanita ini yang Pak Sapto sebut Mbak Be atau Mbak Bi?” Adrian menunjukkan foto Binar dalam ponselnya.

"Iya benar, Mas, itu Mbak Be,” jawab Pak Sapto membuat hati Adrian runtuh seketika.

Masih menenangkan jiwanya, ponsel Adrian berdering.

Yuli rumah memanggil...

...****************...

1
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Yuliana Tunru
hidup di kota mmg kejam ya binar setiap t4 bagaikan hutan yg setiap saat bisa jd santapan hinatang buas ttp semangat untuk hidup benar dan bsik binar ..biarkan adruan hudup dgn.penyesalan
Yuliana Tunru
lanjut
Yuliana Tunru
orang aneh kasuhan binar
Yuliana Tunru
knp adrian x gitu ya apa gila atau ada dendam khusus
Yuliana Tunru
rasa x kyk.mimpi aneh ya..apa adrian benar2 tulus atw jgn2 binar jd tumbal pesugihan gitu..maaf thor jd nganyal kyk novel2 horor tp smoga z binar benar2 bernasib baik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!