Azura adalah gadis cantik tapi menyebalkan dan sedikit bar-bar. Dia mendapatkan misi untuk menaklukkan seorang dokter tampan namun galak. Demi tujuannya tercapai, Azura bahkan sampai melakukan hal gila-gilaan sampai akhirnya mereka terpaksa terikat dalam satu hubungan pernikahan. Hingga akhirnya satu per satu rahasia kehidupan sang dokter tampan namun galak itu terkuak. Akankah benih-benih cinta itu tumbuh seiring kebersamaan mereka?
Cover by @putri_graphic
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DGGM 18. Miracle
Seminggu sudah berlalu semenjak kedatangan Azura ke rumah sakit untuk mengantarkan makan siang hari itu. Arkandra masih bekerja seperti biasanya, acuh, datar, dingin, nyaris tanpa ekspresi. Ia hanya sekedar tersenyum tipis pada sesama rekan yang memang dianggapnya saja, tapi banyak juga rekan yang dianggapnya seperti makhluk tak kasat mata apalagi mereka yang tidak begitu dikenalnya.
Seminggu ini, Azura memang sengaja tidak menampakkan diri di hadapan Arkandra. Ini merupakan strategi. Baginya, terlalu sering bertemu justru membuat seseorang jengah dan ia tidak menginginkan hal itu terjadi.
Cekrek ...
Seorang pria tampan masuk ke ruangan Arkandra dengan wajah lusuhnya. Terlihat sekali, ia begitu kelelahan. Ia pun duduk di sofa sambil menyandarkan punggungnya agar lebih nyaman dan santai.
"Bro, Zura nggak ke sini?" tanya Mario sambil melirik Arkandra yang sedang membaca laporan hasil observasi pasien yang akan segera dioperasinya.
Arkandra melirik sejenak lalu mengedikkan bahunya membuat Mario menghela nafas dalam.
"Loe nggak punya nomor handphonenya?" tanya Mario lagi.
Arkandra hanya melirik kesal tanpa menjawab, Mario sudah dapat menebak apa artinya membuat Mario makin menghela nafas kasar.
"Yah, gimana cara menghubunginya ya kalau kita sama sekali nggak punya kontaknya! Mana nggak tau dia kerja dimana juga." desah Mario. "Bodoh, harusnya tempo hari loe tanyain jadi loe bisa deketin dengan cara pura-pura nggak sengaja ketemu, pura-pura nabrak, pura-pura apa aja gitu biar bisa makin Deket." omelnya kepada diri sendiri membuat Arkandra geleng-geleng kepala. Seketika pikirannya menerawang, ia tahu tempat kerja gadis itu, bahkan keduanya. Ia pun berpikir, apakah ia harus memberitahukan alamat tempat kerja gadis itu? Tapi sisi lain otaknya mengatakan jangan.
Arkandra pun melanjutkan pekerjaannya, masa bodoh lah pikirnya. Kalau memang Mario menyukai gadis itu, ia bisa mencari tahunya sendiri tanpa harus ia beritahukan. Ia tak mau ikut campur pada urusan percintaan temannya tersebut.
Ddrrttt ...
💌 *Hei bro, Miracle tonight, okey!
^^^💌Okey*!^^^
'Miracle.' gumam Arkandra dalam hati. Miracle adalah nama club malam yang ia datangi belum lama ini. Saat mengingat nama Miracle, otaknya justru langsung mengingat kebodohannya membuntuti Azura karena mendengar percakapan dua orang yang berniat jahat pada gadis itu. Tapi yabg terjadi justru sebaliknya, Azura lah yang berhasil membekuk kedua pria bodoh itu. Ia tak menyangka, gadis itu memiliki kemampuan bela diri yang cukup hebat hingga dapat membekuk dua pria dewasa yang tubuhnya justru lebih besar dari gadis itu. Saat mengingat itu, tanpa sadar Arkandra terkekeh kecil membuat Mario yang tadinya memejamkan mata lantas memicing tajam. Sudah sekian lama, baru kali ini ia dapat melihat tawa Arkandra kembali. Apakah gerangan yang dapat membuat si es balok itu tiba-tiba terkekeh? Tanyanya dalam hati.
Brukkk ...
Tiba-tiba sebuah bantal sofa melayang tepat mengenai wajah Arkandra membuat dokter bedah itu mendelik tajam.
"Apaan sih loe!" geram Arkandra karena Mario seenaknya melempar bantal ke wajahnya.
"Loe tu yang apaan? Otak loe ada yang geser? Atau loe ada tanda-tanda ODGJ?" sembur Mario heran.
Arkandra mengerutkan keningnya karena bingung mengapa Mario tiba-tiba saja berkata seperti itu.
"Loe sadar, loe itu dari tadi ketawa-tawa sendiri, persis orang kerusupan eh kesurupan maksudnya." sindir Mario.
Arkandra lantas melongo, benarkah ia begitu, pikirnya.
"Udahlah, lama-lama di sini, entar gue ketularan jadi ODGJ kayak loe." cetus Mario seraya melangkahkan kakinya keluar.
"Sialan, loe! Loe yang ODGJ, Yo!" pekik Arkandra sebelum pintu tertutup sempurna.
Malam harinya, sesuai pesan sang sahabat, Arkandra pun mengendarai mobilnya menuju Miracle club' and bar. Setibanya di sana, Arkandra langsung memarkirkan mobilnya dengan santai. Malam ini, sahabatnya sengaja memesan ruangan VIP jadi ia pun langsung menuju tempat yang telah dibooking oleh sahabatnya tersebut.
"Hei bro, gue pikir loe mangkir lagi!" ucapnya seraya terkekeh.
"Asal no alcohol, gue nggak masalah."
"Ck ... iya iya, kami tau pak dokter. Kita pun sama. Kesini juga cuma buat senang-senang, tapi tetap jalur aman. No alcohol, no free s e x, and no drugs." ujar salah satu sahabat Arkandra.
"Terus, tujuan kalian ajak gue ke mari apa?" tanya Arkandra. Ya, biasanya kalau sahabatnya mengajak datang ke tempat seperti ini pasti akan ada sesuatu yang dibahas.
"Tuh, si pak pici lagi ada kasus jadi dia mau menyelidikinya soalnya target suka ke sini." ujar sahabat Arkandra bernama Stevan.
"Benar, Wil?" tanya Arkandra pada William.
"Hmmm ... loe dengar kasus baru-baru ini, gadis cantik yang tiba-tiba hilang, ternyata dia diculik dan dibunuh. Tapi menurut hasil visum, sebelum dibunuh, rupanya dia diperkosa terlebih dahulu. Polisi telah memegang identitas pelaku. Tapi dia cukup licin. Menurut informan kami, beberapa hari ini ia datang kemari. Jadi gue secara khusus diutus untuk menyelidikinya. Bila ada kesempatan, gue juga bakal langsung meringkusnya." tukas William menjelaskan.
Di saat bersamaan, di sebuah ruang VIP, tampak Azura sedang bersitegang dengan seorang pelanggan yang berusaha melecehkannya. Terang saja Azura melawan. Tapi karena lelaki itu bukan hanya berbadan besar, tenaganya pun juga besar.
"Lepasin, breng-sek!" teriak Azura saat tangannya dicengkeram lelaki itu.
"Sialan! Loe berani nolak gue! Loe nggak takut mati rupanya!" desis lelaki itu dengan wajah merah padam. Apalagi Azura sempat menampar pipinya membuat amarahnya kian menyala.
"Kalau iya kenapa? Gue bukan ja-lang, sialan! Lepasin gue!" Azura mencoba berontak tapi cukup sulit hingga akhirnya lelaki itu melayangkan sebuah tamparan ke pipi Azura. Sekuat-kuatnya Azuraz tetap ia hanyalah perempuan lemah. Fisiknya tak sekuat pria. Sontak saja, tamparan tadi langsung membuat pipinya lebam hingga sudut bibirnya berdarah.
"Rasakan itu, ja-lang! Makanya sini, layanin gue!"
Lelaki itu berusaha merengkuh tubuh kecil Azura dan memaksa ingin menciumnya. Azura pun tak mau kalah, ia terus berontak dan mengangkat lututnya sekuat tenaga hingga tepat mengenai pusaka lelaki itu. Sontak saja, lelaki itu mengumpat kesakitan hingga membuat cengkraman tangannya pun terlepas. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Azura pun segera berlari keluar dari ruangan VIP itu dan masuk ke dalam toilet. Masa bodoh dia tamu VIP, kalau ia lebih baik dipecat dari tempat itu dari pada ia harus menerima pelecehan dari pria breng-sek seperti lelaki tadi.
Di dalam toilet, Azura lantas mencuci wajahnya. Ia meringis saat air mengenai luka di sudut bibirnya. Ternyata luka itu lumayan perih. Azura menghembuskan nafas kasar. Ia mencoba menetralkan debaran jantungnya yang hampir saja copot akibat perbuatan lelaki lucknut tersebut. Setelah merasa lebih baik, Azura pun segera merapikan pakaiannya dan keluar dari bilik toilet.
Brukkk ...
Tubuh Azura terhuyung saat tanpa sengaja ia menabrak sesuatu yang keras dan kencang tetapi hangat di depannya. Azura menutup matanya sebab ia pikir, ia akan jatuh. Tapi hingga beberapa detik berlalu, tubuhnya tidak kunjung menyentuh dinginnya lantai. Azura pun membuka matanya perlahan. Seketika, ia membelalakkan matanya saat melihat siapa yang ada di hadapannya saat ini.
...***...
...Happy reading 🥰🙏🥰...
Semangat terus author untuk karya yang lainnya 👍🥰😍
zura ng da lawan
PA lg karakter azura oce banget..